Oke, hai!
Aku mau klarifikasi hilangnya kabar diriku selama seminggu.
Aku tidak hilang di telan bumi, kok. Cuma terdampar di pulau nun jauh,
dan tentu saja disana listrik dan jaringan untuk komunikasi sulit didapat. Mari kuperkenalkan, namanya pulau Sapudi, aku
belum pernah mengukur dengan pasti luasnya, tapi kau butuh lebih dari tiga jam
berkendara untuk mengitari pulau ini. Persis, untuk mendapatkan sinyal pun, ada kilometer yang harus kau tempuh
melawan teriknya matahari.
Tapi ini pulau Sapudi, hanya jika kau yakin mau menjalani hidup
disini, kau akan tanpa ragu melepas atribut duniawi. Semuanya, bahkan ponsel
berbasis internet tak akan punya nyawa arti disini. Setidaknya itu yang terjadi
padaku dalam kurun waktu seminggu. Tanpa kabar berita, tanpa koneksi internet. Terasing
dari kehidupan megapolitanku yang riuh. Tanpa beban perasaan, akan ada yang
mencariku
Lanjut, omong-omong cuaca, cuaca di tempat ini luar biasa
cerah, bahkan seolah-olah mampu melunturkan kecerahan kulitku. Sekarang jelaskan,
bagaimana kau akan menjalani hidup di pulau tanpa listrik, surat kabar, apalagi
warnet, jika bukan dengan menjelajah sawah, menelusuri hutan atau main ke
pantai. Bukan mengejutkan, jika sekembalinya dari pulau ini, aku menghitam.
Jadi, teman-teman.. aku mohon maaf karena selama semingu ini
aku seperti hilang tanpa jejak. Bukan bermaksud lari dari tanggung jawabku. Tapi
aku terikat urusan yang jauh lebih mendesak untuk mengabdi pada masyarakat
pulau Sapudi, mengenal kehidupan yang tenang, lebih tentram, dan jauh dari
bising dan huru-hara orang-orang kota. Dan, aku bisa ceritakan banyak hal yang
membuatku tak henti mengucap syukur diberi kesempatan belajar dan mengabdi di
tempat ini.
Nanti pasti akan kuceritakan !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar