Hai, waktu !

Tujuh belas, bulan sebelas, tahun lalu.
Itu yang terakhir kali kulihat di catatanku.

Tentang kamu, hai waktu !
Dulu pernah kupersilahkan kamu duduk di teras rumahku.
Sekedar menghela napas, menghidu aroma hangat seduhan daun teh.
Lalu bicara hingga gerimis menemani dan kamu lantas pergi.
Masih ingat ? Semoga saja iya.

Hai waktu !
Terlalu basa-basikah kalau aku menawarkan teh lagi ?
Kamu pasti sudah cukup menduga, kalau aku hanya ingin kamu mendengarkan aku beberapa saat.

Duduklah, barang sebentar saja..
Aku tau, belakangan ini semesta dan kamu pasti kerepotan menjawab rewelku.
Hei, terima kasih untuk menjawab semua keragu-raguanku..
Maaf ya, kemarin aku cerewet..
Aku cuma sedang ditimbun ratusan kecewa yang bukan seluruhnya milikku, tapi semuanya dibebankan padaku.
Kamu tidak akan pernah membayangkan betapa beratnya bebanku ketika itu.
Ah, sudahlah.. bukan tugasmu untuk memikirkan keresahanku.
Lagipula, aku sudah berangsur-angsur membaik.

Hai waktu !
Kalau hidup ini punya tombol kendali kasat mata, sedari kemarin sudah kucari tombol rewind untuk mundur dan perbaiki salahku.
Kemudian menekan pause seenak jidatku kalau memang ingin berhenti sejenak di menit favoritku.
Sayangnya memang tak ada..

Lagipula, aku sudah tidak butuh tombol itu..
Toh hidup nggak bisa selamanya selaras dengan mauku.
Kalau dikecewakan, ya tinggal cari alasan bahagia saja. Selesai.
Habis perkara.

Hai waktu !
Boleh kupinjam bahumu ?
Aku bukan anak perempuan kesepian yang asal bersandar pada bahu tegap kaum adam.
Tapi kali ini memang sengaja bahumu yang kupinjam.
Aku bisa sakit kepala melihatmu terlalu buru-buru.
Saranku, kamu perlu merasakan migren agar bisa tengkurap sendu semalaman.

Hai waktu !
Mau kopi ? Kulihat gelas teh itu tak kamu sentuh..
Mungkin sudah bukan favoritmu, atau kamu terlalu sibuk menyimak ceritaku ?
Lepas dari itu, aku serius menawarkanmu kopi, karna mungkin itu bisa membuat kita tetap duduk bercerita lebih lama.

Hai waktu !
Kopinya cukup ?
Mau tambah pisang goreng ?
Kerupuk ikan Palembang ?
Hehe, aku hanya bercanda..
Mana bisa aku menahan waktu dengan sepiring pisang goreng atau setoples kerupuk ?

Kamu boleh pergi sekarang..
Sibuklah kembali dengan mereka yang memburumu.
Aku mau mengurut kening dulu.
Maklum, migren lagi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...