Kepada sudut hati yang terlalu naif.

Aku udah nggak lagi mencari-cari 'apa' yang ku inginkan.
Sekali lagi, membaca sebuah alur kehidupan orang lain yang tertulis bertahun-tahun diblog membuatku seperti sedang menyaksikan bahwa Tuhan merangkai hidup manusia dengan begitu menakjubkan dan diluar dugaan manusia itu sendiri.
Aku seperti ditampar.
Dimentahkan logikaku sendiri.
Untuk apa aku sibuk dengan dunia khayalku tentang masa depan, sementara Tuhan sedang mempersiapkan rangkaian prosesi hidup yang kiranya tidak pernah kubayangkan.
Untuk itu aku merasa cukup.
Ada banyak hal yang kulewatkan.
Beberapa memang sengaja ku lupakan sejenak dan berlari kepada imajinasi untuk sebuah rasa nyaman.
Iya, ada rasa takut dalam menghadapi apa yang begitu dekat, begitu nyata dan yang nggak sanggup kuhadapi tapi juga tidak berani menyerah.
Rasa takut yang menguasaiku.
Dan pada akhirnya, aku cuma bisa menghindar dan merengek.
Goblok ya ? *eh
Tapi ini hidup bung,
Aku nggak bisa berlari mengejar sesuatu yang bahkan masih jauh di awang-awang dan menelantarkan satu keharusan yang membuatku ngeri.
Apa ini namanya pecundang ?
Hei perempuan pulang saja pada ibumu, tempatmu di dapur !
Kamu terlalu penakut untuk jadi petualang.
Jangan banyak bacot lah !
Nggak usah kebanyakan menghayal !
Hadapi dulu kimia itu sebelum memimpikan kedokteran.
Kalau emang pinter baru boleh punya mimpi setinggi langit.
Ngerti ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...