Bacalah, dan kenali isinya..

Hei, berjalanlah denganku di koridor ini.
Kamu boleh menggamit tanganku,
Dan aku akan menceritakan isi di dalam sini.
Kubikel hati ini, dengarlah..
Kamu boleh lepaskan genggaman tanganmu setelahnya.

Apa yang terlihat di lorong ini adalah sepi.
Seperti itu juga didalam sini.
Kadang kamu ada untuk duduk dan bercanda denganku,
Tapi kemudian tiba-tiba pergi meninggalkan aku tertunduk sendirian pasrah.
Dan saat aku mulai menikmati sepi dan asyik sendiri,
Kamu datang lagi, menawarkan tawa bahagia dan cerita lainnya.
Lorong ini nggak lagi sepi, ada gema tawa kita berdua.
Saat itu aku yakin lorong ini milik kita, hanya ada kamu aku dan pantulan suara canda kita.
Tapi sekali saja kamu alfa, aku mendapat masalah.
Lalu kuputuskan untuk sama sekali tidak menghadirkan kamu di lorong ini lagi.
Aku berjalan pelan, menikmati sepi.
Nggak lama, kemudian ku dengar kamu memanggil namaku.
Aku nggak sanggup menghindari, nggak bisa mengabaikan
Aku terlalu menginginkan tertawa karenamu lagi.

Aku bosan patah hati,
Aku takut masalah itu kembali menghampiri.
Jadi kuminta kamu jadi temanku, secara profesional.
Tapi sebagai teman kamu agak menyebalkan.
Kamu berkali-kali membuatku terpaksa cemberut kesal dan mengerutkan dahi tiap kali chatting.
Kamu manja, saat aku berusaha keras jadi profesional.
Tapi ketika aku mulai melunak dan ingin manja, kamu malah jadi sangat menyebalkan dengan sikap sok profesionalmu yang tidak biasanya.

Soal perasaan ini,
Masih ada, tapi bentuknya tidak lagi sama.
Mungkin seperti tembok yang berkali-kali diterpa hujan badai dan terik matahari.
Catnya banyak mengelupas disana sini.
Warnanya sedikit pudar, tak lagi cerah.

Maaf, tapi ini karna kamu tidak menjaganya.
Kamu hanya datang dan pergi.
Tak sesekali tinggal untuk merawat yang ada.
Ohya, aku baru ingat kalau kamu sibuk.
Banyak urusan, harus kuliah.
Dan sepulangnya kamu dari segala urusanmu, yang tersisa hanya keletihan.
Kemudian tertidur, tak sempat mempeduli tembok ini.

Aku sudah selesai bercerita,
Sudah kamu lihat isi lorong ini..
Mari kita duduk di bangku yang ada di ujung sana.
Tanganku yang dalam genggamanmu,
Lepaskan saja jika kecewa.
Atau terserah jika kamu masih ingin menggenggam tanganku untuk menelusuri lorong ini,
Mungkin bisa kita temukan ujung dari lorong ini, dan kita dapati cahaya dunia luar yang menyilaukan mata.

Kembali lagi, terserah kamu.
Lorong ini tempatku, aku terbiasa dengan gelap dan sepi.
Dan soal temboknya, siapa peduli..
Ini hanya tembok, warna saja jika ingin kembali terlihat indah.
Lupakan temboknya..
Yang terpenting pintunya masih terbuka untukmu.
Tinggal bagaimana kamu, masih nyaman tinggal di dalamnya atau tidak ?
Atau kamu sudah punya rencana untuk pindah ?
Sekali lagi, terserah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...