22.40. Kamis. Hari ke duapuluhdua bulan November.
Masih di ruang tamu dengan tumpukan tugas yang menunggu untuk diselesaikan.
Buku-buku terbuka berserakan, tas melongo.
Aku berkutat di tempat ini sejak sore.
Dengan pensil dan bolpen yang memonopoli kerja tanganku.
Ngopi, yuk ?
Sebentar saja melemaskan otot-otot tangan dan syaraf kerja otak.
Rasanya hari ini aku benar-benar kacau.
Bangun kesiangan.
Berangkat terlambat.
Belum lagi salah pakai seragam karena lupa hari. Lalu pulang.
Kembali berangkat ke sekolah dan terlambat.
Masuk kelas ngos-ngosan kemudian dihadiahi beban hukuman.
Sederhana, hanya membuat duapuluh soal teori evolusi bersama pembahasannya.
Hanya dua puluh ? Mudah ya ?
Asal tau saja..
Aku mendapat tugas yang sama seminggu yang lalu, topiknya saja yang beda.
Dan sampai hari ini, aku baru menemukan sebelas soal dan belum disertai pembahasan.
Sialnya kini tugasnya bertambah, jadi 40 soal dan harus selesai hari Selasa.
Aku hampir frustasi memikirkan tambahan tugas ini.
Hei bukannya aku malas atau apalah..
Tapi aku butuh tiga hari untuk menemukan sebelas soal UN tahun-tahun lalu.
Tiga hari untuk sebelas soal, lalu bagaimana dengan empatpuluh soal ?
Sementara, aku punya tugas di mata pelajaran lain yang juga harus segera diselesaikan.
Haruskah membuat skala prioritas ?
Sekedar memilih mana yang harus di selesaikan lebih dulu.
Ah, adil itu sulit..
Demi tugas,
Sore ini aku pulang sekolah buru-buru.
Makan pun buru-buru agar segera dapat memulai untuk menyelesaikan satu persatu tugasku.
Ntah harus jawab apa, jika ditanya rasa dari perkedel dan sayur sop tadi.
Sepertinya makanan itu tak sampai terasa di lidahku, tiba-tiba saja kenyang. Sudah.
Aku memang sedang diburu waktu.
Sampai detik ini pun masih berkutat dengan pensil dan buku.
Belum juga beranjak dari kimia.
Padahal masih banyak tugas lain yang menunggu untuk diselesaikan.
Biologi, proposal bahasa Indonesia, soal bahasa inggris di LKS.
Sedikit absurd karna malah bermain-main di blog sementara tugas itu sudah menjerit kesal padaku.
Mereka benci menunggu.
Lebih benci melihatku mengabaikan mereka karena sosial media.
Hehe, tunggulah..
Aku hanya mencoba rileks sebentar.
Mengusir lelah dan bosan.
Biar saja malam jadi kian larut.
Aku mau menikmati hidup.
Menikmati tugasku, dengan santai tentunya.
Dan kepada satu sachet kopi luwak di sampingku, aku menaruh harapan.
Semoga mata ini tetap terjaga sampai shubuh menjelang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar