Hei waktu.
Kemarilah, duduk dan nikmati teh hangat ini.
Kita bisa berbincang sembari menikmati langit sore diteras rumahku.
Kau tau aku juga menyukai semburat oranye langit senja.
Lihatlah, kaupun akan suka.
Hei waktu,
Kadang aku begitu bodoh karna ingin kembali pada detik yang sudah berlalu.
Kau tau ?
Aku suka saat aku bercanda dengan kawan kecilku,
Aku suka saat kakakku memboncengku dengan sepeda kayuh,
Aku suka saat mama mengecup keningku haru,
Aku suka saat aku dan teman-temanku duduk semeja disebuah foodcourt, hanya diam dan tidak tau harus bicara apa, tapi juga tidak ingin kehilangan momen.
Hei waktu,
Bisakah kita berlama-lama seperti ini ?
Sekedar duduk bersila menikmati napas.
Menikmati mendung dan semilir angin yang bertiup.
Melepaskan beban berat dipunggung dan kepala.
Karna aku lelah..
Menanggung berat mimpi di pundakku dan berlari mengejar fatamorgana.
Aku harus meneguk segelas kenyataan, dan coba bersantai.
Bersandar pada tembok yang kokoh, bukan lagi harapan kosong.
Hei waktu,
Detik yang tak dapat kembali itu biar saja kubingkai.
Kunikmati pada malam kala rindu menyerang.
Tapi untuk sore ini saja.
Duduklah berlama-lama denganku.
Jangan buru-buru berlalu, diluar sedang hujan.
Tunggulah, seperti yang biasa kau lakukan padaku, membuatku menunggu.
Kita bisa menghabiskan waktu dengan menghitung butir air langit yang jatuh.
Atau diam membisu merenungkan sesuatu.
Tentang hari esok.
Hei waktu,
Aku tau, aku tidak bisa menahanmu untuk tinggal.
Jadi kubiarkan kamu berlalu dan aku tetap diterasku.
Diam sendirian.
Menikmati senja dalam secangkir teh celup beraroma melati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar