Bahagia itu sederhana.

I'm a happy person today,
Nggak peduli capek dan kepala cenut-cenut, tetep aja judulnya aku bahagia.
Dimulai dari pagi yang dingin di kamar mandi, gayung demi gayung perlahan membuatku menggigil.
Kemudian berangkat sekolah dengan hasrat ingin tidur.
Bertemu dengan mata pelajaran yang bisa jadi masih di level cemen.
Karna aku masih bisa mencernanya dengan mudah.
Pagi itu ada yang berbeda,
Sebuah diskusi kecil dipojokan loteng, di salah satu tempat paling jarang dikunjungi.
Aku bisa melihat langit, sebebas hamparan awan yang mengudara.
Juga matahari yang nampak ramah
Masa bodo dengan diskusinya, aku menyukai sejuk angin yang menerpa jilbab putihku.
Dengan kubah masjid dan deretan atap rumah yang terlihat sejajar dengan pandanganku.
Indah sekali.
Berbatas tembok setinggi dada, ada yang indah diluar sana.
Ada kursi yang memungkinkan aku untuk menaiki tembok itu dan menyentuh langit.
Pemandangan dari atas gedung memang selalu menakjubkan.
Kursi itu, pasti ada yang tau bagaimana menikmati langit tak berpenghalang, sebelum aku.
Cukup lama, sebelum diskusi itu harus dihentikan bunyi bel tanda istirahat telah usai.
Kembali pada kenyataan sebagai pelajar.
Sudah cukup bermain-main dengan imajinasi dan hamparan bahagia.
Oh satu lagi,
Terima kasih Winda, sudah membawaku pada 'angin segar' yang kamu temukan kemarin.
Aku sempat tidak tertarik, waktu kamu mengajakku.
Tapi dengan sedikit paksaan, akhirnya aku tau ada tempat seperti ini disekolah kita.
Dan aku sangat menyukainya.

Hei,
Ada damai dalam hati yang terbawa sampai malam ini.
Kuberitau kalian..
Bahagia memang sederhana sekali.

:')

Aku menggelepar dengan sakit dikepala dan leher, beban hidupku belum pernah seberat ini.
Hei malam,
Belum cukupkah membuatku melamun sepanjang sore memikirkan percakapanku dengan mama.
Percakapan yang saling tidak memahami, dengan airmata yang terus ditahan agar tidak menjadikan dialognya melankolis.

Mama : Yaudah, kalau kamu udah berpendirian macam itu. Lakukan.
Aku : ...
Mama : Ikuti saja kata hatimu, kamu tau yang terbaik buatmu.
Aku : Kalau aku ma, aku nggak peduli sama kepentinganku. Aku cuma pengen jadi anak yang membanggakan buat mama papa, jadi teladan yang baik buat adik-adikku, dan jadi adik yang bisa dibanggakan kakaknya.
Mama : Kamu itu bodoh.
Aku : Itu nyakitin aku, ma..
Mama : Bukan gitu, kamu itu bodoh karna terlalu lugu. Buat mama, hidup ini keras. Kamu nggak bisa selalu mengorbankan dirimu. Kamu bisa hancur kalo terus bodoh begini.
Aku : Aku cuma pengen berguna ma..
Mama : Ya berusaha maju lah, jadi yang terbaik. Diatas rata-rata.
Aku : Bukan itu, mama nggak paham. Mama nggak ngerti maksudku.
Mama : Halah, mbulet ae.
Aku : ...
Mama : Yaa, nggak ada salahnya sih kalo semua orang di dunia ini punya sikap jujur dan pasrah. Bisa tentram dunia kita.
Aku : Bukannya, malah hancur karna dunia ini dipenuhi orang-orang bodoh macam aku ma ?
Mama : ...
Aku : Aku cuma gak mau mama kecewa, tapi aku juga nggak bisa gitu aja ngikutin cara mama.
Mama : Mama nggak kecewa, mama yang salah. Harusnya mama biarkan kamu dengan pendirianmu.
Aku : ...
Mama : Pilihanmu, kamu yg menjalani. Nggak usah mbulet mikiri yang lainnya

Aku tidak begitu menyukai percakapan sentimentil yang terjadi diantara kita.
Selalu ada perasaan sakit yang mengusik.
Sakit karna takut menyakiti.

Posting yang dipesan.

Temen : Yu, harusnya kamu nulis tentang aku di blogmu
Aku : Bisa.
Temen : Tapi yang baik-baik aja yaa
Aku : Wah, kalo yang baik-baik aja nanti jadi dua baris doang.
Temen : Lah trus gimana dong ?
Aku : Mmm.. nanti ya, kalo uda ada ide aku bikin deh !

Si Winda tuh !
Iya Winda yang itu, yang duduknya sebelahku, yang hidungnya irit.
Nulis apa ya tentang dia ?
Yaudah yang baik dulu deh,
Jadi si Winda ini baik, lucu dan ramah.
Udah. Gitu aja sih.
Jeleknya ?
Dia ngeselin, suka usil, trus akhir-akhir ini pede banget promosi kalo dia butuh gitar dan pesen dikado gitar di hari ulang tahunnya.
Aku sih temen yang baik, tapi celengan gak mendukung kebaikan hatiku..
Jadi maapin yee bro !
Ntar deh, kalo harga gitar udah setara sama sekilo rambutan barulah aku belikan untuk kado ulang tahunmu.
Lagian bro, ulang tahunmu kan masih lama -_- udah mesen kado aja nih..

Eh iya satu lagi yang ngeselin dari cewek kerempeng ini, dia suka banget ngatain 'udah tua yee' ke temen-temen yang lagi ulang tahun.
Umur 17 itu kan masih abege !
Dia aja tuh yang abege prematur.
Dia sih, salah gaul.
Kebanyakan nonton drama korea deh.

Hehe,
Udah segitu aja.
Nanti bisa ngamuk kalo kebanyakan jeleknya..
Pokoknya dia baik lah, asik, konyol, lucu.
Dia partner diskusi yang ...
Yaa kalo ga nyambung, lumayan lah buat bahan becandaan.
Ngilangin stres.
Dia jago bikin powerpoint yang unyu-unyu.
Jago presentasi juga, public speaking-nya oke banget.
Aktif dan cenderung pencila'an.
Iya, itu sejenis lah sama pethakilan

Udah ya segitu aja.
Nggak banyak jeleknya kok.
Baiknya juga lumayan.
Seimbang lah..
Hehe..
Sekian dari saya.

Salam manis,
Bangku kanan.

Dilema anak mama.

Ini nih,
Paling sebel kalo dibilang anak mama.
Yaiya sih, emang anaknya mama bukan anak tetangga.
Tapi paling gak suka kalo dipandang seolah anak manja.
Heloooo !
Tolong deh, anak perempuan satu-satunya di keluarga bukan berarti dimanjakan juga sih !
Malah dirumah, aku punya tugas dan tanggung jawab paling banyak.
Sebagai kaum minoritas, aku juga sering ditindas sama ketiga saudaraku.
Ohya, dianter jemput juga bukan berarti anak manja.
Aku bisa mandiri kok.
Tapi kan aku menghargai bentuk perhatian orangtuaku.
Mereka cuma pengen memastikan pergaulanku aman.
Mereka cuma pengen selalu mengawasi kegiatanku, supaya nggak terjerumus.
Gitu aja.
Memangnya salah ?

Ada nih ya seorang temen yang hafal banget keseharianku..

Temen : Wah, nanti kalo kuliah kamu bakal punya supir pribadi dong ya ?
Aku : Ya enggak lah, emang aku sekaya itu apa ? Nanti juga aku pasti belajar naik motor.
Temen : Ya bukan gitu, mamamu kan ngejaga kamu banget. Selama ini aja, kalo kemana-mana dianter jemput.
Aku: Justru karna mamaku ngejaga banget, mana bisa mamaku percaya sama supir ? Takutlah, anaknya dibawa lari sama supir. Sama kakakku aja mama nggak percaya. Sering banget tuh aku di wanti-wanti 'jangan terlalu kecentilan sama masmu, jaga jarak ! Masmu itu udah dewasa'

Lah waktu aku cerita tentang percakapan itu ke mama, reaksinya gini :
'Yaiyalah, kamu kan gampang dibodohi, makanya harus dijaga !'

Yaelah, sebodoh itukah aku ?
Biar bodoh juga, tetep aja aku bisa bedain yang baik dan gak baik buatku.
Yaa gak ada masalah sih, selama akunya  masih nyaman-nyaman aja diperlakukan kayak anak kecil yang masih lugu, ingusan dan gampang dibodohi,
Yang penting mama bisa tenang aja, dan gak terlalu waswas karna aku gampang dipantau.

Yang bikin dilema itu cuma dianggap anak mama yang manja dan gak bisa apa-apa.
Please deh, aku nggak seburuk itu !
Tapi masa bodo lah, mau orang bilang apa kek  !
Toh, mereka nggak ada diposisiku, mereka nggak menjalani yang kujalani.

Hidup itu nyimak.

Geregetan banget sama polemik hidup.
Dari kemarin pengen banget diposting.
Tapi yaa.. ntar malah kesannya aku kebanyakan ngeluh, suka galau dan gak bersyukur.
Hehe.

Hidup itu nyimak,
Bukan nyinyir.
Oke, selama ini aku keseringan nyinyir.
Kebanyakan rasa yang disimpan dalam hati bisa saja membuncah, meletup-letup dan pada akhirnya meluber.
Tapi semuanya ditulis, di lembaran-lembaran tak berdosa yang jadi sasaran emosiku.
Ntah lah, aku nggak pernah bisa mengungkapkan langsung perasaanku.
Aku cuma nyinyir lewat tulisan.

Aku juga nyimak, walaupun sering nyinyir.
Sedikit banyak aku belajar, berpikir, memahami dan berubah.
Hidup itu kayak buku, semakin kita maju ke halaman berikutnya, semakin sulit, semakin banyak kosakata baru, semakin krusial persoalannya, semakin klimaks.
Coba deh kalo nggak nyimak dari awal bab, mana bisa maju ke bab berikutnya ?
Mana bisa mengerjakan latihan soalnya ?
Ya terserah sih kalo tetep mau nyinyir tiap nemu persoalan yang sulit, atau bab yang nggak mudah dipahami.
Yang penting harus nyimak loh !

Ohya, bagi yang gatau 'nyimak' itu apa, coba buka lagi Kamus Besar Bahasa Indonesianya...
Nyimak itu menyimak, berasal dari kata simak.
Oke bro ?

Cerita hidup 2

Hai hidup !
Adakalanya semua harus berhenti.
Setidaknya untuk sejenak.
Seperti berhenti bicara saat kita lelah menjelaskan sesuatu dan diabaikan
Seperti berhenti berlari mengejar sesuatu saat sadar kita mulai lelah dan ditipu fatamorgana.
Kita butuh waktu, sebentar saja.
Kadang saat kita berusaha, kita terlalu sibuk berambisi untuk lebih keras dan terkesan 'kejar target'

Hei, kenapa tidak istirahat sejenak ?
Duduk dan nikmati secangkir kopimu.
Diamlah, dan dengar berontak yang menyuarakan lelahmu, juga ketakutanmu.
Ada banyak hal indah yang kamu lewatkan saat terburu-buru.
Tidakkah kamu merasakan suara dunia ?
Hembus angin yang begitu bernyawa,
Dan malam yang kadang bisa begitu bersahabat.
Dunia juga lelah melihatmu tergesa-gesa.
Kenapa begitu banyak manusia terlatih untuk saling berkompetisi ?
Hei ini hidup bung !
Hal menakjubkan sering kali terjadi saat kau sibuk berkompetisi meraih gelar sukses.
Jika benar dunia ini arena lomba, harusnya tidak ada tangan-tangan licik untuk meraih kemenangan.
Atau kita perlu diskusikan konsep 'kemenangan' itu.
Ini pasti bukan tentang sukses yang meliputi kaya, tenar dan tamak.

Sekali lagi, berhentilah sejenak dan pikirkan apa yang dunia janjikan kepadamu ?
Kesuksesan ? Ini jelas bukan tujuan akhir dari hidup.

Sepucuk surat dan sebuah harapan.

Kepada aku dimasa depan.

Hai !
Aku adalah masa lalumu.
Dan sebut saja ini surat kepada masa depan.
Ya kepada kamu, wujud aku di masa mendatang.
Ketika aku menulis ini,
Aku masih Ayu Retno Wulandari, remaja tujuh belas tahun yang sedang mengalami insomnia.
Hehe, aku menggunakan sebagian besar waktu tengah malamku untuk bercerita dalam blog yang baru kubuat dalam dua minggu terakhir ini.
Aku sedang memakai kaos biru oleh-oleh mas Bagus dari Bali juga celana pendek biru yang udah bolong dibagian bokong dan berbaring dilantai kamar dengan headset ditelinga kiri mendengar lagu favorit papa.
Iya papa kita.
Papa suka Ebiet g ade, dan aku sedang mendengarkan salah satu lagunya yang berjudul 'ayah aku mohon maaf'
Ingat ?
Itu juga lagu favorit kita.
Sayangnya, selera musik kita menjadikan aku remaja paling kuno di jamanku.
Menulis surat ini juga bukan tanpa alasan sih, aku sedang membayangkan kamu yang dimasa depan akan menemukan tulisan ini kemudian membacanya sambil tersenyum.
Aku ingin kamu mengingat ini..
Aku muda dan naif.
Hehe, nggak usah malu mengaku kalau kamu pernah naif.
Iya, saat aku menulis ini cita-citaku adalah menjadi seorang dokter.
Dan entah naif atau bodoh namanya, mempercayai bahwa aku akan menjadi dokter, sementara ketika itu keluarga kita sedang krisis.
Ingat juga kan ?
Kita, eh maksudnya aku pernah di tertawakan seseorang dan orang itu mengatakan harus menggadaikan sertifikat rumah dulu baru aku bisa masuk fakultas kedokteran.
Mulut itu kejam.
Tapi aku terlalu cuek (atau naif ya ?).
Aku diam dan berharap bisa membuktikan sesuatu di masa depan.
Oke lupakan bagian itu.
Ada banyak hal menarik disini yang ingin kuceritakan.
Ohya, aku masih SMA dan jomblo.
Aku punya teman sebangku yang sudah tiga tahun tidak juga berganti.
Dia teman SD yang hehe.. hampir kulupakan, dulu kita memang tidak terlalu dekat dan selepas SD kita sama sekali tidak bertemu selama 3tahun.
Dia adalah teman diskusi yang konyol
Banyak hal bodoh yang kita alami selama tiga tahun itu.
Dia baik meskipun kadang menyebalkan.
Hehe nggak usah disebut namanya, aku ingin tau apakah kamu masih mengingatnya..
Soal berat badanku, sekarang aku lebih dari sekedar chubby.
Aku gembil, gendut versi unyu :p
Aku pakai kacamata dengan frame abu-abu hitam dengan minus 2 dikiri dan 0.5 dikanan.
Petugas optiknya menuduhku jarang makan sayur.
Petugas itu salah besar.
Aku kan emang gak pernah makan sayuran.
Dan aku selalu mengklaim diriku sebagai meatarian atau artinya karnivora lah kurang lebih.
Hei, sepertinya aku lupa bertanya kabarmu saat membaca ini.
Jadi apa kabarmu ?
Masih suka menghisap jempol tangan kanan seperti dulu ?
Atau kini kebiasaan itu menular kepada anak kecil yang memanggilmu ibu ?
Hehe, jangan deh !
Lalu apa kabar keluarga kecilmu ?
Sudah berapa anak kecil yang memanggilmu ibu ?
Dan siapa pria yang mereka panggil ayah ?
Bagaimana tentang pekerjaanmu ?
Sesuaikah dengan cita-citaku saat surat ini kutulis ?
Semoga saja ya..
Aku sangat berharap tentang itu
Eh iya, semoga saat kamu membaca ini mama dan papa masih cukup sehat untuk berkumpul dan bercanda dengan semua cucunya :)
Sudah. Itu aja.
Seandainya, aku bisa meminjam mesin waktu milik doraemon.
Aku ingin mengunjungimu langsung tanpa perlu membuat surat ini untuk mengingatkanmu tentang hari kemarin.

Kepada aku di masa depan, kuharap kamu selalu bahagia.
Dari aku dimasa lalu, dengan penuh cinta :*

Tragedi tas dan malu.

Mau cerita nih !
Jadi kan tadi pagi ada pondok romadhon gituh,
Sebelum penyampaian materi, ada shalat dhuha berjamaah.
Udah beres shalat, aku ngambil tasku.
Nah kan aku baik nih, aku ambilin deh tasnya temenku, mau kubawa ke si empunya tas.
Eh tiba-tiba ada yang berdiri tepat depanku sambil liatin tas yang ada di tanganku.

Cewek tidak dikenal (CTD)

CTD : ngg... (liatin tas mulu)
Aku : (cuek)
CTD : tasnya..
Aku : ha ? (mikir)
CTD : itu tas saya.
Aku : (baru nyadar) oh ya ampun, maaf kirain tasnya temen saya.
CTD : (menatapku hina)
Aku : (merunduk pasrah)
*Dalamhati: gueee bukaaan maliiiing, yang tadi itu khilaf..

Sumpah malu berat bro !
Padahal kan niatnya baik, tapi ya gitu lah..
Nggak semua niat baik bisa berakhir baik.
Adaaa aja cobaannya..

Efek puasa kali ya ?
Makanya jadi gak fokus, jadi susah ngebedain warna ijo sama item.
Iya gitu, tasnya temenku kan item, nah aku ngambilnya tas ijo.
Ijo sama item jauh banget kan bedanya ?
Modelnya juga beda jauh !
Ukurannya juga beda.
Tapi gak tau kenapa tetep aja aku mikirnya itu tasnya temenku.
Ini sih udah salah fokus, salah gaul juga !
Eh tapi puasa bukan alasan sih -_-
Hari-hari biasa juga sering gak fokus.
Kiri sama kanan aja masih sering kebalik.
Kerja otak suka nggak dinamis gitu,
Bikin malu :(

Yauda gitu aja sih.
Sekian pengalaman saya,
Wassalam.

Beuh ~

Purnama malam ini disponsori oleh jejak resah tadi sore.
Kalem aja bro !
Hidup itu gampang.
Segampang sugesti yang lo buat sendiri.
Tapi yang namanya hidup,
Yaa tetep aja banyak rasa..
Biar kata hidup itu gampang juga kan nggak berarti kita kebal dari rasa takut, sedih, gelisah atau canggung.
Itu seni kehidupan bro !
Ini masih seputar cita rasa aja sih.
Makanan jadi terasa enak juga pasti karna didukung banyak rasa, bisa manis, asem, asin atau pedes.
Eh tapi analogi gue bener kan ?
Yaudah sih !
Daripada mikirin polemik hidup, mending tidur aja.
Udah ! Nggak usah ngeluh soal insomnia.
Bosen tau !

Insomnia dan memori tentang suatu malam.

Insomnia yang gak ada habisnya.
Ditemani sebungkus gelisah.
Dan secangkir paranoia yang sangat kental.
Berbaring memikirkan sesuatu
Sebuah mini intropeksi.
Ah capek !
Aku larut digelap kamarku dengan ponsel dan koneksi internet.
Tidak banyak yang bisa kubuat,
Hanya mengetik postingan blog atau sekedar membaca timeline di social media.
Semuanya mempertemukanku pada bosan.
Bosan yang tidak juga membuatku tertidur.
Harus juga menelusuri google untuk mencari tau bahaya insomnia.
Supaya aku yakin..
Aku butuh tidur.
Atau mungkin obat penenang dosis tinggi.
Bukan candu pastinya..
Bukan sesuatu yang diracik dari butiran-butiran kimia dan digerus seseorang yang mengklaim dirinya apoteker.

Hei !
Aku merasa tua saat merindukan kidung jawa yang biasa papa nyanyikan dulu.
Aku melihat masa itu berputar dikepalaku,
Kamar dengan temaram dari lampu tidur etnik dan papa yang nembang sampai aku dan adik-adikku tertidur.
Kakakku ? Dia sudah tertidur, bahkan sebelum tradisi 'nina bobo' kami dimulai
Ketika itu, mudah sekali memejamkan mata di akhir syair.
Tidak ada gelisah dan paranoia.
Tidak ada insomnia.

Nite note.

Masih cerita yang sama tentang malam sih.
Kenapa nggak bosan ?
Karena semesta keren !
Semakin keren ketika langit mulai menemui senja dan malam resmi dimulai.
Apanya yang keren ? Banyak.
Selain langit hitam diatas kepalaku,
Ada jalanan perkotaan yang bertabur lampu dan deru kendaraan.
Atau desa dengan suara jangkrik dan balutan dinginnya udara sunyi.
Mungkin terdengar biasa saja,
Tapi buatku, itu luar biasa.
Kita sedang bicara cita rasa..
Ohya selera.
Ada rasa yang unik saat aku memandang lintas kota dari atas kendaraanku.
Dan tiupan angin yang membawa serta karbon monoksida dari puluhan knalpot itu.
Aktivitas orang-orang malam.
Orang-orang dengan wajah lelah sepulang kerja atau kuliah.
Mereka yang membawa setumpuk tugas dan beban di benak.
Atau orang-orang yang baru saja hendak menikmati malam.
Mereka yang baru saja merangkai rencana untuk bertemu dan menghabiskan malam dengan seseorang.
Mereka semua datang dari tempat yang berbeda dan dengan tujuan yang berbeda.
Tapi mereka ada disini, dijalanan yang sama dan menghadapi problem yang sama.
Macet, polusi dan lampu merah.
Menarik.
Aku beruntung bisa menemui banyak orang dengan banyak macam emosi.
Tentu akan sangat berbeda jika memandangnya dari balik tingkap jendela mobil.
Ini jelas bukan hanya esensi visual.
Aku ini imajiner.
Aku punya kacamata yang berbeda.
Bukan, ini bukan tentang alat optik yang itu.
Kacamata ini membantuku melihat dunia dari sudut pandang yang lain.
Apa yang aku rasakan ?
Sulit.
Aku percaya ada rasa yang tidak punya definisi.
Ya tidak semua rasa itu bisa di wakili dengan definisi sedih, bahagia, cinta, canggung.
Ada rasa yang tidak bisa didefinisikan, yang mungkin juga cuma kita yang merasakan.
Hehe..
Dan rasa itu juga, yang entah apa namanya, yang seringkali muncul ketika aku menikmati malam dari balik 'kacamata'ku

Mandiri ? Yaya bisa jadi !

Nyokap adalah salah satu orang yang paling gak percaya kalo gue bisa hidup sendirian, di luar kota dan ngekos.
Segala macem kebiasaan buruk gue dijadiin alasan.
Katanya gue males, doyan tidur, suka telat, suka menunda pekerjaan.
Emang bener sih !
Tapi kan gue juga bisa berubah.
Gue cuma males, bukan bodoh.
Gue bakal bisa lepas dari kebiasaan buruk gue kalo udah kejepit kondisi yang memaksa gue untuk move and do something.
Jujur aja, berada dirumah itu bikin gue merasa berhak males dan tergantung.
Moto gue : selama masih ada celah buat bergantung, maka tergantunglah gue.
Kurang ajar banget ya ?
Hehe..
Tapi gue cukup bertanggung jawab kok.
Percaya atau enggak.
Gue bakal berubah.
Suatu hari nanti, kalo gue udah sendirian dan nggak ada orang yang bisa gue andalkan kecuali diri gue sendiri.
Ini cuma perkara waktu.
Proses.
Percayalah, mungkin ketika hari itu tiba otak gue bakal bekerja lebih keras buat ngatur waktu dan strategi demi terselesaikannya tugas-tugas gue.
Sekali lagi gue emang pemalas tapi nggak bodoh.
Kalo dianalogikan jadinya gini.
Ketika gue berada dalam kandang macan dengan seorang pawang, gue bakal tenang.
Gue bergantung pada pawang itu.
Tapi ada saatnya gue berada dihutan tanpa pawang dan tanpa pendamping gue pasti setengah mati memutar otak untuk bagaimana gue bertahan di tempat itu.
Pelan-pelan gue bakal belajar buat menghindari serangan binatang buas atau malah gue bakal belajar menjinakkan binatang buas ditempat itu.

Tuuhh..
Percaya aja deh.
Gua pasti berubah.
Ada sistem yang bekerja di otak gue.
Sistem itu yang bikin gue punya insting untuk tergantung atau move and do something pada saat yang tepat.

Tsaaah ~

Hehe.
Tiba-tiba kangen ngeblog aja sih.
Dari kemarin males mulu..
Mau posting yang serius, nanti dikira galau.
Gak deh, gue gak galau.
Galau itu buang-buang tenaga.
Capek dan bikin mood berantakan.
Diliat orang juga gak enak.
Eh yauda sih.
Postingan ini ngasal aja.
Nggak terkonsep gituh.
Atau gue cerita aja soal tadi pagi ?
Jadi tadi pagi gue jadi tukang cat gituh.
Nyari duit (ternyata) susah ya ?
Jam 9, gue yang lagi asik-asiknya ibadah (baca: tidur) digangguin sama nyokap.
Ya dengan berat hati gue bangun, padahal biasanya baru bangun pas dhuhur.
Trus yaa...
Babe minta tolong gue bantu ngecat 4 lembar tripleks yang lebarnya naujubilah, dan gue cuma dapet lima ribu ?
Belum lagi catnya kental dan lengket kayak karet, ini jelas butuh tenaga ekstra dong !
Hehe, sebenarnya gak perlu dibayar juga sih, namanya juga bantu orang tua.
Tapi kan rejeki gak boleh ditolak dong, kalo ditawari yaa hayuuk lah :3
Meskipun cuma lima ribu sih :p
Hehe,
Astagfirullah,
Harusnya kan bersyukur ya ?
Ampuni hamba ya Allah :)
Maafin aye, nyak babe :)

Kepada sudut hati yang terlalu naif.

Aku udah nggak lagi mencari-cari 'apa' yang ku inginkan.
Sekali lagi, membaca sebuah alur kehidupan orang lain yang tertulis bertahun-tahun diblog membuatku seperti sedang menyaksikan bahwa Tuhan merangkai hidup manusia dengan begitu menakjubkan dan diluar dugaan manusia itu sendiri.
Aku seperti ditampar.
Dimentahkan logikaku sendiri.
Untuk apa aku sibuk dengan dunia khayalku tentang masa depan, sementara Tuhan sedang mempersiapkan rangkaian prosesi hidup yang kiranya tidak pernah kubayangkan.
Untuk itu aku merasa cukup.
Ada banyak hal yang kulewatkan.
Beberapa memang sengaja ku lupakan sejenak dan berlari kepada imajinasi untuk sebuah rasa nyaman.
Iya, ada rasa takut dalam menghadapi apa yang begitu dekat, begitu nyata dan yang nggak sanggup kuhadapi tapi juga tidak berani menyerah.
Rasa takut yang menguasaiku.
Dan pada akhirnya, aku cuma bisa menghindar dan merengek.
Goblok ya ? *eh
Tapi ini hidup bung,
Aku nggak bisa berlari mengejar sesuatu yang bahkan masih jauh di awang-awang dan menelantarkan satu keharusan yang membuatku ngeri.
Apa ini namanya pecundang ?
Hei perempuan pulang saja pada ibumu, tempatmu di dapur !
Kamu terlalu penakut untuk jadi petualang.
Jangan banyak bacot lah !
Nggak usah kebanyakan menghayal !
Hadapi dulu kimia itu sebelum memimpikan kedokteran.
Kalau emang pinter baru boleh punya mimpi setinggi langit.
Ngerti ?

Kacrut lah !

Buka puasa dihari pertama.
Nggak senikmat seharusnya.
Bukan. Bukan tentang hidangannya.
Hanya saja suasana yang berbalut dinginnya perseteruan.
Kesalahpahaman yang melingkar.
Dengan ego yang mengikat diantaranya.
Aku tercekik.
Lupakan,
Aku yang salah.
Begitu bodoh untuk mengulang kesalahan yang sama sekali lagi.
Kalau itu bukan sepenuhnya salahku, anggap saja aku yang salah.
Aku salah, dan begitulah caraku belajar.

Cantik ? Relatif lah.

Sejak aku dilahirkan hingga hari dimana aku membuat postingan ini,
Belum satu kalipun papaku memuji anak perempuan satu-satunya ini dengan kata 'cantik'
Ironis memang.
Tapi aku tau seleranya memang tinggi.
Mamaku adalah perempuan tercantik yang pernah dilihat papa.
Sialnya, cantiknya mama malah diwarisi sepupuku.
Dia punya wajah yang sama persis dengan wajah mamaku semasa muda.
Semuanya hampir mencerminkan mamaku, kecuali postur tubuh sepupuku yang jauh lebih tinggi dan kulit mamaku yang lebih putih.
Hanya itu yang berbeda.
Cemburu ? Sedikit.
Dia jadi bintang karna kecantikan yang harusnya diwariskan kepadaku.
Tapi aku tidak mau peduli, sudah cukup aku terintimidasi dengan sikap sok perhatian papa terhadap sepupuku.
Juga kecilku dulu, betapa aku masih sangat muda untuk memahami rasa sakit hati saat mama, papa dan nenekku selalu menggoda sepupuku bahwa dia adalah putri yang tertukar, mereka bilang dia adalah anak mamaku.
Lalu aku anak siapa ?
Hei, kedengarannya seperti aku yang tidak diinginkan.
Mereka sibuk dengan sepupuku sampai lupa bahwa aku juga disana.
Aku mendengarnya dan tidak satupun yang mengaku sebagai ibuku.
Menyebalkan sekali ketika melihat obsesi orang-orang ini yang berusaha menukar aku dengan anak perempuan yang lebih mirip dengan mamaku.
Apa artinya cantik ?
Apa ini lebih dari sekedar diakui sebagai anak dari orang yang sama sekali tidak mirip dengan kita ?
Hei, bagaimana dengan konsep inner beauty ?
Apakah konsep itu hanya berlaku pada mereka yang berparas ayu ?
Masa bodo dengan cantik.
Percaya saja pada teori relativitas.
Mungkin itu juga menjelaskan bahwa cantik adalah relatif, tergantung pada individu yang memandangnya.
Juga dipengaruhi oleh faktor selera dan faktor jodoh.
Setidaknya itu membuktikan bahwa setiap satu wanita punya peluang terlihat cantik bagi satu pasang mata atau bahkan lebih.
Dan yang lebih penting..
Kata nenek moyang, jodoh itu saling melengkapi,
Semoga yang cantik berjodoh dengan yang jelek.
Biar kaum tampan jadi jodohku.

Bad habit ? Think again.

Pernah ada satu cowok yang bilang :
"Sombong banget sih jadi cewek, kalo gitu sih mana ada cowok yang mau deket "

Ceileh..
Sotoy bener deh.
Jadi gini ya,
Setiap orang yang belum mengenalku atau baru kenal, hampir semua berpendapat bahwa aku angkuh, cuek, kaku dan apapun itu yang menggambarkan kata 'tidak ramah'
Well, mungkin udah setelan pabriknya begini, sehingga wajah ini sering kali lupa tersenyum untuk sekedar basa-basi atau beramah-tamah.
Bahkan mamaku sendiri menilaiku sulit bersosialisasi.
Katanya, raut mukaku selalu terlihat seperti sedang membenci, sebel atau apapun itu yang sekali lagi membuatku kelihatan 'tidak ramah'
Belum lagi sifat skeptisku yang terbentuk karna didikan orang tuaku, ya tanpa sadar mereka membuatku seperti ini.
Skeptis itu sifat selalu curiga.
Entah kenapa setiap ada satu perkenalan dengan orang yang dalam penilaianku kurang baik.
Aku seperti membentengi diri dengan skeptisku.
Membatasi informasi pribadi tentang diriku.
Dan menaikkan harga diriku lebih tinggi.
Sombong ? Bukan.
Sekedar menghindar dari kesan cewek gampangan. Itu juga berfungsi melindungi diri dari cowok kurang baik.
Kabar buruknya, sifat seperti itu memang sok elegan sekali.
Mungkin banyak juga yang mikir, sifat sok elegan macam itu nggak sesuai dengan penampilan yang biasa-biasa aja ini.
Menyebalkan ? Memang.
Hehe, maklumi saja..
Semua sudah diatur dalam sistem yang bekerja di otakku.
Sebenarnya aku nggak sesombong itu kok.
Terlepas dari raut wajah yang hampir mendekati preman, aku cukup ramah dengan orang-orang yang sudah ku kenal dengan baik.
Aku tetap bisa bersikap baik kepada semua orang.
Dan tidak pilih-pilih teman.
Aku menerima pertemanan dengan siapa saja baik secara langsung, atau lewat social media.
Dengan ketentuan dan syarat yang berlaku.
Hehe.
Syaratnya cuma 'bukan orang yang merendahkan martabat perempuan dengan melecehkan atau menganggap semua perempuan bisa dibeli'
Selektif ? Harus.
Supaya kita nggak salah gaul.
Dan satu pembelaan, ada kalanya kita harus menaikkan harga diri, setidaknya agar kita lebih disegani.
Jomblo ? Cuek aja, asal jangan jadi murahan.
Toh, setiap manusia diciptakan berpasang-pasangan.
Kalo udah waktunya pasti ketemu deh, sama pasangan kita.
Muak dengan postingan ini ? Silahkan.
Haters gonna be hate..

Bodoh aja sih !

Kayaknya aku udah terlalu larut dalam egoku.
Aku sibuk, membandingkan hidupku dengan hidup orang lain.
Yang menurutku, yaa terlalu indah, terlalu manis dan terlalu sama dengan inginku.
Itu juga yang bikin aku lupa,
Bahwa hidup itu penuh dengan kejutan.
Kita nggak bisa meminta agar hidup sama persis dengan rancangan kita.
Dan satu lagi yang kulupakan.
Tentang seorang aku.
Iya, memangnya siapa aku ?
Aku cuma Ayu si tukang menghayal.
Aku bahkan sangat berbeda dengan orang yang hidupnya sedang ku kagumi.
Hehe. Itu masih seputar fisik dan materi.
Tapi lupakan..
Aku terlalu bodoh untuk menyadari bahwa hidup nggak akan semudah itu.
Aku saja yang tidak memahami.
Harusnya aku tau, untuk hal indah itu pasti ada proses yang panjang dan hujan air mata sebelumnya..
Aku juga harus berhenti memperbanyak referensi keluhanku.
Aku sudah salah bersikap.
Harusnya itu jadi motivasi untuk berubah lebih baik bukan malah sibuk mencemburui hidup orang lain.
Bodoh ya ?
Biar saja, yang penting terus belajar.
Daripada merasa paling pintar dan sok nggak mau belajar.

Ternyata berkelanjutan..

Hei ! aku addicted baca blognya si mbak dokter itu.
Aku terkesan.
Terlepas dari gaya penulisannya yg rapih dan puitis.
Aku juga mengagumi hidupnya yang menarik, dengan pacar yang sudah menikahinya satu bulan yang lalu.
Dari kalimat-kalimat yang menggambarkan sosok pacarnya.
Aku mulai mengerutkan dahi, seperti tidak asing.
Ya rupanya, pacarnya si mbak dokter itu punya karakter yang miriip sekali dengan apeuku.
Hei, aku semakin tertarik..
Si pacar itu dokter interna, seniornya mbak dokter waktu koas.
Orang yang sama sekali nggak pernah bilang 'sayang' dan terkesan NERD.
Orang yang sopan dan cerdas.
Oh GOD !
Seperti ada rasa cemburu atau mungkin iri ?
Bagaimana bisa seperti ini ?
Hehe.
Jujur saja, dengan imajinasiku yang ngawur ini..
Aku pernah menghayalkan masa depan persis seperti si mbak dokter ini.
Menjalani koas dan didekati senior/dokter yang cerdas tegas dan you know lah... kurang lebih kayak apeu gitu..
Kemudian pacaran sebentar dan menikah.
Hei, itu cowok gentle menurutku..
Tidak menghabiskan waktu untuk sekedar pacaran dan sakit hati macam abege alay.
Yah sepertinya ini konspirasi semesta.. yang menuntun jari-jemariku untuk mengetik kata 'koas' di mesin pencari benama 'google' dan menemukan blog seorang dokter muda dengan segala keberuntungannya, menurutku.
Hidup yang pernah ku rangkai dalam imajinasiku, kini sedang terjadi dalam hidup orang lain.
Sekarang aku melongo.
Entah apa artinya semua ini buatku..
Masih dengan pertanyaan yang sama dengan sedikit tambahan.
' Tuhan, apa mungkin itu juga terjadi padaku ? Aku sudah membayangkannya sejak lama.'

Bicara target

Insomnia ini membawaku kepada sebuah blog yang dimiliki seorang perempuan dan dia adalah dokter.
Apa yang terjadi padanya kini adalah cerminan dari target-target yang dibuatnya beberapa tahun silam.
Seketika itupun aku melamunkan sebuah pertanyaan..
'Tuhan, apakah aku bisa ?'

Bicara target,
Aku juga punya serangkaian target yang sudah lama ku susun dengan sangat rapi.
Sayangnya, aku bukan tipe orang yang disiplin dan terorganisir.
Aku bukan orang yang perfeksionis.
Aku malah cenderung easy going dan terlalu santai.
Hidupku sendiri simpel, semuanya biasa saja.
Target itu sendiri terbentuk atas dasar imajinasiku.
Dan apakah target itu akan tercapai tanpa 'disiplin' ?
Hehe, sudahlah.
Tidak disiplin bukan berarti pembangkang kan ?
Aku ini orangnya manut kok.
Aku cukup patuh pada satu kebijakan.
Aku bahkan tumbuh seperti ini karna kebijakan yang dibentuk orang tuaku.
Tapi kepatuhan itu nggak cukup.
Gelar dokter itu nggak akan datang dengan sendirinya kalau aku cuma patuh dan menjalani hidup apa adanya.
Disiplin dan kerja keras itu tetap perlu.
Dan satu lagi, aku juga bukan anak pejabat atau dokter konsulen yang borjuis. Dana juga jadi penghalang.
Jadi dokter itu kayak gambling.
Berjudi dengan taruhan umur.
Kalau uang bisa membawaku masuk kedalam lembah bernama 'fakultas kedokteran' aku tetap harus berusaha sendiri untuk keluar dari lembah itu.
Sementara dilembah itu aku bisa saja bertemu dengan banyak hal mengerikan yang akan mempersulitku.
Memperlambatku untuk keluar dari sana.
Atau mungkin kenyataan terburuknya..
Sudahlah, terlalu mengerikan untuk dibahas.
Tapi kembali lagi kepada target, itu semua masih perencanaan, sedangkan Tuhanlah yang paling berhak memutuskan.
Nah, kalau udah bicara Tuhan, yang terpenting kan kepatuhan toh ?
Tuhan yang tau bagaimana aku berharap.
Dan apapun yang terjadi padaku, aku yakin semua sudah sesuai garisNya.
Jalani dan syukuri saja.
Paling tidak aku sudah berusaha semampuku.

Bintang sendirian.

Aku menyukai gelap yang kulihat dilangit.
Tepat diatas kepalaku.
Atmosfer yang tidak banyak kumengerti, mungkin karna aku bukan ahli astronomi.
Hehe.
Tapi sepertinya malam ini hanya ada satu bintang.
Atau mungkin indera penglihatanku yang salah ?
Aku melihat bintang itu sendirian.
Di atas sana, ditempat yang seluas itu, bintang itu hanya sendiri.
Apakah ia merasakan sepi ?
Apakah ia tidak ketakutan ?
Hei bintang..
Aku mengerti perasaanmu.
Tapi jangan takut.
Diatas sana jauh lebih baik daripada disini.
Dibawah sini, diantara puluhan juta manusia.
Aku tetap bisa merasa sendiri dan sepi.
Bukan karna aku benar-benar sendiri sepertimu, tapi karna aku diabaikan.
Hehe, mungkin tanpa logika aku akan berpikir ingin naik ke tempatmu dan berada disampingmu, supaya kamu nggak sendiri.
Tapi sayangnya, logika itu mengusikku, mengatakan bahwa kamu memiliki suhu diatas 3000 derajat celcius.
Bahkan pakaian luar angkasa pun nggak akan bisa bikin aku mendekatimu.
Kamu adalah bintang.
Benda langit yang punya suhu dan radiasi luar biasa panas.
Dan jarak kita jutaan kilometer.
Aku pasti bercanda jika ingin berada dekatmu sekarang.

Nite note :(

Malam ini sengaja aku ngajak mama keluar rumah dengan alasan fotokopi kartu keluarga.
Sekedar untuk merasakan angin malam yang menerpa wajahku.
Dan menyaksikan langit malam ini.
Suasana rumah nggak kondusif. kesalahan yang sama terulang lagi untuk ketiga kalinya.
Membuatku merasakan kecewa yang sama.
Tapi kali ini tidak ada air mata yang terbuang sia-sia.
Cukup kemarin saja.
Tidak untuk malam ini.
Hei malam !
Tau tidak ?
Manusia-manusia itu boleh saja memalingkan wajah dariku,
Mereka boleh mengabaikanku, mengasingkan aku atau apapun itu.
Setidaknya sakit hati itu bisa membuatku semakin banyak belajar.
Dan satu lagi,
Aku tetap menyukai langit malam, meskipun hatiku sedang kalut..
Menatap langit malam selalu membuatku bahagia..
Merasakan sejuk dan damai dalam hati.
Maha besar Tuhan sang arsitek semesta, yang telah menciptakan langit malam dan perasaan ini.

Mikir.

Awalnya sih dari jaman SMP, waktu itu aku punya temen yang sederhana banget.
Dia bisa memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa minta orang tua.
Sempat mikir juga, tapi rasanya masih nggak rela kalo harus nabung sendiri buat beli ini itu yang biasanya bisa tinggal minta ke orang tua.
Sampai akhirnya di SMA,
Teman-temenku udah beda,
Mereka bukan lagi anak kecil yang lugu dan gak bisa apa-apa.
Mereka udah cukup dewasa untuk berpikir.
Bahkan sebagian mereka udah punya usaha dan kerja.
Itu kayak tamparan buatku.
Aku malu sama diriku sendiri.
Aku merasa nggak berguna,
Aku merasa bodoh dan manja.
Selama ini aku cuma bisa nadong (minta-minta) sama orang tua.
Aku cuma bisa merepotkan saja.
Aku kepikiran,
Kenapa aku nggak bisa kayak mereka ?
Kenapa aku nggak bisa berusaha dan berhenti meminta ?
Aku malu jadi benalu.
Memang sih, orang tuaku ikhlas memberi semua yang aku minta.
Mereka juga nggak pernah memintaku untuk memenuhi kebutuhanku sendiri.
Bahkan mereka berusaha sebisa mungkin memenuhi semua yang aku inginkan.
Tapi aku nggak bisa selamanya meminta.
Aku harus belajar mandiri.
Maka dari itu aku mulai menabung.
Nggak banyak sih yang terkumpul, ya setidaknya aku tidak perlu meminta uang untuk membeli baju, jaket, atau ponsel.
Aku sudah punya tabungan sendiri.
Memang bukan hasil jerih payahku, tetap saja ini uang orang tuaku.
Tapi membeli sesuatu tanpa menyusahkan orang lain itu rasanya jauh lebih baik.
Ya kalau emang gak bisa berguna buat orang lain, paling tidak aku juga gak boleh menyusahkan orang lain kan ?

Satu kalimat.

'Aku harus mulai berubah'
Sepertinya sudah berkali-kali aku mendengungkan kalimat yang itu itu saja di setiap tahapan hidupku yang baru.
Seperti ketika awal aku masuk SMP,
Hari pertama naik kelas 8,
Hari pertama naik kelas 9,
Awal masuk SMA,
Hari pertama masuk IPA
Dan sekarang aku juga berpikir hal yang sama untuk mulai menapaki kelas 12.
Iya, aku harus berubah.
Begitu kataku, selama bertahun-tahun.
Entah aku sudah berubah atau belum.
Tapi setidaknya, sedikit banyak aku termotivasi untuk berubah lebih baik.
Kalimat itu sudah seperti jargon dikepalaku.
Selalu dengan kalimat yang sama dan semangat berkobar untuk melakukan gerakan perubahan.
Aku sudah berusaha melakukan yang terbaik.
Tinggal bagaimana Tuhan menilai usahaku.

Stargazing

Hei, apa aku belum pernah cerita sebelumnya ?
Aku suka stargazing.
Iya, melihat bintang dengan mata telanjang.
Aku cuma memandang langit dan memperhatikan bintang-bintang itu.
Sederhana sih,
Aku nggak punya jadwal khusus.
Aku nggak pernah menghitung rotasi pergerakan tata surya hanya untuk memandang bintang.
Aku juga nggak pernah ngerti bentuk rasi bintang.
Aku cuma penikmat langit.
Aku pengagum karya Tuhan yang menakjubkan itu.
Tidak perlu tempat istimewa untuk menikmati langit.
Langit, dimanapun kamu berada.
Kamu akan tetap melihatnya sama.
Kecuali jika perasaanmu sedang tidak baik.

Untitled.

Ada temen yang nanyain kapan aku nulis nite note lagi..
Aku harus jawab apa ?
Aku bahkan nggak tau mau nulis apa.
Nulis itu butuh mood yang pas buat nemu inspirasi.
Dan nggak setiap malam, aku bisa dapat mood itu.
Kadang juga, aku mikir lama banget buat sekedar bikin postingan blog.
Udah ngetik beberapa kalimat, terus aku hapus lagi, ketik yang lainnya, hapus lagi.
Sampe aku capek sendiri.
Aku capek mikir 'apa yang harus dibahas kali ini ?'
Hidup itu rumit.
Tapi aku nggak mau terlalu banyak mengeluh.
Nite note juga rumit,
Tapi cuma kata perkata dalam nite note ku yang tau bagaimana perasaanku malam itu.

Nite note :)

Malam ini nggak ada yang beda dari malam sebelumnya.
Masih aja dirumah dan bosan.
Langitnya juga sama kayak kemarin, nggak ada satupun bintang.
Diteras rumahku, cuma ada suara jangkrik dan air mancur dari arah kebun samping rumah.
Oh ya, mungkin kecuali satu.
Perasaanku beda.
Lagi lagi aku memikirkan masa depan.
Jogja.
Aku mau sekali kuliah di salah satu universitas terbaiknya.
Aku mau menjalani hidup anak perantauan disana.
Aku mau menuliskan nite note tentang Jogja.
Mungkin angkringan, malioboro, atau langitnya saja.
Atau bisa jadi malam di Jogja terasa berbeda jika ada seorang pria menggandeng tanganku dan kami membicarakan sesuatu.
Sebuah diskusi ringan, tapi kami saling tersenyum karenanya.
Aku ingin menulis apapun yang kurasakan ketika aku di Jogja.
Hehe.
Sepertinya sudah terlalu jauh berkhayal tentang Jogja.
Lupakan.
Fokusnya adalah universitas terbaik di Jogja.
Dan setelah itu aku bisa nikmati bonusnya.
Hehe.

Mama tanya.

Mama : Yu, menurutmu harta yg paling berharga didunia ini apa ?
Aku : Keluarga.
Mama : Salah. Harusnya hati.
Aku : Pendapat orang kan boleh beda ma.
Mama : Nggak gitu, kalo kita punya hati yg baik tulus sabar ikhlas itu kan berharga banget.
Aku : Aku nggak punya hati ma..
Mama : ...

Kalo aja mama tau,
Ya nggak semuanya mama harus tau sih,
Aku nggak ngerti banyak hal ma..
Aku cuma tau hidupku ya ada disini dikeluarga ini.
Dan buatku harta yang paling berharga adalah keluarga ini, bukan hati.
Aku bisa aja kehilangan hatiku, tapi aku nggak akan bisa kehilangan salah satu keluargaku.
Aku nggak pernah tau, apa yang bisa kubanggakan dari diriku.
Aku nggak peduli.
Aku nggak pernah merasa penting buat orang lain.
Aku nggak pernah merasa berguna buat orang lain.
Tapi seenggaknya, dirumah aku merasa dibutuhkan.
Aku merasa dicintai.
Mati dan kehilangan hati itu bukan hal yang mengerikan.
Aku cuma takut menjalani satu hari saja dihidupku tanpa keluargaku.

Cerita hidup.

Hai hidup !
Sejak hari dimana aku dilahirkan hingga hari ini, ada banyak sekali perubahan yang terjadi..
Sayangnya, tidak semua bisa diabadikan dalam memori.
Hanya yang paling menyenangkan dan yang paling menyedihkan saja yang masih membekas di ingatan.
Aku ingat masa kecilku, ketika itu dunia seolah taman bermain.
Semuanya menyenangkan, kecuali saat aku diabaikan mama.
Tapi seiring waktu berganti, tahun-tahun itu terlewati dan sampailah aku pada hari ini.
Dan perubahan-perubahan itu semakin jelas terasa.
Aku, lingkunganku dan bahkan sikap mamaku.
Semuanya berubah.
Seperti sebuah ironi tentang keharusan. Memang.
Saat aku menjadi tua dari hari ke hari, maka kondisi mengharuskanku berpikir dan memikul beban dipundakku. Semakin berat. Dan berat.
Sial, waktu berjalan begitu cepat saat aku sibuk dengan dunia kecilku.
Sampai-sampai aku lupa, bahwa aku sudah semakin tua saja.
Masalah itu datang terus dan terus.
Tapi bukan saatnya lagi merengek tanpa memecahkan masalah.
Aku harus bisa berdiri dengan dua kakiku sendiri, lalu berjalan menghadapi apapun yang menghalau langkahku.

Nite note lagi

Hai malam.
Sampaikan pada langit, aku kangen memandangnya dengan perasaan sendu.
Aku sedang terjebak di suasana hati yang nggak enak.
Aku mau ketenangan.
Aku capek mikirin sesuatu yang nggak semestinya aku pikirkan.
Kalo aja aku bisa menatap langit lebih lama malam ini..
Aku pasti lebih baik.
Sayangnya hujan turun, dan aku nggak bisa.
Hei malam..
Bisa tidak ?
Malam ini saja jangan membuatku tidur dini hari.
Aku nggak mau insomnia dengan perasaan kalut.
Terlalu banyak rasa yang sulit diuraikan.
Terlalu rumit untukku sendiri.

Mengulas novel 2

Kehilangan adalah hal baru bagi Mei.
Sulit.
Apalagi ini cinta pertamanya..
Dia butuh waktu yang cukup lama untuk berhenti menangis.
Dia butuh waktu lebih lama untuk menerima kenyataan
Dia butuh waktu lebih lama lagi untuk mengikhlaskan Pandu.
Pandu memang tidak akan kembali.
Tapi Panji siap mengisi ruang kosong di hati Mei.
Panji yang baik dan sabar.
Tulus dan pengertian.
Penuh perhatian dan sangat berbeda dengan Pandu.
Tapi cinta butuh waktu.
Setidaknya untuk sembuh sebelum menerima cinta baru.
Mei mengerti tentang ketulusan Panji, tapi ia merasa hatinya masih dimiliki Pandu.
Cinta pertamanya.
Mei tidak bermaksud mengabaikan Panji,
Tapi..
Terlalu banyak luka untuk bisa berpindah.
Bagaimana pun juga cinta butuh waktu.

Mengulas novel

Cinta nggak pernah memberi kita pilihan untuk bertahan atau pergi.
Saat kita mencintai, kita cuma tau kalau kita takut kehilangan.
Takut merasakan sakit hati.
Dan takut-takut yang lainnya..
Seperti juga yang terjadi pada Meire Dirgantari, gadis ini baru saja memulai cintanya dengan seorang Pandu, pria misterius yang membuatnya bimbang.
Pandu tidak pernah memberitahu Mei tentang pekerjaannya, dia cuek, sederhana dan suka menghilang tanpa kabar.
Tapi Mei mencintainya, banyak hal yang membuatnya jenuh dengan sikap Pandu, sayangnya dia tidak mengerti bagaimana harus berhenti mencintai..
Pandu adalah cinta pertamanya.
Dan dia mencintai Pandu tanpa pernah tau 'kenapa' ?
Dia hanya mengikuti hati yang berbicara.
Tentang cinta.

Dua imajinasi

Pandu dan Panji.
Entah apa yang menguasai pikiranku sehingga aku mengimajinasikan dua sosok yang sangat bertolak belakang ini.
Pandu.
Atau yang biasa disebut apeu.
Banyak hal yg tidak aku pahami tentang Pandu.
Dia keras kepala, egois, otoriter, dan cuek.
Dia sangat menyebalkan tapi aku selalu memikirkannya.
Pandu tidak banyak bicara, dia bisa mengungkapkan semua lewat ekspresi matanya.
Yang tajam dan seringkali terlihat menyeringai.
Pandu sangat sederhana.
Gayanya bukan lagi casual atau santai, tapi udah ke tahap gembel.
Dia sama sekali nggak peduli soal penampilan.
Tapi siapa peduli ?
Dia tidak akan suka dikomentari soal pakaiannya.
Aku nggak habis pikir, entah sihir apa yang dia gunakan ?
Sehingga tidak mudah melupakan dia meskipun aku sudah mengimajinasikan sosok yang jauuh lebih baik darinya.
Panji.
Dia baik, lembut, dan penuh pengertian.
Dia rapi dan ramah.
Senyumnya yang terkembang senantiasa dihiasi lesung pipit.
Dia tidak pernah membentakku seperti Pandu.
Dia tidak pernah meninggalkanku begitu lama dan jauh.
Dan dia tidak pernah lupa mengabariku.
Dia adalah semua yang aku butuhkan.
Tapi sulit..
Butuh waktu cukup lama untuk menghapus Pandu dan mulai mencintai Panji.
Aneh ? Memang.
Bagaimana bisa terjadi ?
Sementara mereka semu, mereka adalah bayangan yg sengaja kuciptakan demi kepentingan novelku.
Tapi itu benar-benar terjadi.
Mereka seperti ada dan hidup di setiap hariku.
Membuatku merasa mencintai dan bimbang disatu waktu yg bersamaan.

Takut.

Aku takut menghadapi hari esokku.
Terkadang aku sangat ingin merengek kepada kalian.
Tapi rasanya terlalu tabu, aku belum pernah terlihat cengeng kan ?
Ma pa..
Aku juga takut membuat kalian kecewa mengetahui kenyataan bahwa aku pengecut aku si penakut dengan topeng berani.
Kalian nggak mengerti betapa rapuhnya aku dalam menjalani hariku.
Hidupku sendiri.
Aku merasa begitu kecil.
Dan sekali lagi, aku takut.
Aku selalu merasa tidak siap.
Kenapa begitu keras hidup di jaman ini.
Dan kenapa aku harus berpura-pura kuat ?
Padahal aku ingin sekali menangis dalam pelukan hangat kalian dan berharap kalian akan terus menuntunku kemanapun aku melangkah.
Aku takut ma pa.
Aku bahkan nggak sekuat itu untuk bertahan dengan kedua kakiku.
Aku butuh sandaran.
Aku butuh pegangan.
Aku benci merasa ingin dewasa.
Aku benci sok berani.
Aku benci sok mandiri.
Aku cuma mau rumahku dengan mama papa dan saudaraku di dalamnya.
Dan semua rasa takut yang meracuni otak ku ini, ku mohon pergilah.
Aku sedang di rumah.

Cerita cita.

Semua orang bebas bercita-cita kan ?
Nggak peduli seberapa tinggi cita-cita itu dan seberapa rendah kemampuan kita.
Nyakitin emang ketika kita nemuin kenyataan bahwa kita nggak sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Orang bilang sih, 'bagaikan pungguk merindukan bulan'
Tapi apa salah si pungguk ?
Sehingga ia tidak berhak atas bulan itu.
Aku juga.
Aku seperti si pungguk itu.
Aku berharap aku bisa jadi dokter.
Dengan kemampuan berhitung dan kemampuan mengingatku yang buruk.
Aku mempelajari sedikit banyak tentang ilmu medis dan dunia perkuliahan kedokteran.
Aku belajar seolah aku adalah bagian dari medis.
Seolah aku akan benar-benar jadi calon dokter.
Aku hanya sedang berharap.
Aku juga berpasrah.
Meskipun tidak jarang, aku menangisi ketidakmampuanku.
Sadar juga akan nyata.
Sedikit menyakitkan tapi aku harus siap.
Aku siap jika aku bukan bagian dari medis itu.
Air mata itu tetap akan jatuh juga suatu hari.
Tapi kumohon, aku masih berharap keajaiban itu ada..
Aku berharap air mata itu jatuh bukan untuk kegagalan tapi untuk hari wisuda kedokteranku.
Untuk hari dimana aku dinobatkan menjadi dokter.
Kumohon..

Insomnia sucks

Insomnia emang kampret banget !
Melek semalaman itu capek.
Nggak sehat.
Dan sialnya insom terjadi hampir setiap hari selama liburan ini.
Bro, gimana rasanya ?
Udah nggak tidur semalaman.
Insulin gak beres bikin diabetes.
Paginya bangun kesiangan.
Belum lagi mama yang uring-uringan karna pola hidup macam kelelawar ini.
Parahnya gua jomblo bro ! #aslibukanpromosi.
Ya dimana enaknya insom bagi kaum jomblo ?
Kalo yang pacaran sih enak, ada yg nemenin smsan sayang-sayangan.
Nah kalo jomblo ?
Mantengin timeline melulu, ngecek beranda fb, ngecek chat Line, WeChat.
Sepi bro !
Palingan bisanya ngepost galau di blog. Nulis apa aja, bikin postingan gembel.
Nggak penting juga tapi daripada nganggur sih..

Tentang tanya

Kenapa harus bertanya 'kenapa' ?
Bukankah banyak perbendaharaan kata yang kamu mengerti ?
Sumpah, ini bukan tentang 'bagaimana' dan 'mengapa' ?
Tapi ini tentang tanya yang berulang dan terkesan menghakimi.
Kamu tau aku bukan satu-satunya yang bersalah.
Bahkan juga air mata itu menjelaskan bahwa aku benar.
Hanya saja hatimu terlalu berdebu untuk merasakan kebenarannya.
Aku tidak benci.
Aku memaafkan semua yang menyakiti.
Kenyataannya sakit itu juga yang mendewasakanku.
Tapi sulit juga memaafkan diriku sendiri yang terlalu cengeng dan mellow.

Diam.

Diam juga bisa memahami kan ?
Karna nggak semua pertanyaan di dunia ini bisa dijawab.
Misalnya aku.
Aku menjawabnya lewat diam.
Aku mungkin memahami.
Tapi aku tidak mudah mengungkapkannya.
Kurasa sunyi dapat berarti banyak.
Dan sepi bisa mengartikan diamku.
Tau tidak ?
Sulit buatku mengucapkan semua yang ada di dalam kepalaku,
Biasanya hal seperti itu terkristal dalam bentuk paragraf.
Karna bicara pun aku gugup.
Mungkin sulit memahamiku, tapi aku yakin Tuhan telah menciptakan satu yang mampu memahami aku.
Bahkan dari sisi terburukku.
Aku yakin.

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...