" Trus gimana ? "
" Ya aku pergi gitu aja, dia udah nggak asik. Gara-gara udah punya pacar kali ya.."
" Emangnya kamu tau kalau dia udah punya pacar ? "
" Nebak aja sih.. "
" Yoon.. yoon.. kamu itu kalau sayang sama perempuan mbok ya perjuangkan gitu loh.."
" Walah, udah mainstream banget soal memperjuangkan gitu-gitu.. sekarang itu jamannya kalau jodoh ya bertahan. Kalau orangnya pergi ya uwis.. mau apa ? ditahan-tahan ? wegah."
" Makan tuh antimainstream.. seniman gembul! gengsi aja digedein, sayang tapi dilepasin. Meh.. "
Yono menyulut rokoknya dengan korek seribu lima ratusan yang ditemukannya di kantong celana gunungnya yang kumal. Ia menghisap sigar sembari melamun, mencoba menelaah kalimat sahabatnya, tentang memperjuangkan perempuan. Sebagai mahluk yang di-setting tanpa urat saraf perasa, sebenarnya Yono tidak terlalu ambil pusing soal pendapat sahabatnya. Tapi kenyataan bahwa Elsa sudah move on agaknya sedikit mengusik ketentraman jiwanya.
Elsa, perempuan biasa saja. Senyumnya biasa saja, wajahnya biasa saja, sikapnya biasa saja, bodinya juga biasa saja. Tapi kebetulan-lah yang membuatnya tersihir pada bidadari serba biasa saja itu. Kebetulan saja, perempuan itu yang nyambung dengannya, yang bisa tertawa tulus pada gurauan buatannya. Kebetulan saja, cuma Elsa yang bisa membuatnya menemukan kembali mood melukis, cuma Elsa yang membuatnya merasa kehadirannya dihargai.
Sejak tiga tahun menghilang, sebenarnya Elsa tak pernah lepas dari ingatannya. Hanya saja gengsinya terlalu besar untuk mengakui bahwa kadang ia masih menguntit Elsa lewat media sosialnya. Ia ingat saat Elsa mengganggu rutinitas melukisnya, Elsa selalu mencoreng pipinya dengan cat lukisnya jika sedang ngambek karena diabaikan. Perempuan itu tak pernah bisa membuatnya marah, apapun yang dilakukan Elsa selalu menarik di matanya. Caranya marahnya, bibirnya yang mengerucut saat cemberut, mata ngantuknya, dan dahinya yang mengerut saat hendak marah-marah justru terlihat lucu.
Sayangnya Yono gagal memahami maksud Elsa, tentang kenapa tiba-tiba Elsa menghindar, tentang protesnya, tentang pacar baru Elsa.. kenapa Elsa harus punya pacar ? kenapa bukan dia saja yang jadi pacar Elsa ? Yono benar-benar tak habis pikir..
" Memangnya dia pikir siapa yang ngeLike status FBnya ? Siapa yang komen dan update ssemua sosmednya ? Siapa anonim yang selama ini bikin dia penasaran ? Yo aku! "
" Makanya, cuk.. kalau sayang itu bilang! jangan sok cuek.. memangnya Elsa itu dukun, bisa nebak perasaanmu ? Kalau sekarang ada yang lebih bisa sayang ke Elsa, kamu bisa apa ? heh ? "
Yono memanggut, dia tau jawabannya..
Satu-satunya yang bisa dilakukannya adalah, merelakan Elsa..
Namanya juga Yono.. mahluk Tuhan yang paling selow.
Bakat poker facenya selalu mampu meloloskannya dari kesan galau, tidak peduli jika hatinya sedang kobat-kabit terbakar cemburu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar