Pantai, Ladang Jagung, dan Hujan

Sebelumnya, aku tinggal di rumah ketua pelaksana program, namun untuk kepentingan kegiatan, kami diminta menginap beberapa waktu di rumah ketua LSM. Tidak lama, hanya dua hari satu malam. Tapi penerimaan mereka yang hangat membuatku terkesan, mereka memperlakukan kami bagaikan tamu yang layak dijamu. Dan di hari terakhir menginap, menjelang kepulangan kami ke desa ketua pelaksana, mereka menawarkan wisata pantai dengan pemandangan goa yang menarik. Tentu saja aku sulit menolak, jadilah kuiyakan saja. Tanpa negosiasi dan pikir panjang, kami berangkat ke lokasi, tidak peduli mendung mulai menggelayut. Lanjut saja. Setibanya di lokasi, kami hanya sempat beberapa kali foto lalu bergegas pulang karena gerimis. Walaupun apa daya, gerimis itu bertransformasi jadi hujan deras seketika, dan kami terpaksa berteduh di bawah gubuk beratapkan jerami. Dekat dari sana, sejauh mata memandang, seluruhnya ladang jagung. Kurang lebih satu jam terjebak hujan, dari mulai antusias hingga bosan, kami bicara ngelantur ngalor ngidul, mulai dari bercerita tentang ospek, praktikum, PKM, sampai frustasi menebak-nebak nama latin dari apapun yang kami lihat.

Jujur saja, aku kedinginan. Tapi bahagia. Kau tau, aku selalu suka hujan. 

Karena hujan yang cukup lama, jalanan menjadi sangat licin dan berlumpur. Jadilah motor kami berkubang dalam lumpur. Ban selip, jalan tanjakan dan turunan, bermain dengan resiko. Bukan main rasanya, pengalaman tak terlupakan sepanjang sejarah, dengan belepotan lumpur kami kembali ke rumah ketua LSM untuk mengemasi barang dan pamit pulang.

Sepanjang perjalanan pulang, aku baik-baik saja menerima udara sejuk ini, sampai akhirnya mendadak aku menggigil dan merasa kebas di kaki. Aku kedinginan tidak seperti biasanya. Ini lebih dingin, dan aku belum pernah sekaku ini menerima serangan dingin. Seketika aku nangis. Aku tidak tau, aku hanya merasakan dingin yang teramat sangat, dan kaku di beberapa bagian tubuh. Bukan hujannya menyakitiku, aku hanya sedang kurang sehat ketika menerima serbuan air langit ini. Aku menangis pasrah, menggigil hebat, tapi tidak sedikitpun peduli. Karena pada saat itu, aku merasa kebahagiaanku telah dilengkapkan, aku merasa utuh. Aku tidak lagi mengingat apapun kecuali satu hal..Yaa selalu ada cerita yang sulit untuk dikatakan, kan ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...