Catatan Akhir Tahun

Jujur, waktu gue bikin postingan ini perasaan gue lagi dongkol setengah mati.
Dan berkali-kali gue coba untuk menyadarkan diri bahwa gue harus berhenti bersikap kolokan.
Untuk sepersekian menit gue bisa mengabaikan, tapi semuanya gak mudah.
Sampe akhirnya gue capek sendiri karna nggak ada yang peduli.
Tapi yaudahlah, bukan itu yang mau gue bahas disini.

Well, malam ini gue ga denger suara knalpot.
Tapi tetangga gue sengaja nyetel lagu dangdut keras banget, macam mau ada hajatan orang sekabupaten.
Masa bodolah, gue ga mau ngerusak kebahagiaan orang lain malam ini.
Biar aja. Ga setiap hari kok.

Udah di penghujung tahun aja..
Mau bahas apa lagi ya ?
Gue males mundur ke belakang buat ngeliat kejadian-kejadian lampau.
Rasanya ga perlu.
Ga ada yang harus direview.

Tahun ini gue menghadapi banyak persoalan dan lumayan banyak belajar sih..
Gue belajar, bahwa what has done yah done.. udah gitu aja.
Ga ada yang bisa diperbuat lagi.
Menyesal aja ga akan menyelesaikan masalah.
Hidup itu buat dihadapi, bukan diratapi.
Simpel kan ?

Karna gue terlanjur badmood,
Langsung aja to the point..
Harapan gue buat tahun depan.
Gue cuma berharap jadi orang yang lebih baik.
Maksud gue, dalam semua aspek.
Gue pengen lebih rajin beribadah, ikhtiar, lebih rajin belajar, lebih berguna buat orang-orang sekitar gue, terutama buat orangtua gue.. gue pengen jadi kebanggaan mereka.
Gue pengen lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, lebih mudah mengenal, lebih percaya diri dan lebih banyak teman.
Gue pengen lebih baik dalam bertingkah laku dan bertutur kata, gue pengen jadi lebih kalem dan rapi tapi tidak menghilangkan ciri khas gue yang absurd dan beda.
Atau apapun harapan gue, intinya gue cuma mau 'lebih baik' dari sebelumnya.
Gitu aja sih..

Gue percaya, nggak semua hal harus sesuai apa yang gue mau.
Kadang dari ketidaksesuaian itu gue bisa belajar tentang kecewa dan ikhlas menerima
Itu juga yang gue pelajari dari satu tahun terakhir ini.
Karna tahun depan gue udah masuk PTN,
Satu lagi harapan gue, gue pengen.. dimanapun nanti gue belajar, dan ilmu apapun itu..
Semoga bukan sesuatu yang salah..
Semoga orangtua gue ga kecewa..

Selamat malam semesta,
Goodbye 2013..
Welcome 2014..

Mengoceh..

Kuberitau kamu,
Soal kemungkinan itu, bukan 50-50.
Karna hampir setiap aku membuka mataku, selalu kusempatkan mencari tau.
Aku sendiri tidak mengerti kenapa ini jadi seperti sebuah keharusan.

Soal transportasi pikiran..
Hehe, aku hanya suka menulis saja.
Sambil berharap tulisanku cukup untuk menjelaskan sesuatu.
Yaa, kamu tau sendiri betapa seringnya aku salah dimengerti.
Mungkin memang aku tidak ahli menjelaskan.
Atau bisa jadi, sudah jadi bakatku untuk menciptakan kesalahpahaman dan jadi objek amuk massa.
Hahahaha..

Ohya, soal catatanmu.
Aku tersenyum membacanya.
Ada yang lucu ketika kamu menyinggung ini dan itu.
Ini bisa jadi catatanmu yang paling kusukai.
Ah tapi bukan kali ini saja.
Karna sebenarnya aku selalu menyukai setiap karyamu.
Mungkin ini guna-guna dukun muda..

Jadi, kamu adalah bayi 20 tahun ?
Dan aku pun anak kecil tujuh belas tahun.
Hei, kita bisa bermain bersama..
Bermain layaknya dua anak kecil yang lucu.
Bukan pacaran yaa, maksudku belum untuk seumuran anak kecil dan bayi.
Hehe..

Hei, bro !
Aku nggak pernah menuntutmu melupakan keseimbangan.
Aku hanya bersikap sewajarnya.
Seperti apa adanya aku.
Aku juga sedang berusaha menikmati keadaan.
Kamu pun tidak perlu pusing memikirkan keinginanmu untuk menggenggam dan rayuan sang bosan.
Aku belum bisa digenggam.
Aku belum bisa bergerak dari tempatku.
Jadi tetaplah seperti ini.
Semesta sedang bermain dengan waktu.
Mengulur waktu ketika kamu hilang, dan membuatnya singkat ketika kamu hadir.
Aku tau ini sebuah trik, agar terhindar dari bosan.

Aku tidak bisa menyembunyikan degub jantungku yang berpacu lebih kencang saat membaca pesanmu setelah sekian lama kamu hilang.
Yaa deg-degan itu selalu ada, dan sangat terasa.
Dan lebih sering gemes ingin menyerudukmu saat mempermainkan moodku.
Membuatku terpaku memandang ponsel dengan ekspresi yang berganti tiap menit.
Tapi aku bersyukur kamu menyadari betapa menyebalkannya dirimu.
Jadi aku lebih ikhlas lagi dalam bersabar.
Hehe..

Selain tersenyum saat membacanya.
Aku juga sempat mengerutkan dahi dan bertanya sendiri.
'Memangnya kemarin aku nulis apa ?'
Catatanmu, semuanya lengkap menjawab tanyaku.
Bahkan juga sesuatu yang belum pernah kutanya.

Pfft..

Well, kukira malam ini aku akan menulis sesuatu di sosial mediaku.
Mungkin sebuah kalimat yang manis, di akhir jumpa..
'Thanks for bringing me this beautiful and barely-chaotic night ever'

Tapi batal ya ?
Ini bukan karena semesta tidak mengijinkan.
Mungkin karena kita terusik pemikiran-pemikiran kompleks.
Dan terlalu banyak pertimbangan.
Tentang jangan mulai untuk menumbuhkan kembali sebuah perasaan.
Dan alasan-alasan lainnya.

Aku hanya bersikap seadanya.
Mungkin kamu benar, tentang satu hal.
Mungkin bertemu akan menghidupkan kembali perasaan itu.
Terbukti dari panikku merencanakan baju yang ingin kukenakan sore ini.
Dan kalimat yang kusiapkan untuk dipamerkan pada akun sosial mediaku.
Harusnya aku lebih memahami perasaanku sendiri.

Jangan salahkan aku jika pada akhirnya kubilang, aku enggan memilih baju yang rapi sebelum bertemu denganmu.
Kamu yang lebih dulu ragu, kemudian aku terkontaminasi pemikiranmu.
Yaa, jika saja kamu tidak begitu, aku pun tidak banyak memikirkan 'resiko'
Kan aku sudah bilang sejak awal, aku malas membahasnya.
Kalau mau, berangkat saja..
Tapi sudahlah mungkin bukan hari ini..
At least, aku harus berterima kasih karna kamu mau peduli dan memahami posisiku.
Bahkan saat aku sendiri lupa memikirkan masalah dari posisiku.

Jadi, karna sudah dibatalkan.
Akhirnya aku hanya berbaring dikamar, digigit nyamuk, dan memainkan ponsel.
Bodohnya, tiga jam yang lalu aku sempat membayangkan akan melihatmu dihadapanku.
Kemudian tersenyum semalaman.
Haha.. ini gila.

Satu lagi, aku nggak ngerti kenapa kamu bisa demikian menyebalkan saat mengakhiri forum.
Mungkin karna salah memahami lagi.
Atau aku yang terlalu sensitif menanggapi cuekmu.
Pfft..

Urusan hati

Peringatan : postingan ini kurang penting, tidak mengandung asupan gizi dan menyebabkan kantuk.
segera tutup website ini sebelum anda benar-benar tertidur bosan.

Cinta ini ada. Cinta ini gila.
Bahkan jika ada sesederhana ungkapan 'aku sayang kamu' tanpa syarat dan alasan.
Ada juga yang punya sejuta alasan untuk jatuh cinta, karna katanya cinta itu bikin semua yang ada di dia terlihat menarik.

Ohya, sebelum saya melanjutkan postingan ini.
Saya ingin menyakinkan bahwa saya bukan anak dibawah umur yang salah gaul.
Bicara hati bukan hal tabu untuk remaja seumuran saya.
Oke lanjut !

Kita bicara alasan dulu,
Ya dari beberapa hari belakangan ini jadi pendengar curhatan teman.
Aku (kali ini pakai aku, bukan saya) mendapati beberapa alasan kenapa teman-teman saya menyayangi pacarnya.
Ada yang karna pangkatnya yang bikin si cowok itu terlihat gagah dan punya masa depan cerah.
Ada yang karna saking gilanya cinta itu, sampe semuaa yang terlihat dari cowok itu adalah indah.
Ada yang sudah terlalu nyaman mengenal, dan kebetulan si cowok cukup baik dan menyayangi si cewek.
Ada juga yang tiba-tiba saja suka, dan terlalu capek mencari tau alasan logis untuk perasaannya. Kayak aku.

Dan soal bertahan dengan dia yang menyebalkan.
Ada masanya dimana pacaran itu jadi membosankan,
Bisa karena dia (cowok) yang bosan,
Bisa karena kita (cewek) yang bosan.
Atau karena terlalu sering tidak sepaham, sering adu mulut, berdebat merasa tidak cocok.
Atau karena terlalu capek bersabar menghadapi cueknya dia
Bosan mengalah dan di nomer-empatkan setelah orangtua-teman-game.
Atau masa bodolah alasan apa lagi.
Di kasus bertahan, kebanyakan cewek yang lebih sering bertahan.
Alasannya simpel, udah lama pacaran, masih sayang, ga rela dia sama yang lain, atau bahkan takut patah hati.
Ya emang sih, ga semua cewek memilih bertahan.
Beberapa ada yang emang udah punya 'cadangan' waktu masih pacaran.
Beberapa juga emang terlalu gengsi buat mempertahankan, jadinya abis putus langsung nyari gantinya.

Aku nggak paham lagi soal hati.
Padahal dari jaman SD sampai di penghujung masa SMA, yang kutau bentuk hati manusia itu sama.
Komponen penyusunnya sama.
Cara kerja dan fungsinya juga sama.
Tapi kenapa ada yang gampang banget suka sama orang, dan ada yang ribeet bener sama masa lalunya.
Ini kerja hatinya gimana sih ?
Ini pasti ada campurtangan magis.

Dari kesimpulanku sendiri,
Urusan hati ini gila.
Seperti mabuk ekstasi.
Beberapa orang bisa berubah menjadi bukan dirinya,
Dan untuk yang menjalani, ini begitu aneh, tidak masuk akal, tapi juga bikin bahagia dan nggak mudah buat berhenti, ini candu.
Cinta ini racun.

Baidewei, seseorang pernah ngasih tau aku.
Sering-sering pacaran dan patah hati itu gak buruk kok, katanya lumayan jadi pengalaman.
Katanya lagi, semakin banyak pengalaman bisa belajar jadi lebih bijak.
Teu kitu atuhlah..
Aku pernah baca buku, di dalamnya ada quotes 'belajarlah dari pengalaman, pengalaman adalah guru terbaik. tapi lebih baik jika belajar dari pengalaman teman'
Hehe..

Udah ah, sekian dulu postingan ngawur dari saya.
Postingan ini semata-mata dibuat karna saya pengangguran dan bosan.
Biarin aja kalo isinya ga penting, hahaha..

Bacalah, dan kenali isinya..

Hei, berjalanlah denganku di koridor ini.
Kamu boleh menggamit tanganku,
Dan aku akan menceritakan isi di dalam sini.
Kubikel hati ini, dengarlah..
Kamu boleh lepaskan genggaman tanganmu setelahnya.

Apa yang terlihat di lorong ini adalah sepi.
Seperti itu juga didalam sini.
Kadang kamu ada untuk duduk dan bercanda denganku,
Tapi kemudian tiba-tiba pergi meninggalkan aku tertunduk sendirian pasrah.
Dan saat aku mulai menikmati sepi dan asyik sendiri,
Kamu datang lagi, menawarkan tawa bahagia dan cerita lainnya.
Lorong ini nggak lagi sepi, ada gema tawa kita berdua.
Saat itu aku yakin lorong ini milik kita, hanya ada kamu aku dan pantulan suara canda kita.
Tapi sekali saja kamu alfa, aku mendapat masalah.
Lalu kuputuskan untuk sama sekali tidak menghadirkan kamu di lorong ini lagi.
Aku berjalan pelan, menikmati sepi.
Nggak lama, kemudian ku dengar kamu memanggil namaku.
Aku nggak sanggup menghindari, nggak bisa mengabaikan
Aku terlalu menginginkan tertawa karenamu lagi.

Aku bosan patah hati,
Aku takut masalah itu kembali menghampiri.
Jadi kuminta kamu jadi temanku, secara profesional.
Tapi sebagai teman kamu agak menyebalkan.
Kamu berkali-kali membuatku terpaksa cemberut kesal dan mengerutkan dahi tiap kali chatting.
Kamu manja, saat aku berusaha keras jadi profesional.
Tapi ketika aku mulai melunak dan ingin manja, kamu malah jadi sangat menyebalkan dengan sikap sok profesionalmu yang tidak biasanya.

Soal perasaan ini,
Masih ada, tapi bentuknya tidak lagi sama.
Mungkin seperti tembok yang berkali-kali diterpa hujan badai dan terik matahari.
Catnya banyak mengelupas disana sini.
Warnanya sedikit pudar, tak lagi cerah.

Maaf, tapi ini karna kamu tidak menjaganya.
Kamu hanya datang dan pergi.
Tak sesekali tinggal untuk merawat yang ada.
Ohya, aku baru ingat kalau kamu sibuk.
Banyak urusan, harus kuliah.
Dan sepulangnya kamu dari segala urusanmu, yang tersisa hanya keletihan.
Kemudian tertidur, tak sempat mempeduli tembok ini.

Aku sudah selesai bercerita,
Sudah kamu lihat isi lorong ini..
Mari kita duduk di bangku yang ada di ujung sana.
Tanganku yang dalam genggamanmu,
Lepaskan saja jika kecewa.
Atau terserah jika kamu masih ingin menggenggam tanganku untuk menelusuri lorong ini,
Mungkin bisa kita temukan ujung dari lorong ini, dan kita dapati cahaya dunia luar yang menyilaukan mata.

Kembali lagi, terserah kamu.
Lorong ini tempatku, aku terbiasa dengan gelap dan sepi.
Dan soal temboknya, siapa peduli..
Ini hanya tembok, warna saja jika ingin kembali terlihat indah.
Lupakan temboknya..
Yang terpenting pintunya masih terbuka untukmu.
Tinggal bagaimana kamu, masih nyaman tinggal di dalamnya atau tidak ?
Atau kamu sudah punya rencana untuk pindah ?
Sekali lagi, terserah..

Selamat hari ibuu..

Hai ma !
Mungkin ucapan manis dan kecupan sayang bukan tradisi di keluarga kita.
Bahkan untuk momen sepenting ulang tahun pun kadang sering terlupa, atau ingat tapi sekedar ingat, tidak ada kejutan, kado atau hal romantis lainnya.
Jadi aku boleh dapat pemakluman untuk gengsiku mengucapkan selamat hari ibu.
Ya, aku hanya menyampaikannya di sosial media, yang aku tau mama tidak akan membacanya.

Aku sayang mama,
Walaupun sebenarnya sore ini aku sedikit sakit hati dengan acuhnya mama saat aku mengeluh sakit kepala.
Aku cuma pengen kepalaku dielus-elus, seperti yang biasa mama lakukan jika kakak atau adik-adikku yang mengeluh sakit.
Atau yaa, paling tidak berilah aku pemakluman untuk sakit kepalaku ini.
Biarkan aku berbaring sebentar menikmati nyeri di kepala, jangan selalu membentakku..
Kumohon..

Tapi ini juga salahku..
Jadi lebih baik kuanggap ini sebagai salah satu cara mama dalam mendidikku agar tidak manja.
Lagipula, rasanya tidak pantas jika aku merasa sakit hati pada mama.
Toh, aku lebih sering mengecewakan mama.
Iya, terlalu sering.
Dan sering kali aku tidak menyadari perbuatanku.

Selamat hari ibu, ma..
Maaf aku terlalu sering mengecewakan,
Terlalu sering ngotot mendebatmu dengan pengetahuanku.
Sebenarnya aku nggak pernah mau berdebat, aku nggak mau durhaka.
Diam-diam aku sering nangis di akhir debat kita, tapi aku nggak mau mama melihat air mataku.
Jadi yang terlihat, aku bandel, cerewet dan tukang ngotot.
Sekali lagi maaf, terlalu sering menyakiti mama dengan ucapanku.

Sampai hari ini,
Aku masih menyesal karna nggak pernah bisa bikin mama bangga.
Dengan apapun yang sudah kucapai, rasanya nggak pernah cukup.
Aku setengah mati berusaha tau caranya jadi anak ideal kebanggaan mama.
Tapi sepertinya belum berhasil ya ?
Ah, ini pasti cuma perkara waktu..

Ohya, aku sayang mama.
Tiap kali kita bercanda, mama menjelma seperti seorang kakak buatku.
Sampai kadang aku kebablasan menyundul mama atau menggigit tangan mama jika merasa sebal.
Oke, maaf juga soal itu..
Ma, aku udah ngalah loh..
Soal sekolah luar kota, aku nggak mau ngeyel lagi.
Soal kuliah universitas dengan jurusan nyeleneh itu, aku nggak terlalu berambisi.
Aku ikut saja aturan mama..

Sekali lagi, selamat hari ibu..
Untuk wonderwoman-ku, the most beautiful mom in the world, guru terbaikku,
Terima kasih untuk semua posesif yang mengiringiku tumbuh dewasa.

Aku sayang mama, tulus.

Idealis vs Realistis

Aku lupa kapan terakhir, aku jadi anak idealis.
Menyusun rencana A sampai Z.
Membuat wish list, yang paling tidak satu tahun harus ada satu pencapaian.
Aku bahkan masih ingat isinya..

Umur 18, jadi maba FK UGM
Umur 19, novel pertama terbit
Umur 20, sibuk kuliah, jadi asdos hehe
Umur 21, wisuda S.Ked
Umur 22, masih Koas, (mungkin) jadi tante
Umur 23, wisuda profesi dokter.
Umur 24, udah kerja, boleh pacaran, kenalin calon ke keluarga.
Umur 25, nikah.
Umur 26, anak pertama lahir, (mungkin) novel kedua terbit.
Umur 27, Pendidikan profesi dokter spesialis (penyakit dalam)
Umur 28, luluss, wisuda.
Umur 29, anak kedua lahir.
Umur 30, biayai orang tua naik haji (amiin)
Umur 31, buka usaha kost.
Umur 32, ...

Kemudian, aku berhenti.
Sejenak berpikir kemudian bertanya,
Kenapa aku bisa demikian yakin hidupku akan selurus itu ?
Semudah itu ? Sesempurna itu ?
Dari mana aku tau, umurku akan sepanjang itu ?
Hei, sedang apa aku ini ?

Simply, aku mikirnya ini jadi ga penting lagi.
Buat apa aku bikin daftar pencapaian yang almost perfect sementara keadaanku begini saja.
Untuk skill, effort, atau apapun itu, rasanya aku belum pantas.
Lagipula, siapalah aku ini..
Sudah sok ngatur apa apa saja yang akan terjadi dari tahun ke tahun.
Padahal dua detik yang akan datang saja belum tentu jadi milikku.
Sebagai seorang pemimpi, aku agak berlebihan.

Dan seketika itupun aku jadi realistis.
Menyadari diri, aku terlalu jauh berkhayal.
Aku melayang terlalu tinggi, dan kadang aku jatuh.
Kemudian bangkit dan kembali jatuh.
Sakit itu pasti, bahkan sedikit trauma.
Kelelahan jatuh dan merangkak naik ke atas.
Tapi setelah berkali-kali jatuh, aku bosan.
Tempat itu jadi terlalu tinggi untukku, jadi aku jalan pelan.
Menaiki satu persatu anak tangga sambil mengukur kemampuan.
Dan berhenti di anak tangga manapun  yang cukup membuatku nyaman untuk tinggal dan menetap.

Aku harus mengabaikan kertas berisi daftar pencapaianku itu.
Berhenti jadi pemimpi, tidak lagi ambisius.
Yaa sedikit berkhayal, tapi hanya untuk menyemangati diri.
Nggak harus selalu dikhayalkan, ada baiknya aku berusaha semampuku.
Jadi, apapun hasilnya.. aku nggak akan terpuruk kecewa.

Satu hal, ternyata aku si tukang khayal yang realistis hehe.
Aku masih bisa memerangi imajinasiku sendiri dengan logika yang kupunya.
Seperti ada dua 'aku' didalam satu tubuh.
Dua 'aku' yang sangat bertolak belakang.

Kau tau, jadi realistis dan memerangi khayalku adalah sulit.
Sangat sulit ketika harus merasakan nyeri dikepala karna perang akal.
Ada khayal yang menggelayut manja, ada logika yang menghardik
Tapi logika ini lebih unggul, dia yang mengendalikanku untuk jadi realistis.
Walaupun kadang, khayal itu masih sering mampir.

Sekarang aku anak yang realistis.
Daftar pencapaian itu, cuma kertas.
Tanpanya, semua akan baik-baik saja.
Jalani saja, hadapi saja.
Yaa, kalau memang ada yang harus dicapai, aku akan berusaha.
Bukan hanya sekedar menulisnya hehe..

Anak pingit.

Dari seorang kawan, tentang menjadi anak pingit.

Hai !
Aku baca blogmu, juga tweet galaumu.
Menurutmu, jadi anak pingit itu nggak enak ya ?
Menurutku juga gitu.
Kadang aku mikir, mamaku gak adil.
Sedikit kuno dan overprotective.
Semua inginku dilarang,
Semua cita-citaku dihujat,
Aku diatur, dibentuk sesuai ingin mamaku.
Kesal ? Ya kadang.
Aku ngerasa kuno, kuper, dan seolah terisolir dari dunia luar karna posesifnya mama.
Tapi aku terlalu takut mengecewakan.
Aku nggak bisa nolak, nggak sanggup membantah.
Jadilah aku belajar menikmati posisiku.
Sebagai anak pingit.

Kamu masih lebih beruntung dari aku,
Setidaknya mamamu tidak menyalahkanmu untuk cinta-cinta yang kamu punya.
Kalau aku, untuk jatuh cinta yang diluar kendaliku saja mama menganggapku gila.
Aku seperti tidak diijinkan jadi normal ya ?
Hehe, lupakan..
Ayolah, mungkin mama-mama kita sedang mengkhawatirkan kita.
Maklumi saja.

Semuanya jadi kerasa ga adil kalo kita menuntut lebih.
Semua larangan keluar malam, dibonceng cowok,
Pertanyaan 'Mau kemana? Sama siapa? Pulang jam berapa? Itu temen sekolah atau bukan? Rumahnya dimana? Perlunya apa?'
Larangan pacaran,
Atau semua pertanyaan posesif yang mendesakku untuk selalu jujur, bahkan untuk urusan hati.
Pada akhirnya bikin aku nyerah.
Aku ga bisa nolak semua perhatian yang berlebihan itu.
Aku takut, nyakitin mama.

Bro,
Kita emang udah tujuh belas tahun.
Tapi mungkin bagi mama, kita masih anak kecil yang manja dipangkuan mereka.
Belajarlah menikmati posesif.
Anggaplah posesifnya mama adalah gangguan terbaik yang pernah kamu terima.

Mungkin suatu hari nanti kita akan kangen mendengar suara-suara cerewet mama saat melarang kita soal ini dan itu.
Biarkan saja mama menganggap kita putri kecilnya, biarkan mereka merasa kita masih miliknya.
Karna pasti ada saatnya kita meninggalkan mereka, untuk kehidupan baru kita.
Dengan kesibukan baru dan rumah baru yang berisi orang-orang baru.
Orang-orang yang kemudian merebut waktu dan perhatian kita dari mama.

Kalau aku,
Aku takut nggak bisa adil membagi sayang antara mama dan orang-orang baruku nanti.
Jadi selagi aku bisa, kubiarkan mama merasa aku adalah miliknya.
Kubiarkan mama mengatur hidupku, dan aku akan berusaha menikmatinya.
Supaya mama lega, nggak selalu waswas dan nggak sedih kehilangan sosok manja kesayangannya.

Lagipula, nggak akan selamanya kita diatur.
Ada masanya kita akan dibiarkan memilih sendiri jalan kita,
Toh mereka juga ingin melihat kita tumbuh jadi perempuan yang mandiri.
Iya kan ? Hehe..

Ada yang jual moral ?

Gila ya ?
Beberapa hari yang lalu sekilas denger berita di tipi tentang maba ITN yang meninggal waktu ospek.
Sekarang aku baca sendiri beritanya di twitter.
Asli, keseeel banget !!
Senioritas sih senioritas, tapi bukan berarti diskriminasi terhadap junior dihalalkan juga sih !

Mas, mbak.
Yang kalian siksa itu anak orang.
Orang tuanya nungguin di rumah, mendoakan anaknya biar sukses menuntut ilmu diperantauan.
Dia jauh-jauh kuliah bukan buat mati sia-sia, dia mau kuliah !
Apa sih yang ada kepala kalian ?
Segitu dendamnya sama ospek di masa kalian ?
Sampe harus banget gitu, nyiksa maba buat melampiaskan dendam ?
Trus kalo udah gitu, apa lagi ?
Ngerasa hebat ? Ngerasa berkuasa ? Jagoan ?
Duh, sakit jiwa kali !

Psikopat, menurutku.
Coba deh, acara nyiksa anak orang sampe mati itu segi edukasinya dimana ?!
Lagian jadi senior belagu amat, mentang-mentang senior jadi ngerasa boleh ngebully junior gitu ?
Yang kalian bully itu belum tentu pernah dikeplak bapaknya, lah elu siapaaa ?
Segala berani nyiksa anak orang.
Selow bener hidupnya..

Itu yang nyiksa maba, SDnya dimana sih ?
Ga pernah diajarin PPKN ya ?
Atau ga hapal sama bulir pancasila yang isinya 'kemanusiaan yang adil dan beradab'
Atau malah... ahsudahlah..

Aku gatau lagi gimana kecewanya orang tuanya si korban.
Mungkin juga nyesel ngelepas anaknya kuliah di perantauan.
Harusnya pulang beberapa tahun lagi jadi sarjana, tapi malah pulang cepet dan jadi mayat..

Tau kok, aku ga pantes banyak komentar.
Apalagi soal moral, kayak aku udah paling bener aja.
Ga ada pentingnya juga sih aku nyinyirin disini,
Aku cuma sebel aja..
Ya gimana ya ? Gitulah..
Mereka ga kebayang apa ?
Gimana kalo misalnya saudara atau adiknya mereka yang di bully sampe mati ? Mikirin ga sih perasaan keluarganya ?
Ah, mbuhlah..
Biar saja urusan mereka sama Tuhan mereka masing-masing.

Abangcuu..

Sesingkat obrolan kali ini,
Ada nasehat terselip dibalik percakapan nggak mutu antara aku dan dia.

Dia, abang kandungku.
Orang yang kukenal menyebalkan itu masih jadi kakak kesayanganku.
Beberapa masa pernah membuatnya begitu dekat dan juga sangat jauh dariku.

Dulu waktu kami masih sama-sama anak SD, dia selalu ada untuk memboncengku ke warnet dengan sepeda kayuh.
Mengajarkanku mengoperasikan komputer dan menyimpan ketikanku di disket
Lalu sejak dia masuk SMP kami tak banyak bicara, tak banyak berurusan.
Ketika SMA, kami selalu bertengkar untuk urusan kamar mandi di pagi hari, dan remote tipi di malam hari. Selalu.
Dan sekarang, setelah dia memutuskan untuk meninggalkan rumah dan kuliah luar kota..
Setiap hari aku merindukannya.
Setiap hari aku berharap dia pulang, walaupun hanya untuk membuatku sebal.

Dia bukan kakak ideal.
Dia bahkan tidak akan mengantar dan menjemputku jika tanpa iming-iming imbalan.
Dia tidak pernah mengajarkanku pelajaran ini itu, tidak menasehati untuk hal baik.
Dia tidak pernah begitu menjagaku dari pengaruh buruk lingkunganku.
Dia tidak pernah mau mengalah soal televisi dan kamar mandi.
Dia suka membaca diary dan pesan diponselku, tapi selalu marah saat aku membaca pesan diponselnya.

Dan di setiap kepulangannya,
Aku benci saat dia memanfaatkanku untuk mencuci celana jeans dan beberapa kaosnya dengan alasan : 'halah yu, aku mulih durung karuan sak ulan pisan. Dijaluki tulung loh ngunu rek adikku'
Ah, aku bisa apa ?
Memang kenyataannya dia jarang pulang.
Dan setiap kali dia pulang, ada perasaan tidak rela melihatnya mengemasi barang untuk bersiap kembali ke perantauan.
Selalu, kangen..

Tapi serius, aku sayang abangku.
Orang yang demikian menyebalkan itu.
Kadang dia bisa bersikap sangat manis dan hangat.
Dan dibalik sifat tidak dewasanya, masih ada hal baik yang bisa kukagumi dari sosoknya.
Cara berpikirnya yang simpel dan nasehat yang tiba-tiba saja keluar dari susunan kalimat ngawurnya.
Juga perhatian sederhana yang diungkapkannya dengan cara yang beda.
Ya, dia bukan kakak yang romantis, gaya bicaranya asal ceplos dan kadang sedikit sadis.

Dia abangku,
Musuh kesayanganku.
Orang yang hidup atas prinsip yang seenak udelnya.
Sesekali bercerita tentang pengalaman hidupnya, tapi selalu melarangku mengikuti jejaknya.
Dia sadar betul, pengalamannya tak cukup baik untuk diteladani adiknya.
Mungkin itu sebabnya dia tidak banyak mengajarkanku tentang hidup, dia membiarkanku menemukan sendiri jalanku.
Dia masih saja mengkhawatirkanku..

Terserah saja

Butuh beberapa kali membaca,
Sampai akhirnya aku bisa temukan arti yang sembunyi dalam susunan frase.
Sepertinya bosan.
Atau kamu tak begitu menyukai pertemanan ini.
Terserah saja.

Sulitkah menyapaku ?
Atau mungkin lebih mudah menyusun catatan itu dibanding menyusun 'hai' untukku.
Padahal banyak yang ingin kubicarakan,
Walau aku tau kita tak pernah akur dengan percakapan sentimentil.
Tapi tak usah, sibuklah saja dengan bosanmu.
Aku diam saja, meredam rasa.

Aku juga bosan,
Dengan keadaan yang tidak lagi memihak.
Dunia ini tak memberiku pilihan.
Yang ada aku terikat, pada tali istiadat.
Pada aturan yang bertahun mengiringiku tumbuh dewasa.
Seperti boneka, yang tidak mampu menguasai gerak
Tak punya kendali atas diri.
Dibentuk, ditata, diarahkan..

Kali ini, terserah saja.
Terserah, jika tak ingin menyapa dan bicara.
Terserah, jika ingin diam mengabaikan.
Terserah, asal tak terselip benci.
Terserah saja.

Aku memilih duduk memainkan kata,
Sedikit tak adil membaca yang tertulis,
Tapi aku lelah menjelaskan.
Karena terlalu sering salah dimengerti.
Seperti yang baru saja kubaca, jawabanmu.
Postinganku bukan pertanyaan.
Hanya sebuah judul yang mewakili isi.
Bukan mengharap dijawab.
Baca saja, jangan selalu salah memahami.

Tapi, terserah saja..

Lalu setelah ini apa ?

Semua hampir baik-baik saja.
Masih dalam kendaliku,
Aku sudah bisa walau tanpa kabarmu,
Aku terbiasa menunggu dan tersadar bahwa kamu bukan lagi untuk ditunggu.
Aku tidak punya hak untuk meminta waktumu.
Tidak lagi, tidak juga untuk hal sesimpel menyapaku.

Profesionalisme itu bukan lagi topeng, dia hanya pulasan tipis bedak tabur yang tanpanya kita akan tetap sama.
Tetap akan seperti ini adanya..
Dan peranan ini bukan lagi sesuatu yang harus dihapal dalam naskah,
Improvisasi dan menjiwai sampai rasanya seperti tidak lagi berpura-pura.
Akhirnya kita terbiasa, kan ?

Aku tidak lagi sekacau dulu,
Meskipun dua hari tak ada kabar darimu.
Aku bisa kendalikan moodku, agar tetap tenang.
Karna, at least aku menyadari siapa aku untuk kamu ?
Aku hanya anak perempuan posesif yang mondar mandir dihidupmu.
Dan nggak ada yang bisa membuatku berjalan beberapa langkah ke depan dari posisiku sekarang.
Aku tetap di kilometer yang itu.
Tidak akan lebih dekat, tapi bisa terlihat jauh jika waktu berpihak.

Lalu setelah ini apa ?
Tidak ada.
Karena semuanya baik-baik saja.
Tidak ada yang harus diperbuat.
Tidak untuk meninggalkan, atau berdiam.
Berjalan saja, menikmati jarak, menikmati waktu.
Menghindari dan sembunyi bukan penyelesaian.
Sibuklah, biar saja waktu yang mengatur jarak kita.

Permainan hati ini jadi sedikit membosankan,
Untuk sekian banyak hal yang membuatku yakin telah berhenti memainkannya, tapi ternyata logikaku masih bermain.
Hanya sekilas mengingat, atau sedikit berkhayal.
Kemudian tersenyum kecil menyesali
Ah, ternyata khayal itu masih ada..

Hei,
Kalau masih saja bertanya apa aku menunggu,
Bisa kubilang 'iya' tapi kali ini tanpa cemberut, tanpa banyak berharap.
Entah ini sisi pengertianku atau bagian dari profesionalisme yang kita sepakati.
Yang jelas, aku bisa begini karna terbiasa.
Dan terimakasih untuk membuatku terbiasa menunggu tanpa kepastian.
Somehow, aku senang bisa banyak belajar dari pengalaman ini.

Lalu setelah ini apa ?
Mau mengirimkan pesan untukku ?
Silahkan, aku sudah menunggu.
Teman..

Selamat ulang tahun papa..

Dengan penuh hormat, postingan ini dipersembahan untuk papa..

Selamat ulang tahun pa,
I love you, seriously..
Mungkin untuk beberapa tahun belakangan, aku bukan anak kecil yang manja dipangkuanmu..
Waktu mendewasakanku, mengikatku dengan urusan-urusan dan kegiatan baruku.
Aku tau suatu hari nanti aku akan lebih sibuk, atau bahkan akan meninggalkan rumah ini untuk alasan kuliah luar kota.
Tapi aku nggak benar-benar ingin meninggalkan papa, dan mama..
Aku cuma butuh beberapa waktu dan kondisi untuk menjadikanku lebih mandiri dan matang.
Dan aku yakin, tidak akan berhasil jika aku masih dirumah.

Aku juga kangen dimanja papa,
Tapi papa sendiri adalah sosok yang cuek,
Jujur saja aku ingin melihat papa cemburu melihatku mulai menyukai lawan jenisku..
Sebagaimana yang pernah kudengar bahwa seorang ayah akan selalu tidak rela melihat putrinya sedang mencintai laki-laki lain selain ayahnya..
Kadang aku merasa papa terlalu cuek untuk mencemburui perasaanku.
Aku menyerah saja soal itu..
Terserah papa mau bagaimana menanggapi perubahan-perubahan kecil yang terjadi padaku.
Atau malah mama yang akan cemburu kalau papa terlalu menyayangi aku.
Ah sudahlah..

Aku sayang papa, juga mama..
Papa tidak banyak bicara, karna semua yang kuinginkan selalu mendapat dukungan penuh dari papa.
Aku tau papa menyayangiku, dengan cara papa sendiri.
Cara yang nggak sama dengan yang digunakan mama.
Iya, mama dengan semua brainstorming yang terekam rapih memoriku.
Mama yang biasa menentang inginku, walaupun papa mengiyakan.
Semua pasti ada alasannya..

Selamat ulang tahun pa,
Nggak ada kado spesial yang bisa kuberi untuk papa.
Sulit jika harus mencari sesuatu untuk kubeli sebagai kado papa.
Yang kutau, satu hal yang papa inginkan hanya melihat kesuksesan anak-anak papa.
Sekali lagi, selamat ulang tahun paa..
Sehat terus ya paaa..
Panjang umur ya pa..
Aku butuh papa disini untuk melihatku sukses nanti..

Doaku, semoga kelak apapun keadaanku, kuharap itu tidak akan pernah mengecewakan papa.
Semoga papa diberi kesabaran ekstra dalam mendidik aku yang cerewet ini.
Semoga Allah mengabulkan semua doa papa, juga semua doa baik untuk papa.

Surabaya, 12 Desember 2013.
With love, Ayu.

Papaparampapamparampapa..

Papa : Sekarang Ayu agak kurusan ya ma ? Bulan lalu kan dia masih gembrot..
Mama : Bentar lagi kepalanya mekar tuh pa, dibilang kurus..

Hahaha..
Bapak gue tuh !

Speechless banget dibilang kurusan sama papa.
Secara gitu, papa adalah tipe bapak yang cuek banget nget nget.
Aku yang notabene anak perempuan satu-satunya aja belum pernah dipuji cantik loh..
Tapi dibilang kurusan aja udah puas banget.

Papaku,
Secuek-cueknya bapak,
Papa jarang bicara, tapi bisa mendadak cerewet jika melihat anak perempuannya terluka.
Itu perhatian paling manis yang bisa kuterima dari seorang papa.

Papaku baik, walaupun jarang tersenyum.
Teman-temanku pernah dibuat lari mendengar suara keras papa saat datang ke sekolah memenuhi panggilan guruku.
Hehe, papaku ga segalak itu kok..
Cuma memang lagi agak marah dikiiit karna aku telat berkali-kali dan menyebabkan papa harus menerima surat panggilan orang tua.

Sifat pemalu, ngalahan, pasrah, suka ngayal, pinter ngeles, suka petualangan, hobi baca, suka mencoba hal baru, sungkan, ga tegaan, dan pembawaan kaku yang kupunya, semuanya aku dapat dari papa..
Aku yang paling banyak mewarisi sifat-sifat papa.
Kecuali untuk pelupa, ceroboh dan suka menabung, hehe.. itu dari sifat mama.

Papaku orang baik, walaupun seringkali kunilai tidak adil.
Ah, bicara apa aku ini ?
Seharusnya aku yang berhenti menuntut keadilan.
Toh, papa selalu berusaha memberi semua yang terbaik untukku..
Iya, bahkan aku nggak pernah tau apa saja yang dikorbankan papa untuk memenuhi semua kebutuhanku,
Aku nggak akan ngerti susah payahnya papa yang menginginkan aku sekolah setinggi mungkin..
Aku nggak ada di posisi papa.
Aku nggak merasakan beban berat yang menumpuk dipunggung renta itu.

Satu-satunya penghargaan tertinggi yang bisa membayar kerja keras papa cuma gelar sarjana yang disandang anak-anaknya.
Papa selalu bilang, ingin melihat semua anaknya sekolah sampai sarjana dan jadi orang sukses.
Apalagi kalau salah satunya bisa jadi dokter, itu kebanggaan tersendiri bagi papa.
Ah papa..
Aku bisa bilang apa ?..

Baidewei, ini kok jadi sedih sih..
Nanti aja bikin postingan mellow nya pas ulang tahun papa..
Sekarang mah yang enteng-enteng aja dulu.
Ohya, si papa nih barusan aja bilang aku kurusan eeh malah sekarang beli bebek goreng..
Gimana aku mau kurusan papah..
Bebeknya melambai padaku, menggoda imanku ..
Ah gendutlah saja, bebek ini nampak enak..

Being polite is not that easy..

Ceritanya abis nemu quotes di twitter, dan keinget sama salah seorang teman yang salah mengartikan sikap ramahku.
Kepikiran juga sih, apa iya semua gemini punya keramahan yang sering salah diartikan ?
Atau cuma aku yang sering salah bersikap ramah ?

Ini jadi petaka sendiri buatku,
Dimana seringkali aku mencoba bersikap ramah kepada seseorang, tapi orang itu salah menanggapi.
Atau bahkan orang lain yang salah menilai.

Kesannya aku genit banget gitu kalo baik-baikin kamu ?
Nooooo...
Aku emang gitu kaliii,
Lah kamu kan temanku,
Wajar dong bersikap ramah sama teman..
Ah, apa iya ramah sama genit itu beda tipis ?

Bro,
Ya kalo aku baik sama kamu, itu nggak selalu berarti aku ada apa-apanya sama kamu..
Tapi emang udah setelan pabriknya begini.
Sama orang yang jahat aja aku masih ramah, apalagi kamu yang ga pernah jahatin aku..

Duh, serius amat mas..
Mending kita becanda aja yok !
Hidup tuh jangan terlalu dibawa serius.
Jangan karna aku bagian dari masa lalumu, dan sekarang aku masih baik sama kamu, trus kamu mikirnya aku ngasih harapan gitu.
Kamu mikirnya kejauhan..
Kan ga gitu juga sih..
Aku mah anaknya asik, kalo kamu baik ya aku juga baik.

Tapi kalo kamu ga suka sama caraku, itu resiko sih.
Siapa suruh dulu kenal sama aku ? 

Pfft...
Akhirnya aku sendiri sih yang ngerasa ga enak.
Jadi serba bingung, niat baik ga selalu disambut baik..
Jadi ramah itu ga gampang ya ?
Kalo punya pasangan, bakal sering dicemburui
Kalo jomblo, dikira ngasih harapan sana sini.
Duuh.. -_-"
Kayaknya cuma teman sejati dan orang-orang cuek aja yang nganggep ramahku ya emang tulus.
Bukan karna ada apa-apanya..

Bangku kiri 2.

Setelah review tadi, aku ingin membuat satu lagi postingan yang khusus di dedikasikan untuk bangku kiri,
Dan ikhlas..

Ya, bersyukur banget punya temen semacam dia
Orang yang dengan tulus dan penuh kerelaan memboncengku kemanapun dan memulangkanku kembali dengan selamat.
Tidak pernah memintaku untuk ganti posisi dari bangku belakang ke bangku depan dan pegang kemudi.
Walaupun sesekali aku ingin memboncengnya untuk membalas kebaikan hatinya.
Hehe..

Bersyukur juga, karna dengan adanya dia aku nggak pernah merasa sendirian lagi.
Selalu ada dia yang mengimbangi semua kekonyolan dan hal bodoh yang kulakukan.
Selalu ada dia dengan polosnya melakukan kebodohan yang membuatku tertawa.
Selalu ada dia dan pertanyaannya yang menciptakan gelak tawa dalam diskusi.
Selalu ada dan tangannya yang menepuk bahuku, mengingatkan bahwa aku harus diet.
Selalu ada dia dan sikap sok bijaksana dan sok romantisnya yang menenangkan kalutku.
Selalu ada dia yang merasa ketakutan, khawatir dan berdoa bersamaku setiap sebelum ulangan kimia.
Selalu ada dia yang menertawakan kesalahanku, padahal dia sedang melakukan kesalahan yang sama.
Selalu ada dia yang dengan menyebalkannya menyuruhku makan sayur dengan mengungkit-ungkit berat badan, lemak dan asam urat.
Selalu ada dia yang dengan tenangnya ngupil disaat teman-teman yang lainnya sibuk bertukar jawaban ketika ulangan.
Selalu ada dia dengan tatapan matanya yang berbinar setiap ingin menceritakan sesuatu yang memalukan.
Selalu ada dia dan tingkah ajaibnya yang membuatku merasa beruntung jadi temannya.
Selalu ada dia dengan semua dramanya yang membuatku sejenak melupakan bebanku sendiri.
Selalu ada dia dan jemari kurusnya yang memetik senar gitar memainkan lagu favoritku.
Selalu ada dia dengan pengertian dan kesabarannya dalam mengajarkanku mata pelajaran yang sulit kupahami.
Selalu ada dia, permintaan sederhananya untuk dibuatkan postingan dan senyum harunya setiap selesai membaca postinganku.
Selalu ada dia yang tidak bosan duduk di samping kiriku.

Selalu ada dia..
Selalu ada bangku kiri dan semua hal menyebalkan tentangnya..
Tapi dia temanku, orang yang sama menyebalkannya denganku.

Hei win !
Aku tidak menertawakanmu, aku tertawa bersamamu.
Toh biasanya kita melakukan kekonyolan itu bersama-sama.
Jadi kita impas ya ?

Aku, bangku kiri dan hari ini.

Mau cerita soal bangku kiri lagi nih..
Jadi ceritanya hari ini girls day out gitu deh..

Mulai dari pagi yang super faileeed !!
Bangun kesiangan, berangkat renang kejebak lampu merah berkali-kali, trus giliran nyampe kolam malah gurunya udah pulang.
Tiket masuk kolam seharga duabelas ribu pun sia-sia,
Aku langsung ke kamar mandi buat ganti baju karna hari ini aku ada janji buat donor darah dan daftar seminar ke ITS sama si bangku kiri.
Setelah ganti baju, aku turun deh..

Tap.. tap.. tap..
Daaan voilaa...
Sampailah aku di pos polisi depan pasar atom, nungguin si bangku kiri.
Sekitar lima belas menit kemudian, si bangku kiri datang.
Lalu berangkat ke PMI bermodal nekat,
Ya apa boleh buat ? masing-masing dari kami tidak punya pengetahuan memadai soal jalanan di Surabaya.

Langsung saja pindah ke menit dimana kami sudah mengisi formulir donor darah.
Setelah mengumpulkan formulir dan menunggu beberapa saat, tibalah giliran si bangku kiri untuk menimbang berat badan dan periksa hemoglobin.
Kasian si bangku kiri..
Berat badannya hanya satu angka diatas batas minimal berat yang ditentukan.
Hemoglobinnya nyariiiis sekali, tepat di angka minimal HB yang ditentukan.
Tensinya ? Ah sudahlah..
Dia kecewa sih, gagal donor karna tensinya rendah..
Padahal sudah sejak berminggu-minggu yang lalu dia merencanakan untuk donor darah.
*pukpuk bangku kiri*

Tapi dia ikutan masuk, nemenin aku donor.
Dan tulang-tulangnya kerasa ngilu pas liat jarum yang dipakai buat transfusi.
Singkatnya selepas donor darah kami berangkat ke ITS, kali ini bermodalkan google map di ponselku.
Bangku kiri kemudikan motornya, dan aku membaca penunjuk arah di peta.
Kau tau ?
Sebuah kesalahan besar jika mempercayakan tugas ini padaku.
Untuk menghafal kanan dan kiri saja masih sering terlupa, apalagi baca peta.
Setelah hampir lebih dari setengah jam muter-muter dan nyasar, akhirnya kami memutuskan untuk lewat jalan yang kami kenali saja.
Ya, walaupun harus menempuh perjalanan yang jauuuh dan berliku..
*haha lebay...

Berpedoman pada google maps dan pointernya yang tidak bisa dipercaya, akhirnya kami sampai di jalan Raya ITS.
Kemudian masuk kompleks fakultas-fakultas di ITS, mencari fakultas MIPA.
Satu hal yang baru kusadari, ITS terlalu besar untuk di jelajahi dua anak perempuan yang punya bakat nyasar.
Dan kampus ini terlalu sepi untuk mencari seseorang yang bisa ditanyai.

Sempat berputar-putar dan salah jalan,
Tapi akhirnya ketemu juga si fakultas MIPAnya..
Kami bertanya pada segerombolan pemuda pemudi berkaos hijau yang bertuliskan 'eco campus' mengenai letak dari sekertariat HIMKA.
Berdasarkan petunjuk dari pemuda yang kami temui tadi, akhirnya..
Disinilah kami...
Di depan ruang sekertariat HIMKA, dan pintunya tertutup rapih, terkunci.
Tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam sana.
Pfftt..
Si bangku kiri hampir saja menyerah, sampai akhirnya seorang pemuda tambun berkacamata, memberikan jawaban atas segala tanya kami.
Dia menelpon seseorang lalu meminta kami menunggu.

Selang waktu menunggu, aku dan bangku kiri membongkar bekal kami.
Lalu kami piknik di sana.
Baru setengah habis kue yang ditanganku, tiba-tiba dua orang laki-laki datang dengan ngos-ngosan.
Aku membungkus kembali kue ditanganku, sementara si bangku kiri memilih untuk melumat habis sisa kue di tangannya
Mulut penuhnya membuat ia nampak konyol saat ditanyai nama dan asal sekolah.
Singkat cerita, setelah negosiasi babibu  dengan dua mahasiswa tadi selesai, kami langsung angkat kaki balik badan menuju parkiran motor.
Lalu pulang.

Dalam perjalanan pulang kami tidak banyak bicara, hanya sedikit mengomentari bentuk mobil yang kami temui di jalan.
Dan sesampainya di depan gang rumahku aku langsung berpamitan dan mengucapkan terima kasih.
Ohya, kami sempat melakukan tepukan / toss ritual perpisahan favorit kami.
Ya, perjumpaanku dengan  bangku kiri hari ini diakhiri dengan dua tinju yang melayang di hidungku.
Tanda bahwa aku kalah dalam toss, as always..

Mama, aku dan ego kami.

Aku : Emangnya mama pengen aku jadi apa sih ?
Mama : Mama cuma pengen kamu jadi orang bener, yaa mama sih ga nuntut kamu jadi apa atau apa gitu, tapi kamu harusnya tau sendirilah kalo milih sesuatu itu yang prospek kerjanya bagus ?
Aku : Jadi aku bebas dong milih jurusan kuliah apapun ?
Mama : Ya terserah..

*another day*
Mama : Mending itu pilihanmu di perkapalan dibatalin aja deh, kan belum dibayar..
Aku : Lah kenapa ?
Mama : Ya gapapa, mama ga cocok aja sama prodi yang kamu ambil, pilihan pertamanya sih oke, tapi pilihan dua sama tiganya mama ga suka.
Aku : Yaelah ma, belum tentu juga nyantol di pilihan dua tiga, iseng aja dicobain. Lagian ini aku yang jalani..
Mama : Iya sih, emangnya kalo ga di perkapalan, kamu mau kemana ?
Aku : UB, astronomi atau perhutanan mungkin ?
Mama : Astagfirullah.. kamu mau jadi tarzan ? Trus emangnya kamu mau belajar apa astronomi itu ??
Ayu : Lah kenapa ? Katanya bebas milih jurusan mana aja yang aku suka..
Mama : Ya tapi nggak di hutan juga sih -_-
Aku : Udahlah ma, tiap anak itu punya jalannya sendiri, aku juga..
Mama : Ya mending kamu di rekam medis, sekolahnya gampang, kerjanya jelas.
Aku : Wainii.. katanya kemarin ga nuntut aku jadi apa atau apa.. tapi maksa banget supaya aku masuk rekam medis.
Mama : Siapa juga yang maksa ? Cuma menyarankan..
Aku : Yakalii.. cuma menyarankan rekam medis, dan menolak semua jurusan pilihanku.. ujung-ujungnya rekam medis lagi.. sama aja maksa alus sih ma..
Mama : Ya habisnya pilihanmu ga ada yang bener..

Mama..
Aku bisa bilang apa ?
Capek-capek ngomongin pilihan jurusanku, semua ditolak.
Adaa aja alasannya.
Kenapa sih aku ga boleh milih sendiri mana aja yang kumau ?
Lagipula aku punya alasan yang jelas dalam menentukan pilihanku.
Aku pengen kayak mas Bagus, jadi asdos.
Aku pengen setelah itu nerusin jadi dosen.
Apanya yang salah ma ?
Apa menurut mama aku nggak mampu ?
Apa aku terlalu bodoh ma ?
Atau mama yang terlalu khawatir ?

Sudahlah, berdebat tidak akan menyelesaikan masalah.
Lagipula rekam medis bukan ide buruk.
Tanpa mama tau, aku memang berencana mengambil jurusan itu nantinya.

Masih terlalu pagi untuk bicara tentang ini.
Semua masih gelap, abu-abu.
Santai saja dulu,
Duduk dan nikmati apa yang terjadi..
Aku udah capek meyakinkan mama bahwa aku sudah besar, aku bisa bedakan baik dan buruk, aku bisa jaga diriku dan aku akan bisa survive diluar kota.
Percuma saja, aku tau mama akan teguh pada pendirian mama yang itu itu lagi.
Biar masalah ini jadi topik diskusiku dengan Tuhan di setiap akhir sujudku.

Judulnya 'teman'

Aku lagi males bahas yang galau-galau.
Jadi kali ini marilah kita bahas teman-temanku tercintaa.
Orang-orang yang pernah sangaat dekat denganku, sebelum dengan si bangku kiri.

Mulai dari jaman cupu semasa TK,
Waktu itu aku termasuk anak pendiam yang tidak banyak akrab dengan teman-temanku.
Temanku ya cuma si Ipul aja, dari sejak bayi merah sampe setua ini kami tetap teman baik.
Sejak TK dia yang sering menjemputku berangkat mengaji di TPA, atau berangkat sekolah bersama.
Dia memanggilku 'mbak' walaupun selisih usia kami hanya dua bulan, tapi tak apalah.
Saking akrabnya, dia memanggil orang tuaku dengan sebutan 'mama' dan 'papa'
Adik dan kakakku pun menyukainya karna dia anak yang sopan dan pintar.
Jadilah kami seperti keluarga.
Ohya, soal pendidikan kebetulan orang tua kami selalu berusaha menempatkan kami di sekolah yang sama agar mudah dipantau.
Tapi karna dia lebih pintar, jadilah ketika SMP kami harus terpisah.
Walaupun begitu pertemanan kami masih berlanjut hingga hari dimana aku membuat postingan ini.

Lanjut ke jaman SD
Awal-awal SD aku masih sangatlah pendiam.
Dan di kelas 4 aku mulai akrab dengan Fifi, dia kalem, lugu dan kurusnya naujubillah.
Kami terbiasa kemana-mana bersama, bersepeda bersama, jalan kaki bersama dan tertawa bersama.
Dia teman yang baik, sampai akhirnya di kelas 6 aku punya sekelompok teman baru.
Aku, dia dan teman kami masing-masing..
Teman baruku, kami terbentuk dalam sebuah gank
Gank yang berisi anak-anak perempuan yang menggemari Harry Potter.
Dan masing-masing dari kami punya nama belakang Potter.
Vega Potter, Irma Potter, Ayu Potter, Shinta Potter, Myas Potter, Sarra Potter.
Kami juga punya markas di sekolah, maksudku beberapa tempat yang kami klaim sebagai markas untuk berkumpul.
Markas 1 : di pojokan belakang kelas
Markas 2 : di parkiran
Markas 3 : di pohon depan ruang guru
Markas 4 : di toilet
Kami punya kebiasaan nonton DVD Harry Potter dan menghafal mantra-mantranya.
Saat itu persahabatan kami seakan diliputi magic.
Masing-masing dari kami punya latar belakang dan sifat yang berbeda.
Vega yang anak tunggal, modis dan pintar.
Irma yang anak sulung dari dua bersaudara, bapak ibunya guru, jadi pantaslah kalau dia pintar
Shinta yang ibunya perawat, dia baik, gendut dan menggemaskan
Sarra yang cantik dan lugu, ketika itu dia hanya anak perempuan yang tulalit
Myas yang anak bontot, lucu dan cukup konyol
Dan aku sendiri, aku hanya anak aneh yang suka menulis tentang mereka
Dari persahabatan kami, aku berhasil menelurkan beberapa seri cerita petualangan potter.
Aku ingat tour perpisahan kami, saat tanpa sengaja semua anak potter mengenakan kaos putih dan celana hanya aku yang mengenakan kaos merah muda dan rok panjang warna merah.
Ya, bisa bayangkan betapa anehnya aku ?
Aku kampret sekali soal fashion, jadilah penampilanku selalu nyeleneh.
Tapi sudahlah, aku pasrah saja saat teman-temanku memprotes penampilanku yang tidak kompak dengan gank.
Masa bodo, yang penting aku masih bagian dari mereka.

Pindah ke jaman SMP.
Jaman dimana aku belum bisa beradaptasi, dan masih lengket dengan Myas.
Selama setahun, Myas yang rumahnya dekat dengan sekolah terpaksa harus menjemputku lebih dahulu.
Dan di sekolah, walaupun kelas kami berbeda aku selalu menghabiskan waktu istirahatku berdua dengannya.
Ah, indahnya persahabatan..
Lalu waktu memisahkan kami, jadi jauh.
Aku mulai bisa beradaptasi dengan lingkunganku, berteman dengan Miftah.
Dia adalah teman yang sangat posesif, walaupun duduk sebangku kami pernah tidak saling menyapa selama lebih dari tiga hari.
Dan jika sudah lebih dari tiga hari, biasanya aku lupa alasanku marah padanya.
Dengan dia, Lala, Citra, Nikita, Myas, dan Vivi aku menulis serial persahabatan yang baru.
Semua berubah saat aku naik ke kelas 3, semua temanku berganti.
Aku mulai akrab dengan Rika, Fatimah dan mbak Aulia
Banyak hal gila yang kami lewati bersama, terlalu banyak :')
Dan Miftah, dia cemburu, dia berpikir bahwa aku melupakannya.
Ah, Miftah..
Kau tau, aku mengenal posesif sebagai gangguan terbaik sepanjang hidupku.
Aku selalu suka jika seseorang berlaku posesif padaku.

Loncat ke jaman SMA yok,
Disaat aku mulai terbiasa dengan teman-teman yang kukenal semasa MOS,
Tapi kemudian aku ditempatkan di kelas yang isinya orang-orang yang sama sekali baru.
Mereka memandangku dengan wajah angkuh, kecuali Winda.
Dia adalah orang yang pertama kali kusapa di kelas baruku
Kupersilahkan dia duduk disampingku, dan itu bertahan hingga sekarang.
Harusnya kami bosan.. hahaha
Ntah harus cerita apalagi tentang dia, rasanya sudah terlalu sering.
Dia teman yang baik walaupun kadang menyebalkan.
Nggak jarang dia mengajarkanku beberapa pelajaran yang sulit kupahami
Kami simbiosis mutualisme.
Ah sudahlah, bahas Winda-nya lain kali saja..
Sepertinya postingan ini sudah terlalu panjang, hehe..

Sekian.

Bundle of.. memories.

Baiklah..
Aku bohong.
Aku masih saja mimpi bertemu denganmu, dibonceng kamu, menerima pesanmu dan dikirimi cerpen olehmu.
Dan saat aku bangun dari mimpiku, lagi-lagi aku merasakan ada yang hilang.
Sisi itu kembali berlubang.

Aku masih saja mengingat orang yang biasa diskusi denganku.
Aku ingat semua obrolan ga penting itu, dan sialnya aku masih menginginkannya.
Aku ingat saat kita tidak sependapat, kamu sama kerasnya dengan ibuku saat mementahkan logikaku.
Untuk pertama kalinya, aku menyadari bahwa mengingat juga menyebalkan.

Kau tau betapa menyebalkannya mengingat semua tentangmu ?
Sangat menyebalkan.
Sangat. Sangat menyebalkan untuk mengingat bahwa kamu adalah si tukang gondok menyebalkan yang selalu membuatku menunggu seharian untuk sebuah sapaan yang tidak lebih dari empat huruf.
Sapaan 'mbem..' yang selalu bisa membuat jantungku berdebar lebih cepat saat menerimanya.
Ah, aku tau suatu hari nanti aku akan punya nama panggilan selain yang itu.
Sudahlah..

Hei,
Aku benci terjebak pada lingkaran, segitiga, atau apalah namanya ini..
Aku lebih suka jika aku simpan perasaan ini, dan kita bisa jadi teman.
Maksudku teman yang profesional, tanpa ada skandal.
Tanpa drama telenovela.
Tapi sepertinya ini takkan berhasil.
Jadi lebih baik aku berdamai dengan ingatanku.
Menikmati kenyataan, bahwa cinta bukan untuk dikonsumsi anak perempuan tujuh  belas tahun yang ingusan dan manja.

Bicara soal ingatan..
Hei, bisakah kita berdamai ?
Duduklah, aku ingin buat penawaran.
Kenapa tidak mengingat rumus kimia saja ? Atau cobalah fisika ? Teori biologi ?
Kenapa harus dia lagi dan lagi ?
Ayolah.. kenapa aku tidak bisa memilih mana saja yang akan kuingat ?
Aku kan pelupa..
Harusnya lebih mudah untuk lupa..

Aku nggak galau..
Aku cuma mau nulis disini.
Toh aku tak punya diary.
Yang kupunya hanya website ini.
Jadi biar saja kutulis disini.
Supaya bisa kubaca kembali dan kutertawakan, nanti.
Ya, lagipula dia tidak akan membaca. Tidak lagi.
Jadi biarlah aku menulis..

Belum ada judul baru.

Aku lupa ini hari ke berapa sejak aku memutuskan untuk pergi dari kamu.
Yang jelas, aku nggak lagi galau.
Meskipun aku masih saja mengingat kamu.
Masih bermimpi bertemu denganmu, membaca cerpen terbarumu,
Masih sering bertanya sendiri 'apakah kamu masih jadi bayanganku ? Masihkah menstalkingku ?'
Masih juga menulis tentangmu,
Tapi itu bukan berarti apapun..

Kamu tau ?
Kalau aku nggak berani patah hati buat ninggalin kamu, aku nggak akan belajar dan nggak akan pernah siap untuk bertemu orang baru yang mungkin lebih baik dari kamu.
Iya..
Dan setidaknya aku sudah belajar,
Atau ya, baru saja belajar..

Sekali lagi, ini tidak berarti apapun..
Walau setiap kali makan mi goreng, sate ayam atau nasi goreng aku teringat kamu.
Tiap aku bergadang dan mandang angka 2 di jam dinding, aku ingat biasanya kamu yang membuatku mampu bertahan sepagi itu.
Lalu satu persatu percakapan kita terlintas dikepalaku, percakapan ga penting, ngalor ngidul ga jelas tapi selalu berat untuk diakhiri dengan kalimat 'goodnight'
Bahkan begitu beratnya, sampai melewatkan 'goodnight' dan malah jadi 'gooddawn'
Juga sesekali aku mencium aroma yang sama dengan aroma tubuhmu. Bau khas laki-laki yang mampir dihidungku saat aku duduk di motor yang sedang kamu kemudikan.
Aku ingat bagaimana angin jalanan sore itu meniupkan wangi tubuhmu.
Tiap aku cemberut, aku ingat kamulah satu-satunya orang yang menganggap ekspresi cemberutku lucu dan malah dengan ikhlas memintaku cemberut.
Juga setiap kali aku melihat buku merah itu, aku ingat kamu, kamu belum selesai membacanya.
Dan satu lagi, aku ingat pertengahan bulan lalu, waktu kuota internetku habis dan aku berjanji akan paketan internet di awal bulan.
Aku ingat, kamu adalah orang yang sangat tidak sabaran jika harus awal bulan yang terhitung 20 hari dari tanggal itu.
Tapi sekarang, saat aku sudah memenuhi janjiku, semuanya sudah berakhir.
Bukan apa-apa, aku memang sudah berencana untuk paketan internet di awal bulan. Dengan atau tanpa kamu.

Sebenarnya banyak sekali yang bisa kuingat.
Tapi semuanya jadi ga penting lagi.
Karna bukan saatnya untuk terjebak di perasaan yang itu-itu saja.
Aku sudah lebih baik, sekarang.
Jika aku masih saja mengingat dan bermimpi tentang kamu.
Itu hanya sedikit yang tersisa dari hari kemarin.

Satu hal yang tidak harus kamu tau,
Aku tidak pernah membenci kamu.
Itu saja..

Untuk berteman ? Tentu saja boleh.
Tapi aku tidak banyak berharap, aku takut kamu tidak bisa profesional.
Sekedar menghindari pelik yang pernah menampar kita.
Ada baiknya, kita biarkan waktu menguasai kita.
Jalan saja..
Berlalu saja...
Sesekali jadi pionir, pasrah mengikuti aturan main semesta dan waktu.
Atau kembali jadi figuran untuk kisah yang lama.
Toh, belum ada judul baru untuk memulai kisah yang lainnya.

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...