Lebam di dua sisi.
Membiru dan ngilu.
Aku nggak harus menyesal.
Sekalipun memang, aku sangat membenci perpisahan.
Mungkin ini jalannya.
Bukan, bukan jalan yang terbaik.
Kau pun tau aku tak handal soal menemukan jalan.
Aku cuma ingin lari.
Karna jika tetap disini, aku pasti tertampar dan kamu nggak ada saat aku ditampar.
Iya, kamu nggak disini.
Sekali lagi, ini bukan salahmu.
Memang bukan kewajibanmu menjagaku.
Tamparan itu tetap akan kuterima juga pada akhirnya.
Aku paham konsekuensi.
Aku tau apa yang kuhadapi.
Sulit, tapi tetap harus melangkah.
Ketegasan. Ingat ?
Aku juga harus tegas pada diriku.
Berhenti mempermainkan hati.
Karna selalu ada yang harus dipilih.
Silahkan pergi !
Kali ini kubiarkan kamu membenciku.
Supaya mudah bagimu untuk berpaling.
Terserah saja, jika menurutmu aku pengecut.
Banyak hal yang nggak bisa kamu mengerti.
Kita melihat masalah dari sudut yang berbeda.
Dengan kacamata yang nggak sama.
Mungkin ini bukan saat yang tepat untuk belajar tentang cinta.
Lagipula aku benci bergulat dengan hati.
Berdebat untuk meyakinkan ibuku, bahwa jatuh cinta itu normal adanya.
Baiknya, ku iyakan saja mau ibuku.
Baiknya, aku kembali jadi anak kecil yang lugu dan tidak banyak tau soal rasa.
Setidaknya itu bisa menenangkan ibu..
Goodbye...
Kepada orang yang paling cuek, moody, kangen-able dan keras kepala.
Terima kasih sudah mampir dan memberiku heartbreaking and heartwarming experience.
Ini kali terakhir aku mengingatmu sebagai 'mbuL'
Semoga kamu senang, karena akhirnya tidak ada lagi anak perempuan cerewet yang dengan posesifnya memintamu untuk mengirimi pesan setiap hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar