Satu Delapan Nol

Mungkin kebetulan saja saya membaca blogspot seseorang tentang berkelana keliling dunia.
Kebetulan juga, tiba-tiba saya ingat impian saya sejak bertahun-tahun yang lalu untuk mengunjungi Raja Ampat.

Kebetulan ?
Mungkin kebetulan atau tidak..
Saya tumbuh di lingkungan keluarga yang tidak punya jadwal khusus untuk berlibur.
Ayah saya gemar traveling, sementara ibu bukan orang yang mau berpergian jarak jauh.
Saya ? Tentu saja saya anak yang paling banyak mewarisi sifat ayah.
Saya suka berpergian jauh,
Saya ingin mengunjungi tempat-tempat yang membuat saya berdecak mengagumi potret panoramanya di kalender.
Saya selalu ingin jadi traveler, bahkan sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar, saya selalu mengisi kolom hobi pada biodata dengan traveling.
Saya punya daftar tempat yang sangat ingin saya kunjungi.
Saya punya potensi untuk berkelana keliling dunia, ekspetasi yang tinggi mengenai surga di muka bumi, dan fisik yang mendukung untuk perjalanan jauh atau medan yang berat dan menantang adrenalin.
Saya hanya punya satu masalah, keinginan saya terbentur kenyataan bahwa ibu saya kelewat protektif untuk mengijinkan saya meninggalkan rumah.
Bagi ibu, keluyuran hanya untuk bocah laki-laki yang tidak bisa dipaksanya  untuk berdiam saja dirumah.
Itu tidak berlaku untuk saya, saya perempuan dan saya punya setumpuk piring kotor untuk dicuci di rumah, dan segudang 'pekerjaan perempuan' yang menurut ibu lebih bermanfaat untuk dikerjakan daripada keluyuran mencari senang.

Padahal, sesekali liburan bukan sesuatu yang berlebihan..
Saya bisa dapat penyegaran untuk semua rutinitas saya yang membosankan.
Tapi setiap kali saya merayu ayah untuk berlibur, ibu yang paling getol menentang keinginan saya untuk berlibur.
Kalau sudah begitu, saya bisa apa ?

Baru saja kemarin saya mengutarakan ingin saya untuk mengikuti organisasi Pecinta Alam di kampus saya yang baru, ini bagian dari cita-cita yang sudah saya rancang dari sejak usia saya masih sepuluh tahun.
Walaupun lagi-lagi saya hanya ditentang ibu, untuk serentetan alasan yang saya duga sebagai rangkuman dari semua penolakan ibu atas angan-angan saya jadi traveler.
Yaa, mungkin saya akan mengalah lagi..

Saya sudah tidak merengek untuk diajak berpergian..
Lagipula, saya optimis prodi kuliah yang saya ambil ini kelak akan membawa saya ke tempat-tempat yang tadinya cuma jadi impian saya.
Yaa, walaupun nantinya cuma dalam rangka magang atau PKL.

Ohya, diantara banyak sekali cita-cita yang kepentok restu ibu, saya punya satu lagi yang lumayan ajaib.
Saya ingat betul, saya pernah bercita-cita suatu hari nanti seseorang akan membawa saya keliling dunia, dan ibu tidak akan pernah berkeberatan lagi karena saya aman bersamanya.

Hehe :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...