#Fiksi

" Kenapa, Sa ?"
" Ngg... gapapa, cuma ga terbiasa aja "
" Aku tau kalau kamu sibuk. Ya daripada membuang waktu. Kalau mau pergi, ya monggo.."
" Aku mengartikan itu sebagai kalimat mengusir, Yo.."
" Kamu sama sekali nggak berubah, tetep aja ribet, suka ngeyel. Kalau mau pergi ya pergi aja. Ngapain juga duduk semeja sama orang yang nggak enak diajak ngobrol.. "
" Nggak usah sok ngusir.."
" Yowis, aku yang pergi.. "

Mungkin Tuhan sedang iseng saat menciptakan mahluk se-egois Yono.

Elsa mengatupkan kedua tangan pada wajahnya sembari menghela napas dalam. Diseruputnya minuman di gelasnya, ia merasa dehidrasi sekali berhadapan dengan Yono, jantungnya berpacu seolah sedang dalam arena marathon. Elsa melirik pintu kedai kopi itu, pria itu masih terlihat disana, berjalan menjauh dengan santai. Elsa membiarkannya pergi. Tak ada alasan untuk menahannya lebih lama lagi. Elsa mengambil ponsel dari dalam tasnya lalu mengetik pesan untuk seseorang.

Setelah mengirim pesan itu, Elsa lanjut mengurut dahinya. Ia merutuki dirinya karena mengiyakan ajakan Yono untuk ngopi sore. Suatu kesalahan fatal karena membuka celah ingatannya tentang pria yang hampir tiga tahun hilang dari peredaran. Pria yang pernah setengah mati berusaha ia lupakan.

Mungkin Yono baik, dan Tuhan melebihkan 'romantis' sebagai indera keenamnya. Tapi Yono yang romantis adalah Yono yang juga egois, demikian kesimpulan yang dibuat Elsa. Yono yang menjadikannya objek lukisan dan inspirasi atas karya-karyanya tetaplah Yono yang juga bisa dengan santainya mengabaikan rengekan dan marah Elsa. Dia tidak pernah serius menanggapi Elsa. Dan sampai pada titik jenuhnya, Elsa menyerah..

Elsa gagal bersabar menghadapi ketidakjelasan Yono. Sementara Yono ? Mungkin dia punya kelainan pada saraf perasanya, hingga demikian sulit untuk peka pada keadaan. Mau godzila lagi poco-poco di depannya juga dia tetap akan cuek saja. 

Seburuk itu Yono, dan Elsa tetap harus berusaha keras menyibukkan diri hanya untuk melupakan mahluk semacam Yono. Ini pasti guna-guna seniman gila.

" Sori, Sa.. tadi macet di perempatan Sukarno Hatta." Diko membuyarkan lamunan Elsa.
" Gapapa, duduk gih.. "
" Jadi gimana ? Dia ganggu kamu ? "
" Ya nggak lah.. dia bukan penjahat, satu-satunya kejahatan yang mungkin dia lakukan adalah bikin aku ngomel dan sebel sendiri karena di abaikan. Tapi sekarang udah berubah.. I don't really care about him.. terserah dia mau ngelukis atau striptease, udah bukan urusanku lagi. "
" Jadi udah move on ? "
" Lah, emang udaaah keleeus.. gua ketemu dia juga cuma mau tau aja apa ke depannya masih bisa berteman atau enggak.."
" Lah, sejak kapan ngobrol sama pacar pake lu-gua ? Waini gara-gara abis ketemu seniman jadi ketularan sableng nih.. "
" Eh, emangnya kapan kita pernah jadian ?"
" Ngg.. kalau sekarang aja gimana ? Siap ga ? "

Elsa mengerutkan dahi lalu tertawa ringan, dilihatnya pria yang sedang dihadapannya kini. Dia bukan Yono yang biasa membuatnya tertawa. Ya, memang bukan, tapi Yono tak pernah semenyenangkan ini saat diajak ngobrol serius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...