Dari Seorang Kawan..

Dari seorang kawan tentang orang yang lalu lalang.

Jangan menahan orang yang seharusnya pergi, karena kita tidak akan pernah tau akan adanya orang yang jauh lebih baik dibalik pintu, menunggu sampai kamu siap, sampai dipersilahkan masuk olehmu.
Jangan menghambat yang lebih baik datang padamu, hanya karena kamu sulit melepaskan bayang-bayang orang di masa lalumu.

Kenyataan semua orang bisa datang lalu pergi, beberapa diantaranya akan sejenak mampir lalu pergi meninggalkan jejak.
Tapi semua yang pernah datang, pasti akan pergi juga suatu hari nanti.
Yaini hidup, ini hukum alam..
Easy come, easy go.
Belajarlah untuk bersikap lebih santai, teman..
Karena tidak semua yang 'mampir' akan mau 'menetap'

Santai saja..
Amatilah bagaimana semesta bekerja.
Jatuh cinta lah sesekali,
Patah hati juga sesekali,
Belajarlah dari apa yang sudah-sudah.

Ya, selalu ada harga yang harus dibayarkan untuk sebuah pelajaran.
Dari pengalaman yang entah-dimana-otak-pada-saat-itu, aku belajar memproteksi hatiku.
Dari yang masih sangat baru dan lugu, tiba-tiba patah hati begitu saja.
Yaa that's life..
Nggak ada yang harus disesali, karena paling tidak, dari sakit itu aku belajar sesuatu.
Tanpa adanya pengalaman, kamu tidak akan bisa belajar untuk mengindari kesalahan.

Pengalaman itu textbooknya, dan kenangan beserta sensasi pahitnya itulah caramu membayar.
Selamat berkubang dengan pahit!

Jatuh cinta-patah hati itu sepaket.
Datang dan pergi itu kecenderungan, so let them go..
Jangan ikat hatimu pada setiap mereka yang 'mampir'

Pandai-pandailah membaca keadaan, teman..
Hidup yang akan mengajarkanmu cara bersikap.

Suatu hari, orang akan datang, membuatmu tertawa dan merasa nyaman, kemudian pergi tanpa permisi.
Menyebalkan, tapi layak disyukuri.. karena pada akhirnya kamu akan tau bagaimana harus bersikap, dan menjaga perasaanmu tetap pada tempatnya saat bertemu orang baru.
Jangan meninggalkan hatimu diujung tawa saat dia mengajakmu bergurau.
Ingat, bisa jadi dia hanya ingin sekedar bercanda. Bergurau saja.


kok ya kebetulan sama kayak yang kutulis


I do believe

At least..

Mari Bercerita !

Seperti yang biasa kau lakukan
Ditengah perbincangan kita,
Tiba-tiba kau terdiam
Sementara ku sibuk menerka apa yang ada di fikiranmu.
Sesungguhnya berbicara denganmu
Tentang segala hal yang bukan tentang kita,
Mungkin tentang ikan paus di laut
Atau mungkin tentang bunga padi di sawah.
Sungguh bicara denganmu tentang segala hal yang bukan tentang kita,
Selalu bisa membuat semua lebih bersahaja…
Malam jangan berlalu…
Jangan datang dulu terang.
Telah lama ku tunggu…
Kuingin berdua denganmu.
Biar pagi datang
Setelah aku memanggil terang…
Hai.. pencuri kau, terang..
Malam jangan berlalu…
Ingin berdua dengan mu..
Telah lama ku tunggu…
Hai.. pencuri kau, terang..
(Payung Teduh)

Pernah ada anak perempuan yang sangat menyebalkan karena selalu bertanya kepada temannya yang sudah berpasangan tentang " kalian kalau pacaran ngobrolin apa sih ? kok ya betah ngobrol teruus.." Sampai suatu hari dia yang jatuh pada posisi itu.
Merasakan setiap waktu dimana mereka saling bercerita adalah hal yang layak disyukuri
Ia jatuh, dan terbentur kalimatnya yang pernah mementahkan logika orang jatuh cinta
Nah! mamam dah tuh pertanyaan..

Well yeah.. akhirnya anak perempuan itu tau, kadang topik takkan jadi soal. Hanya karena merasa nyaman dan ya alasan nyaman, setiap percakapan akan mengalir begitu saja sampai tersadar ia melewatkan jutaan detik hanya untuk bicara. Dia menyebutnya sebagai diskusi, sebuah pengecualian untuk rasa nyaman saat saling bercerita. Pembahasan kurang penting tapi yaa cukup krusial dihati. Gitulah.. Entah membicarakan apa, tidak mau tau, yang penting berdua saja.

Setiap hari, dengan ajakan yang sama. Mari bercerita!

Yang pernah jatuh cinta, pasti tau rasanya jadi egois.
Ya dunia milik berdua, yang lain ngekos lah..
Belum lagi kalau kalian asyik ngobrol sambil natap mata pasangan, seolah-olah nggak peduli walaupun ada meteor coklat menghujani ladang gandum dan jadilah Koko Crunch.

Yaa love is kampret, ryt ?

Cerita Suatu Ketika..

Suatu siang yang iseng, di tengah kebuntuan dalam memahami mata kuliah dasar manajemen.
Aku sedang asyik dengan facebook saat tiba-tiba aku menemukan akun milik guru kursus bahasa inggrisku.
Aku membukanya dan mencari tau sedikit informasi, dan aku menemukan foto bocah kecil yang cantik. Namanya Karina.

Waktu seperti berjalan cepat, bahkan mungkin terasa seperti berlari kecil.
Lucunya, aku menyadari bahwa sudah tujuh tahun sejak aku lulus dari tempat kursus.
Dulu, saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar, ibuku mengantarku pada sebuah kursus bahasa inggris yang terhitung cukup jauh dari rumah.
Jadwalku seminggu dua kali pertemuan, dan aku selalu bersemangat berangkat kursus.
Aku selalu jadi murid kesayangan pak Khrisna karena paling cepat menghafal dan di akhir semester sertifikatku selalu berhiaskan predikat 'excellent'
Apa yang kupelajari di tempat kursus dengan di sekolah sangat berbeda, jadi tak jarang nilai UTS bahasa inggrisku pas-pasan walaupun sudah kursus.
Dan aku paling ingat wajah kecewa pak Khrisna saat melihat lembar ulangan bahasa inggris dengan nilaiku yang rendah saat itu, beliau berkata :

" Kamu seharusnya bisa dapat lebih baik dari ini. Saya tau kamu mudah mengerjakan ini, tapi mungkin kamu terlalu meremehkan.. besok-besok jangan begini lagi ya "

Sebagai bocah kecil yang disayang gurunya, akupun merasa kecewa yang sama.
Kalimat pak Khrisna benar-benar kuingat, bahkan sampai hari ini.
Jangan meremehkan sesuatu, meskipun kamu sudah jadi ahlinya.

Ya, singkatnya aku kursus hanya sekitar satu atau dua tahun.
Aku bisa mengerti bahasa inggris tapi tidak memperbaiki nilaiku di sekolah, pun dengan pertimbangan jarak kursus dengan rumah yang terhitung cukup jauh, orang tuaku memutuskan untuk menghentikan kursus.
Well, walaupun pada akhirnya aku baru merasakan manfaat kursus itu di SMP.
Apa yang sudah kupelajari di kursus memang nggak nyambung dengan materi SD karena aku belajar kelewat jauh dari konteks.. tapi yaa setidaknya aku jadi kece banget di masa SMP karena sudah menguasai bahasa inggris kelas 3 SMP bahkan sejak aku masih kelas 1 SMP. *sombong* *lalu ditendang*

Dan yaa setelah tujuh tahun berlalu, ternyata pak Khrisna tidak banyak berubah. Masih tetep ganteng.
Aku yang berubah, makin bertumbuh walaupun bentukannya masih bantet, makin gembil, pakai kacamata, dan makin pinteeer huehehehe (amiiin ya Allah..)
Pak Khrisna udah nikah, udah punya anak perempuan yang cantik, yang lebih bisa dibanggakannya..
Yaa.. akhirnya pak Krisna punya bocah kecilnya sendiri.

Oke, hai Pak Khrisna..
Ah, mungkin bapak sudah lupa saya.
Mungkin masih banyak murid lain yang lebih penting untuk diingat.
Tapi saya nggak pernah lupa sama pak Khrisna loh..
Terutama wejangan bapak soal nilai UTS beberapa tahun yang lalu.
Saya ingat waktu bapak menggoda sikap pendiam saya dengan cara menjodoh-jodohkan dengan Bagas, teman sekelas saya yang juga pendiam.
Saya ingat pernah diantar bapak pulang, waktu menunggu lama dan tidak dijemput oleh orang tua.
Saya ingat bagaimana senyum bapak saat menagih hafalan vocab saya, dan jika saya melupakan satu kata, biasanya bapak tidak akan tega memberi nilai 90, karna biasanya saya selalu dapat 100.
Saya ingat bagaimana bapak menambahkan huruf O dibelakang nama saya, juga iseng bapak menggoda saya saat saya mengenakan baju yang tidak biasanya (lebih stylish)
Waktu itu, tidak mungkin saya naksir guru saya sendiri.
Tapi serius, I adore you pak..


Salam dari saya,  Ayuo!
Salam juga untuk adik Karina..

Quotes of The Day.









" ..Apalah arti kuota internet berlimpah, jika makanan tetap tidak bisa di-download.. " (Ayu, 2014)




Menakar Prioritas.

Oke.
Aku terkapar di kamar, dan baru satu jam yang lalu aku membatalkan niat untuk datang ke rapat project yang cukup penting.
Iya, ternyata aku bukan Wonderwoman.
Karena Wonderwoman nggak pernah demam.

Well, setidaknya tubuh ini mau mengalah.
Dan aku harus mengakui, aku belum bisa membagi peran.
Aku bukan ahlinya multitasking.
Badanku sedang tidak bisa diajak kompromi, jadi aku tidak memaksa untuk datang ke rapat itu.
Ditambah lagi jadwal UTS dua mata kuliah untuk besok pagi,
Jelas, egoku memenangkan kos sebagai destinasi terbaik untuk menghabiskan malam ini.

Kemarin, dari Surabaya, keretaku telat, aku baru sampai di Malang jam 12 malam.
Tanpa negosiasi panjang, usai membongkar barang bawaan, aku langsung tidur.
Paginya cuci baju, belajar, berangkat kuliah -UTS- sampai sore dan sekarang sedang sakit kepala.
Besok masih ada UTS.

Namanya juga hidup..
Homesick udah lewat, pun ya mulai terbiasa hidup di lingkunganku yang baru.
Kalau harus milih, aku sih baik-baik di kosan aja daripada pulang kampung.
Kalau cuma libur dua hari, hepinya ga sebanding sama capeknya sepulang dari kampung halaman.
Saking aja kemarin lagi ada butuh..

Yaaa, ini soal prioritas.
Walaupun organisasi juga penting, setidaknya aku harus bisa membuat skala prioritas saat keadaan jadi tidak memungkinkan untuk menjalani keduanya.
Pikirin baik-baik..
Pilih sembuhkan badan sembari belajar untuk UTS atau sok kuat keluyuran berorganisasi malam-malam dan mempertaruhkan waktu belajarku cuma demi jadi aktivis.
Hehe, aku sih jelas pilih tiduran sambil belajar.
Dan lebih jelas lagi, aku kapok pulang kampung kalau liburnya cuma sabtu minggu.
Capek, borosin uang, dan aftertaste-nya lebih payah..
Sakit di kota orang itu nggak enak.
Dan prioritas lagi, kalau kita bisa melakukan banyak hal yang lebih perlu dilakukan di kota ini, kenapa harus capek-capek pulang pergi ke kampung halaman ?
Bijak-bijaklah menakar prioritas.

Udah ya..
Lagi meriang, mau belajar dulu sebelum khilaf tertidur tanpa aba-aba.
Gapapa, sesekali sakit, biar akunya bisa punya alasan untuk sedikit mengambil jeda.

Semesta,
Terima kasih sudah berkonspirasi untuk membuatku (untuk malam ini) (sejenak) berhenti berlari.

Badan,
Cepat membaik ya..

Perut,
Jangan meraung, plis..
Besok bakso lagi deh..
Tapi sabar ya..

#Fiksi3

" Kamu itu satu-satunya perempuan yang nggak enak dilukis. Jelek. Enaknya dicuekin aja, soalnya kalau kamu lagi marah makin lucu "

Ditulis Yono di balik kertas sketsa gambar wajahnya. Elsa menemukan kertas gambar itu terselip diantara halaman novel favoritnya. Ia ingat pernah meminjamkan novel itu kepada Yono, dan novel itu tidak pernah dibukanya lagi sejak dikembalikan Yono.

Elsa menghela napas, ia mengamati lagi sketsa wajahnya yang dibuat Yono. Detail sekali. Pria itu sampai menghafal letak dan jumlah jerawat Elsa, bentuk mata hingga posisi kacamata yang sedikit miring karena telinga kanan Elsa lebih turun. Elsa terkesan, menyadari bahwa Yono pernah mengamatinya demikian teliti. Hatinya tergelitik untuk mengucapkan terimakasih walaupun sudah sangat terlambat.

Yono lagi. Apakah memang demikian sempitnya semesta hingga kemanapun ia melangkah, jelas sekali jejak Yono mengekor di sudut matanya. Padahal ia baru saja berniat merapikan mejanya, membuang semua yang mungkin bisa membuatnya tiba-tiba mengingat Yono. Tapi sebuah tulisan di pojokan kertas gambar bisa seketika mengundang rindu menyeruak masuk ke dalam rongga hatinya.

Ia membuka novel favoritnya, lalu menyelipkan kembali kertas gambar itu, dan kembali menutupnya, menyimpannya di tumpukan buku paling bawah. Dia sadar, Yono tetap saja Yono. Orang yang bisa dengan mudahnya membuat Elsa tersenyum itu orang yang juga sama mudahnya membuatnya tersedu tanpa sebab. Rasanya cukup, Elsa mengurungkan niatnya untuk mengirim pesan terima kasih kepada pria yang pernah menggambar wajahnya dengan teliti, tiga tahun yang lalu. Sudah saatnya, menutup cerita.

.
.
.

Medio, circa mid 2011.

" Trus kita apa dong ? " Elsa menatap mata Yono, mencari kepastian di dalamnya.
" Ngg.. gini deh.. memangnya kamu kalau suka sama mi goreng, mi gorengnya kamu pacarin ga ? "
" Enggak.. "
" Yaudah " jawabnya singkat.
" Yoooooon, kamu pikir aku ini sama kayak mi goreng ? Hah ?!"
" Emang sama kok, hehe " Yono nyengir, Elsa cemberut.

#Fiksi2

" Trus gimana ? "
" Ya aku pergi gitu aja, dia udah nggak asik. Gara-gara udah punya pacar kali ya.."
" Emangnya kamu tau kalau dia udah punya pacar ? "
" Nebak aja sih.. "
" Yoon.. yoon.. kamu itu kalau sayang sama perempuan mbok ya perjuangkan gitu loh.."
" Walah, udah mainstream banget soal memperjuangkan gitu-gitu.. sekarang itu jamannya kalau jodoh ya bertahan. Kalau orangnya pergi ya uwis.. mau apa ? ditahan-tahan ? wegah."
" Makan tuh antimainstream.. seniman gembul! gengsi aja digedein, sayang tapi dilepasin. Meh.. "

Yono menyulut rokoknya dengan korek seribu lima ratusan yang ditemukannya di kantong celana gunungnya yang kumal. Ia menghisap sigar sembari melamun, mencoba menelaah kalimat sahabatnya, tentang memperjuangkan perempuan. Sebagai mahluk yang di-setting tanpa urat saraf perasa, sebenarnya Yono tidak terlalu ambil pusing soal pendapat sahabatnya. Tapi kenyataan bahwa Elsa sudah move on agaknya sedikit mengusik ketentraman jiwanya.

Elsa, perempuan biasa saja. Senyumnya biasa saja, wajahnya biasa saja, sikapnya biasa saja, bodinya juga biasa saja. Tapi kebetulan-lah yang membuatnya tersihir pada bidadari serba biasa saja itu. Kebetulan saja, perempuan itu yang nyambung dengannya, yang bisa tertawa tulus pada gurauan buatannya. Kebetulan saja, cuma Elsa yang bisa membuatnya menemukan kembali mood melukis, cuma Elsa yang membuatnya merasa kehadirannya dihargai.

Sejak tiga tahun menghilang, sebenarnya Elsa tak pernah lepas dari ingatannya. Hanya saja gengsinya terlalu besar untuk mengakui bahwa kadang ia masih menguntit Elsa lewat media sosialnya. Ia ingat saat Elsa mengganggu rutinitas melukisnya, Elsa selalu mencoreng pipinya dengan cat lukisnya jika sedang ngambek karena diabaikan. Perempuan itu tak pernah bisa membuatnya marah, apapun yang dilakukan Elsa selalu menarik di matanya. Caranya marahnya, bibirnya yang mengerucut saat cemberut, mata ngantuknya, dan dahinya yang mengerut saat hendak marah-marah justru terlihat lucu.

Sayangnya Yono gagal memahami maksud Elsa, tentang kenapa tiba-tiba Elsa menghindar, tentang protesnya, tentang pacar baru Elsa.. kenapa Elsa harus punya pacar ? kenapa bukan dia saja yang jadi pacar Elsa ?  Yono benar-benar tak habis pikir..

" Memangnya dia pikir siapa yang ngeLike status FBnya ? Siapa yang komen dan update ssemua sosmednya ? Siapa anonim yang selama ini bikin dia penasaran ? Yo aku! "
" Makanya, cuk.. kalau sayang itu bilang! jangan sok cuek.. memangnya Elsa itu dukun, bisa nebak perasaanmu ? Kalau sekarang ada yang lebih bisa sayang ke Elsa, kamu bisa apa ? heh ? "

Yono memanggut, dia tau jawabannya..
Satu-satunya yang bisa dilakukannya adalah, merelakan Elsa..
Namanya juga Yono..  mahluk Tuhan yang paling selow.
Bakat poker facenya selalu mampu meloloskannya dari kesan galau, tidak peduli jika hatinya sedang kobat-kabit terbakar cemburu.

#Fiksi

" Kenapa, Sa ?"
" Ngg... gapapa, cuma ga terbiasa aja "
" Aku tau kalau kamu sibuk. Ya daripada membuang waktu. Kalau mau pergi, ya monggo.."
" Aku mengartikan itu sebagai kalimat mengusir, Yo.."
" Kamu sama sekali nggak berubah, tetep aja ribet, suka ngeyel. Kalau mau pergi ya pergi aja. Ngapain juga duduk semeja sama orang yang nggak enak diajak ngobrol.. "
" Nggak usah sok ngusir.."
" Yowis, aku yang pergi.. "

Mungkin Tuhan sedang iseng saat menciptakan mahluk se-egois Yono.

Elsa mengatupkan kedua tangan pada wajahnya sembari menghela napas dalam. Diseruputnya minuman di gelasnya, ia merasa dehidrasi sekali berhadapan dengan Yono, jantungnya berpacu seolah sedang dalam arena marathon. Elsa melirik pintu kedai kopi itu, pria itu masih terlihat disana, berjalan menjauh dengan santai. Elsa membiarkannya pergi. Tak ada alasan untuk menahannya lebih lama lagi. Elsa mengambil ponsel dari dalam tasnya lalu mengetik pesan untuk seseorang.

Setelah mengirim pesan itu, Elsa lanjut mengurut dahinya. Ia merutuki dirinya karena mengiyakan ajakan Yono untuk ngopi sore. Suatu kesalahan fatal karena membuka celah ingatannya tentang pria yang hampir tiga tahun hilang dari peredaran. Pria yang pernah setengah mati berusaha ia lupakan.

Mungkin Yono baik, dan Tuhan melebihkan 'romantis' sebagai indera keenamnya. Tapi Yono yang romantis adalah Yono yang juga egois, demikian kesimpulan yang dibuat Elsa. Yono yang menjadikannya objek lukisan dan inspirasi atas karya-karyanya tetaplah Yono yang juga bisa dengan santainya mengabaikan rengekan dan marah Elsa. Dia tidak pernah serius menanggapi Elsa. Dan sampai pada titik jenuhnya, Elsa menyerah..

Elsa gagal bersabar menghadapi ketidakjelasan Yono. Sementara Yono ? Mungkin dia punya kelainan pada saraf perasanya, hingga demikian sulit untuk peka pada keadaan. Mau godzila lagi poco-poco di depannya juga dia tetap akan cuek saja. 

Seburuk itu Yono, dan Elsa tetap harus berusaha keras menyibukkan diri hanya untuk melupakan mahluk semacam Yono. Ini pasti guna-guna seniman gila.

" Sori, Sa.. tadi macet di perempatan Sukarno Hatta." Diko membuyarkan lamunan Elsa.
" Gapapa, duduk gih.. "
" Jadi gimana ? Dia ganggu kamu ? "
" Ya nggak lah.. dia bukan penjahat, satu-satunya kejahatan yang mungkin dia lakukan adalah bikin aku ngomel dan sebel sendiri karena di abaikan. Tapi sekarang udah berubah.. I don't really care about him.. terserah dia mau ngelukis atau striptease, udah bukan urusanku lagi. "
" Jadi udah move on ? "
" Lah, emang udaaah keleeus.. gua ketemu dia juga cuma mau tau aja apa ke depannya masih bisa berteman atau enggak.."
" Lah, sejak kapan ngobrol sama pacar pake lu-gua ? Waini gara-gara abis ketemu seniman jadi ketularan sableng nih.. "
" Eh, emangnya kapan kita pernah jadian ?"
" Ngg.. kalau sekarang aja gimana ? Siap ga ? "

Elsa mengerutkan dahi lalu tertawa ringan, dilihatnya pria yang sedang dihadapannya kini. Dia bukan Yono yang biasa membuatnya tertawa. Ya, memang bukan, tapi Yono tak pernah semenyenangkan ini saat diajak ngobrol serius.

Perempuan dan Kacamatanya.

Jadi gini..

Sejak aku pindah ke Malang, hari-hariku bener-bener jadi depends banget sama kacamata.
Aku udah nggak punya waktu yang lama untuk sekedar diam mendekam dikamar dan menjadi ashabul kahfi.
Aku punya 24 jam sehari, dan selama ± 20 jam itulah aku pakai kacamata.
Setiap kuliah dan sibuk organisasi, aku pakai kacamata, pulang ke kos juga kalau liat laptop, nulis laporan, belajar dari catatan-catatan, selalu pakai kacamata.
Bahkan kadang tidur pun aku masih pakai kacamata (ini kalau udah kebangetan capek trus belajar tapi tiba-tiba ketiduran)
Dan aku cuma lepas kacamata pas mandi, wudhu, sholat sama nyuci.
Pokoknya hanya pada aktivitas yang tidak melibatkan membaca, menulis, atau interaksi sosial.

Iya,
Segitu payahnya aku tanpa kacamata.

Dan tragedi patah kacamata bisa membuatku demikian terpukul.
Siapalah aku jika tanpa kacamata..
Aku nothing..
Aku hanyalah seonggok daging yang punya nama.
Bukan cuma perkara patahnya, tapi juga ini soal kacamata baru..
Selain menguras tabungan, bikin kacamata baru juga kayak nyari jodoh.
Ribeeet banget, dan ada tahapan-tahapannya..

Pertama koleksi,
Kumpulkan semua opsi terbaik, dari segala bentuk dan kriteria.
Lalu seleksi,
Pilih berdasarkan faktor kenyamanan dan kecocokan di wajah kita. Nah biasanya pada tahapan ini, aku butuh pertimbangan mama untuk menentukan kacamata mana yang pantas untukku.
Kemudian eliminasi,
Yaitu tahap menyingkirkan opsi-opsi yang tidak lolos seleksi.
Yang terakhir resepsi.
Nah, ini adalah tahap dimana pilihan sudah ditetapkan dan mahar dibayarkan sesuai kesepakatan yang telah dibuat.

Gitulah..
Pokoknya nggak boleh asal pilih.
Harus ada campur tangan persetujuan keluarga.

Jadi ini kacamataku yang ketiga.
Satu-satunya kacamata yang dinilai paling bagus dan cocok buatku, dibanding dengan mantan-mantan kacamataku yang dulu..
Hubungan kami baru berjalan sepuluh bulan, belum pernah anniversary merayakan hari jadi satu tahun, tapi tiba-tiba si kacamata patah.

Ada dua kemungkinan, sih..
Mungkin salahku atau ini konspirasi semesta agar aku pulang..

#SalahmuNdul!
#SakKarepmuLahYu!

Orang Baru.

" Doakan saya ya, dek " -dari pria yang akan berangkat menuju Jakarta, tiba-tiba saja.

Iya, saya pasti berdoa mas.
Terlepas dari apakah itu kewajiban saya untuk mendoakanmu atau bukan.
Terlepas dari nyawa arti doa saya dalam suksesmu nanti.
Saya hanya menginginkanmu jadi seberhasil harapanmu.
Tidak lebih dari itu.

Tidak ada yang saya harapkan.
Tidak juga untuk persoalan hati.
Hei, saya bukan anak perempuan yang mudah jatuh cinta pada orang baru.
Kalau saya tersenyum dan berdoa untukmu, itu karena saya respect dan tulus jadi pengagummu saja.

Siapalah saya untuk mendengar ceritamu dan mendukungmu dengan sorak sorai.
Lalu sedikit berbisik mendoakan yang terbaik.
Saya orang baru,
Yang mengagumimu dari jauh.
Masih banyak hal yang harus saya capai dan perjuangkan, jadi saya buat jarak itu tetap jauh.

Tenang mas..
Teruslah berjuang sekuat tekadmu.
Saya akan berdoa untukmu..
.
.
Semoga kelak saya juga yang berada satu shaf di belakangmu untuk ikut mengamini doamu yang lainnya.

Hehe :)

Pada Suatu Interview..

Screener (S) : Now, imagine that I'm Doraemon. Just imagine it. Then as Doraemon, I give you time machine, so you can go to the past and change something that you really want to change. Now, tell me what you want to change from your past..
Ayu (A) : I will change..
S : ...
A : ....
S : ... ?
A : ....
S : Come on..
A : I don't know.
S : Are you already satisfied with all you have ?
A : Ya, everything is enough for me. I don't wanna change anything, even If I can do it. I never regret for everything that happened to me.
S : Why ?
A : Ok, you know that something happen for a reason. What has done.. ya done. Why do we regret ? Just keep moving on..

Iya,
I don't wanna change anything in my past, even if godzilla came to Suramadu and Ultraman didn't help me.
That's life.
.
.
Never was simply.
So, grow up and keep moving on..

Untuk yang berjarak.

Untuk yang berjarak,

Hai !
Akhirnya kamu menulis lagi..
Aku senang mendengar kabarmu baik.
Satuan kilometer yang membentang terpisah samudera, dan kesibukan sebagai pendatang kampus membuat kita jadi tak sempat untuk saling bertegur sapa.

Dan setelah membaca apa yang kau tulis dalam websitemu,
Aku merasa sedang duduk manis dihadapanmu melihat kamu bercerita.
Seperti ada dalam dimensi ruang yang sama.
Ya, mataku memburam di ujung senyum seketika mengingat bagaimana kita menjalani hidup sebagai bocah konyol.
Aku ingat sekali, tapi tidak ingin mengulangi.
Life must go on.

Mungkin satu hal yang jadi renunganku kala membaca postinganmu..
Pada beberapa kata di akhir paragraf yang kutandai sebagai intropeksiku.
Aku sedang memperbaiki diri disini.
Dari yang pernah patah hati dengan major yang kupilih, aku mencoba menjajaki major yang 'dipilihkan' Tuhan untukku.
Aku bersungguh-sungguh, ini pasti berakhir baik.

Untuk meyakinkanmu saja..
Kalau kamu membaca apapun kabarku, tentang jatuh cinta atau memanggil kembali ruh masa lalu, pastikan itu tentang FPIK dan FK.
Aku tidak sedang berusaha menarik perhatian siapapun.
Tidak, aku tidak semurah itu..
Aku menjaga diriku, sebaik orang tuaku menjagaku.

Aku baik-baik saja, teman..
Aku sangat baik, aku mulai menikmati dinamika hidupku disini, aku menyukai apa yang kupelajari, dan aku belajar untuk hidup mandiri.
Aku tau kamu mengerti,
Akan banyak sekali yang berubah ketika kamu beranjak meninggalkan rumah.
Jaga dirimu disana..
Kita dilepaskan dengan harapan, agar sukses di tanah rantau.
Jangan pulang tanpa berita baik untuk diceritakan..

Dari seorang teman yang selalu menantikan kabarmu,

Kopi Sore.

Untukmu, yang pernah menguasai seluruh ruang kiriku.

Pada cangkir biru terisi seduhan biji kopi itu aku menitipkan maafku.
Maka reguk ia, racuni dirimu dengan maklum yang diaduk bersama sang pahit.
Nikmatilah, selagi semburat oranye di ufuk barat itu masih menampakkan eksistensinya.

Tentang surat yang kau tunggu,
Maaf.. tintaku habis diserap keharusan.
Tak ada sisa.
Bahkan kalau harus membeli.
Penyihir hidung lancip bernama 'tugas' itu akan menghabisinya lagi.
Begitu seterusnya sampai aku sempat tertidur untuk sekedar menghibur diri bahwa ini masih di alam mimpi.

Sekedar mengabarkan saja, seseorang yang jauh dari rumahnya sedang berjuang menyeimbangkan hidup, berkejaran dengan waktu.
Mengadu tuntutan profesi dengan kebutuhan kejiwaannya.
Jangan memaksaku untuk membagi tiga; untukmu, tugas, dan tidur.
I beg you, please..

Sudah hampir petang.
Jangan lupa habiskan kopimu..
Bukan memerintah, aku hanya takut saja jika maaf yang kutuang tak ikut kau teguk.
Aku khawatir ia tertinggal di dasar cangkir.

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...