Orang dewasa 2

Dari seorang teman, tentang menjadi dewasa.

Teman: Aku sebel yu, kakakku ini nyebelin banget. Seenaknya aja, dia loh sakit dibikin sendiri. Tau kegiatan banyak, bukannya nyadar gitu.. makan teratur, jaga kesehatan sendiri. Ga mikir apa, kalo dia sakit kan mamaku juga yang repot. Gak dewasa, manja banget yu !

Bro,
Dewasa itu bukan berarti bisa menghadapi semua dengan kedua tangan kita sendiri.
Jadi dewasa juga capek.
Sesekali manja, boleh lah..

Waktu seseorang dianggap cukup dewasa, orang itu memikul beban beratnya sendiri.
Bertanggung jawab dan berusaha keras untuk mandiri.
Dewasa itu kadang lepas dari perhatian-perhatian sederhana seperti diingatkan makan dan istirahat.
Mereka dianggap cukup tua dan cukup mengerti tentang dirinya, tentang kapan harus makan dan bagaimana harus beristirahat.

Sebenarnya bukan begitu,
Jadi dewasa itu capek..
Capek dianggap bisa dan mampu menghadapi segalanya.
Capek berusaha terlihat mandiri, dan matang.
Capek memikul gelar dewasa.
Mungkin begitu ? Hehe .

Aku belum dewasa,
Tapi mungkin aku tau berat yang akan kuhadapi jika dewasa nanti..
Ketika nggak ada lagi yang mengingatkanku makan atau tidur,
Ketika aku nggak bisa lagi menangis merengek ketika sedang kebingungan mengenai beberapa hal baru,
Ketika menginginkan sesuatu dan harus memutar otak untuk membeli tanpa meminta,
Ketika aku punya persoalan dan harus menyimpannya sendiri agar tidak membuat orang tuaku khawatir,
Ketika apa yang ada dipikiranku bukan lagi hanya tentang hari ini tapi juga beberapa hari kedepan,
Ketika aku tidak lagi berpikir tentang bagaimana aku menikmati masa mudaku, tapi juga bagaimana aku bisa jadi contoh yang baik untuk adik-adikku,
Ketika hidup adalah bukan hanya untuk mencoba hal baru, tapi juga mempertahankan apa yang ada,
Ketika segalanya tidak lagi bisa dihindari, tapi harus dihadapi dengan tegas.

Itu mungkin hanya sebagian kecil,
Mungkin bisa lebih berat atau lebih ringan.
Sesederhana sakit dan ingin diperhatikan bukan berarti tidak dewasa..
Orang dewasa tetap butuh seseorang yang peduli terhadapnya.
Nggak ada batasan usia untuk menerima perhatian,
Nggak ada yang terlalu tua untuk diingatkan makan. Nggak ada.
Karna semakin tua, seseorang akan semakin butuh untuk sering-sering diingatkan hal-hal yang sebenarnya sangat sederhana.

Ohya satu lagi, kayak yang dibilang salah satu iklan operator prabayar..
Jadi dewasa itu menyenangkan, tapi susah dijalanin.
Setuju ? Iyain aja deh. Iya.

Sumpah !

Sumpah, saya masih muda !
Eh, maaf salah fokus.

Rasanya gak adil kalau kemarin saya mengucapkan selamat hari Blogger Nasional, tapi tidak mengucapkan selamat untuk hari Sumpah Pemuda.
Jadi, dengan ini saya mengucapkan :
Selamat Hari Soempah Pemoeda !
Iya, begitulah kira-kira tulisannya.

Ngomongin soal sumpah pemuda,
Jaman sekarang mah, pemuda pada sok tebar sumpah kesana-kemari.
Ada yang bilang 'sumpah mati, aku cinta kamu'
Ada juga yang 'sumpah hati ini milikmu'
Atau 'sumpah, aku gak nyolong bolpenmu !'
Pret lah..
Udahlah bro, kesakralan sumpah jadi luntur karna kalian sendiri yang mendustainya (ceileh..)

Segala sumpah dibikin main-main.
Anak jaman sekarang ya, enteng bener bilang sumpah.
Belum lagi pengacara yang itu, lah dia malah mau main sumpah pocong aja gitu.
Sumpah basi banget, bro !
Apalagi yang punya blog ini..
Gak nyadar ya mbak, kalau situ juga mengadopsi kata 'sumpah' untuk dijadikan nama twitter dan blog ?
Belagu bener.. nyinyirin orang asal sumpah, lah dianya pake sumpah waktu bikin twitter.

Haha, sumpah saya cuma becanda.
Dunia ini terlalu absurd dalam hal pengaplikasian kata 'sumpah'
Ya sudahlah, nikmati saja semua sumpah serapah.
Karna saya pun masih suka menggunakan 'sumpahsayaayu' sebagai identitas.

Ohya, jadi 'Cumpah? Ciyus? Miapah?' Itu masih tergolong kategori sumpah pemuda kan ?
Soalnya setau saya, itu yang bikin sumpah model begitu yaa anak muda.
Baiklah, cukup sekian sumpah dari saya.
Karna saya sendiri bingung mau nerusin bahas apa.
Jadi marilah kita cukupkan sampai disini.

Salam manis dari pemilik blog Sumpahsayaayu,
Dan ingat, jangan buang sumpah sembarangan !

Sekian.

Hari Blogger Nasional !!

Jadi, twitter lagi ngomongin hari Blogger Nasional.
Gak heboh sih, yang ngomongin hari Blogger Nasional palingan cuma penulis yang gue follow.
Iya, gitu.

Oh, hari Blogger Nasional ya ? Oh. Selamat deh.
*plakk*
Astaga lupaaa...
Gue kan anak blogger,
Gaul banget deh gueehh..

Haha, macam mana bisa lupa punya akun blog ?
Tapi sumpah, gue bangga banget jadi anak blogger.
Apalagi karena ternyata kami (para blogger) punya hari nasional.
Macam pahlawan sajalah. Hehe..

Ntah ya mau nulis apa..
Gue cuma mau bikin postingan khusus untuk mengesahkan diri sebagai anak gaul yang turut berbahagia merayakan hari Blogger Nasional !
Gue merasa istimewa dan keren banget.

Sekali lagi, tuluus dari lubuk hati yang terdalam gue mengucapkan..
Selamat hari Blogger Nasional !
Siapalah gue ini, selain anak alay yang doyan ngepost tulisan-tulisan lebay di blog.
Tanpa mengenal blogger, mungkin gue bakal menghabiskan terlalu banyak kertas.
Atau mungkin otak gue jadi lemot karena dipenuhi ide-ide yang tidak bisa tersalurkan.

Untuk orang semacam gue,
Menulis itu bukan tentang bakat, tapi cenderung tentang dahaga.
Gue bisa nulis sebanyak kalimat yang gak bisa gue ungkapkan secara lisan.
Sebanyak air yang ingin gue teguk ketika dalam dahaga.
Tapi juga nggak akan bisa nulis apapun ketika gue merasa cukup.

At least, gue cuma pengen bersyukur.
Karna mungkin blog ini saksi yang merekam semua kalimat hiperbola yang mewarnai masa muda gue.
Dan suatu hari nanti gue yakin bakal tertawa malu ketika membaca kembali blog ini, menyadari betapa anehnya gue dengan cerita-cerita depresif tentang hidup gue.

Salam manis
Anak blogger gahol..

Broken hearted girl 2

Lupakan aku, apatisku, egoisku.
Mungkin dari sisimu aku buruk sekali.
Tapi dari sisiku, ini namanya mengalah.
Menyerah pada sesuatu yang hampir tidak mungkin diperbaiki
Misalnya sebuah sistem tentang keadilan.

Kenapa harus meminta kalau aku bisa berusaha ?
Kenapa harus memohon kalau nantinya hanya diabaikan ?
Kenapa harus menunggu kalau tidak ada yang menjanjikan ?
Dan kenapa harus menyalahkan aku kalau tidak sabaran ?

Aku sudah berhenti merengek.
Kalau pun aku menangis, kupastikan tidak ada yang melihat air mataku.
Aku baik kan ?
Tapi tidak cukup sabar lagi.
Sabarku habis digerogoti kecewa.
Kalau aku diam, itu bukan sabar, itu acuh.

Nggak ada lagi yang ingin kuminta,
Nggak juga untuk hal sesederhana 'ingin didengar'
Mungkin aku terbiasa diabaikan.
Atau memang aku terlahir bukan untuk didengar.

Sudahlah, hentikan semua drama.
Aku sibuk mencari alasan untuk bahagia.
Tidak ada waktu untuk terus termehek-mehek.

Ohya satu lagi, kalau memang ada yang ingin kuminta.
Mungkin hanya sebuah diskusi ringan tentang 'keadilan'.
Bisa ? Mungkin tidak ya ? Lupakan.

Rainy

Sabtu malam, hari ke dua puluh enam bulan Oktober.
Awan mendung itu akhirnya bertransformasi menjadi butiran air yang jatuh menghujani bumi.
Dan bagian favoritku, petrichor.
Bau tanah basah itu cukup ajaib untuk memberiku sensasi teduh.

Aku tidak benci hujan,
Meskipun karenanya aku gagal membeli tip-ex, dan tidak bisa menjemur cucianku.

Aku suka,
Duduk di teras rumah menikmati angin, air langit, dan gemuruh petir.
Sebelum kampung ini padat pemukiman, aku bisa melihat airnya jatuh dan menggenangi lapangan depan rumah.
Membuatku melamun memandang keluar sampai hujannya reda.

Aku ingat kecilku dulu,
Berlari di tengah hujan dengan kaos singlet dan celana pendek tanpa kenal malu.
Sesekali berteriak kala petir menyambar, dan berhenti di depan rumah yang dari atapnya mengucur air deras.
Kadang pun aku hanya bisa menikmati hujan dari balik teralis jendela, memandang iri kepada mereka yang tertawa bahagia sambil berkejaran diluar sana.
Aku ingat betapa alotnya merayu mama untuk mendapatkan ijin bermain hujan.
Juga ketika mama tidak sedang di rumah, aku pernah diam-diam bermain hujan dan berhenti sebelum mama pulang dan kemudian berusaha menghilangkan jejak dengan mengepel sisa basah di lantai lalu pura-pura tertidur di kolong.
Dan ketika aku sudah terlalu besar untuk berlarian main hujan, aku pun memainkan perahu kertas, melihatnya bergerak menuju tengah lapangan yang tergenang air. Semakin jauh lalu hanyut.

Aku kangen sekali masa itu,
Sekarang tidak ada lagi yang tersisa.
Tidak ada lagi lapangan, tidak ada genangan air, tidak pula perahu kertas.
Hanya barisan bangunan yang berjajar penuh sesak dalam kampung yang sempit.
Dan atap-atapnya yang menghalangi jatuhnya air kepada paving-paving yang merindukan sentuhan hujan.

Selamat malam hujan.
Selamat bermalam minggu dengan fantasiku.
Aku kangen sekali.

Posting ngasal.

Bukan maksudku mengakhiri bro..
Hanya mengurangi bobot konflik.
Atau sebutlah ini bab baru yang berisi penyelesaian.

Anggap saja aku lemah.
Mudah menyerah dan dikuasai rasa bersalah.
Atau ya memang begitulah adanya..

Aku mau berteman dengan semua gelisah.
Aku mau berteman dengan semua tanda tanya.
Hanya supaya mereka berhenti menyakitiku.
Hanya supaya aku terbiasa menghadapi mereka.

Aku banyak berubah,
Tapi belum pantas disebut dewasa.
Ini hanya perubahan sederhana.
Dari yang 'tidak ingin mencoba' akhirnya jadi 'pemula'
Dari yang 'cuek' menjadi 'kepo'
Dari yang semula 'pemalu' jadi 'sok asik'
Dari yang selalu 'selow' akhirnya 'mellow'

Ah hidup..
Sejak perasaan itu,
Aku lupa persahabatanku dengan malam.
Aku lupa menyapa langit yang cemburu melihatku asyik dengan gadgetku.
Kadang aku begitu egois untuk cemberut dan tidak menikmati malam hanya karena menunggu sesuatu.

Biasanya malam yang jadi alasanku tersenyum teduh, tapi akhirnya aku menemukan alasan lain untuk bisa tersenyum.
Yang ini lebih nyata dan bernyawa.
Yaa.. walaupun alasan ini hanya boleh kupinjam sebentar.
Iya, akhirnya aku harus mengembalikan alasan itu  di tempat awal aku menemukannya.

Aku tidak menyesal.
Setidaknya aku sudah mencoba dan belajar tentang hal baru.
Tentang perasaan dan bagaimana harus menghadapi persoalan rasa.

Mungkin.

Mungkin sudah selesai dengan observasimu.
Mungkin sudah datang isyarat yang kamu tunggu.
Mungkin waktu telah memberimu sebuah jawaban.
Atau mungkin ini hanya hipotesaku.

Mungkin kemarin malam kamu tidak mengabariku.
Mungkin juga tidak untuk malam ini.
Mungkin kamu tenggelam pada kesibukanmu.
Mungkin kamu sedang terjebak pada suasana hati yang tidak baik.

Mungkin ini tidak lagi penting buatmu.
Mungkin aku juga tidak harus selalu menunggu pesan darimu
Mungkin jika harus menyerah, aku bisa maklum.
Dan mungkin ini terakhir kalinya untukku.

Aku tau semua akan segera berakhir.
Hanya saja aku tidak pernah tau 'kapan?'
Aku pun tidak pernah ingin memulai untuk membuat sebuah akhir.
Mungkin lebih baik kuikuti saja jalan ceritanya.

Mungkin aku tidak akan pernah bisa pergi.
Mungkin aku akan tetap disini.
Tapi mungkin perasaan itu tidak akan pernah sama lagi.
Karna mungkin aku baru mencoba untuk beradaptasi dengan kondisi.

Kenyataannya, semua sulit, semua berat, semua sakit.
Aku tau aku pemula, tapi kamu tidak perlu merasa iba.
Mungkin harus membiarkanku jatuh agar aku belajar bangkit dan tidak mengulangi jatuh.

Mungkin juga akan luka dan membekas.
Tapi mungkin itu harga yang harus dibayar untuk sebuah pelajaran.
Ya, mungkin.

There is a pill for every ill

I don't regret for everything that happened to me.
I don't recall for every mistakes, sadness and rage that I've done.
I don't throw all that things away because the effect has ripped me off.
You know why ? Cause that what makes me learn about mistake
-Koko, Sarjana Kebut Skripsi-

Laaahhh... pas banget tuh *mulet*
Hidup mah gitu-gitu aja.
Masalah ngantri panjang dari ujung ke ujung gak ada habisnya.
Aku bisa apa, selain menghadapinya ?
Atau paling tidak, membiarkan masalah itu menghajarku dan aku belajar dari lebam yang kuterima.

Hidup mah gak lepas dari masalah.
Tapi itu juga bukan alasan untuk lupa caranya bahagia.
Bahagia itu sederhana kok.
Sesederhana ketawa waktu nonton film konyol di televisi.

Aku nih,
Lagi sumpek tingkat kelurahan.
Hati udah kayak ada bentrokan massal.
Kalo bisa dilepas nih hatinya, gua lepas juga deh trus dimasukin ke laci.

Tapi tenang aja..
Mau se-mellow apapun aku waktu menghadapi masalah.
Mau se-pengecut apapun aku dalam menghindari masalah.
Aku nggak pernah melewatkan satu masalah pun di dalam kepalaku.
Semuanya tersimpan rapi di rak arsip yang harus dibaca ulang dan dipelajari.

Ohya, satu lagi..
There is a pill for every ill.
Jadi, aku tau aku akan selalu baik-baik saja.

Digondokin lagi.

Hai operator kartu prabayar !
Tumben kamu menyebalkan sekali !!
Mengertilah, ada kesalahpahaman yang harus diselesaikan sebelum berangkat tidur.
Kenapa jaringannya harus error pada saat yang tidak tepat sih ?

Hai kamu !
Iyaa kamu, kamu yang lagi gondok itu.
Ayolah, sudah berapa kali kita gondok-menggondok seperti ini ?
Sepertinya sudah lebih dari tiga kali, kamu seenaknya pergi meninggalkan forum dalam keadaan gondok.
Dan membiarkan aku mengirim banyak pesan berisi kalimat persuasif dan kalimat tanya.
Kemudian ketika tidur tanpa sadar aku bermimpi kamu mengirim chat balasan, yang malah membuatku kecewa esok paginya saat menyadari itu hanya mimpi dan kamu masih tetap gondok.

Harus berapa kali ini terulang ?
Seandainya kamu bisa sedikit lebih sabar.
Mungkin kamu akan lebih memahami.

Lampu hijau (lagi)

Ini bukan tentang kamu.
Ini tentang aku dan tentang berhenti.
Ingat persimpangan yang kemarin ?
Aku berdiam menunggu berhari-hari.

Lupakan saja lampu hijaunya.
Aku tau belum saatnya aku berhenti.
Hanya saja ketika hati mewakili logika.
Semua serba di luar rencana.

Aku tidak menyalahkan siapapun untuk hal yang di luar rencanaku ini.
Mungkin semesta sedang iseng menguji tekadku.
Ya, aku ingat pernah bertekad untuk berhenti pada satu persimpangan saja.
Menunggu untuk satu lampu hijau saja sepanjang perjalananku.

Kembali pada lampu hijaunya.
Mungkin bosan bersabar.
Mungkin juga ragu pada waktu.
Kadang keinginan untuk pergi itu ada.

Tapi keinginan untuk bertahan lebih unggul dalam urusan menguasai hati.
Aku masih ingin menunggu 'clue' sebelum mengambil langkah selanjutnya.
Kamu mungkin benar soal 'duduk diam dan tidak memilih'
Aku pun pernah punya pendapat serupa.

Kadang ada pilihan yang tidak untuk dipilih, tapi untuk ditunggu sampai salah satunya membawa kita pada jalannya.

Benar kan ?
Kurasa tanpa sadar seringkali kita tidak memilih, tapi sengaja dituntun untuk berada pada pilihan yang itu.
Iyaaa kaan ? Kaaan ? Kaaaaaan ?
Iyain aja deh !

Miss Galauerss ? Oh NO !!

Edaann..
Pagi-pagi masuk kelas ngos-ngosan karna telat.
Eh baru duduk bernafas, tiba-tiba datanglah secarik kertas.
Isinya : 'hai miss galauerss..'
Itu dari Shylvi.
Kayaknya dia baca blog ini pagi tadi.

Bro, aku gak se-galau itu kok.
Masalah itu emang kurang ajar !
Tapi aku sedang berusaha jadi apatis.
Cuek dan tidak peduli.
Mengabaikan masalah ini demi kelancaran hidupku sendiri.

Aku nggak akan terus lari dan menghindar kok.
Aku hanya harus menarik diri untuk mendinginkan suasana.
Aku butuh ruang untuk bernafas.
Aku butuh waktu untuk berpikir jernih.

Masalah itu ada disini.
Berputar konstan di pikiranku.
Berdiam memenuhi memori.
Nggak pernah jauh.
Nggak pernah lari.
Ada disetiap aku terbelalak pagi-pagi.
Ada disetiap aku bernafas sepanjang hari.
Ada disetiap pertanyaan tentang keluarga.

Lelucon hidup.

Aku tertawa getir.
Merasa tergelitik oleh persoalan hidup yang kian kurang ajar !

Yaya, sejak aku genap tujuh belas tahun makin ada-ada saja masalah yang menghampiri.
Makin gila, makin tidak rasional.
Tapi kusempatkan tertawa agar aku terlihat tangguh.
Menipu ? Bukan.
Ini mungkin self defense.
Tau sendiri kan betapa kejamnya dunia terhadap orang-orang lemah.

Aku tidak secepat itu jadi dewasa dengan angka tujuhbelasku.
Kadang berpikirku masih egois dan kekanak-kanakan.
Tapi kadang saran sederhanaku juga membuat teman-temanku menganggapku lebih dewasa dari apa yang terlihat.
Katanya aku bahagia, seolah tidak pernah bertemu masalah.
Pret lah..
Aku cuma abege labil yang bahkan gak paham sama hidupku sendiri.
Aku juga cengeng dan sering mengeluh.
Ah tapi lebih baik kuaminkan saja..

Apa tertawaku ini yang kalian anggap sebagai bahagia ?
Hei bro, hidupku tidak selurus itu !
Haha, ayolaah..
Kuanggap hidup ini sebuah lelucon, agar aku punya alasan untuk menertawakan keadaan. Sepahit apapun itu.

Apanya yang salah bro ?
Hidup ini panggung sandiwara kan ?
Semua orang pasti pernah berpura-pura.
Sudahlah bro !
Aku hanya bermain peran seperti yang lainnya.
Toh, ini hanya berlangsung selama aku merasa sedih.
Selebihnya, aku tetaplah aku.

Nite note (complicated)

Di pojokan kamar.
Suara detak jam menguasai seisi ruangan.
Berdengung melodi mengerikan tentang waktu.
Aku masih duduk bersandar, melamun.
Merasakan benci, merasakan sedih, merasakan kecewa.

Aku benci mendapati diriku sebagai orang yang emosional.
Merengek menuntut keadilan yang biasanya memang hanya omong kosong.
Kadang semua bisa saja keterlaluan.
Termasuk yang kali ini.

Hei yu !
Kita berhenti bicara tentang proses pendewasaan.
Kita sudah sampai di garis tepian sabar.
Ketika makian dan sumpah serapah mungkin hampir jadi pilihan.
Tapi percumalah, kamu lahir bukan untuk di dengar.
Tak akan ada yang pedulikan emosimu.
Tahan dan simpan gumpalan kecewamu.

Aku yakin masih ada sepotong hati baik di dalam sana.
Sudah jangan terlalu larut dalam murka.
Lakukan seperti yang biasa kamu lakukan..
Abaikan perasaanmu dan tunjukkan wajah bahagiamu.
Kadang berpura-pura bahagia lebih baik daripada terus bersedih sementara tidak ada seorangpun yang peduli.

Aku tau kamu mudah memaafkan..
Aku lebih tau kamu menyimpan dengan baik semua ingatan menyakitkan di kepalamu.
Tapi sudahlah, tenangkan dirimu saja.
Soal mereka, biarkan waktu yang memperbaiki keadaan.

Sudah ya ?
Ambil buku kimiamu dan mulailah berkonsentrasi.

Lalala ~

Saya lagi butuh inspirasi buat bikin cerpen,
Jadi, bagaimana kalau kamu berhenti gondokin saya ?
Kemudian mulai untuk memberi saya sedikit inspirasi agar ini selesai.
Agar bisa kita lanjutkan chatting tanpa harus membuat saya pusing membagi konsentrasi antara kamu dan tugas ini.

Kepada kamu,
Kakak yang tidak pernah berhenti membuat adiknya bertanya, menunggu, dan mengalah.
Dan kepada ragu yang kamu simpan sendiri,
Apa artinya chatting malam-malam itu jika saya tidak punya rasa yang sama ?
Ya, jika saya tidak punya rasa itu mungkin lebih baik saya tidur dan mengabaikan marahmu.
Tapi kamu tau, saya tidak melakukannya.

Semoga kamu memahami.
Pelukcium dari adikmu yang tembem.

Reason

" Jadi apa yang kamu suka darinya ?" -Miftah

Untuk sepersekian detik aku diam.
Bukan melamun, tapi sedang berpikir keras.

Lima menit dan dia tetap menunggu diantara deru kipas angin dan denting jam yang mengisi sunyi.
Aku masih telungkup dan berpikir.
Aku memutar logika, mencari apapun yang bisa kujadikan alasan.

Aku menyerah.
Aku tidak punya jawabannya.
Ini gila, pertanyaan macam apa ini ?
Bahkan tidak mungkin aku bisa mencari jawabannya di google.

Hei kawan !
Andai saja kamu memahami ini.
Bagaimana jika aku tidak punya alasan ?
Bagaimana jika memang hal absurd sering kali mampir di hidupku yang ajaib ini ?
Mungkin kita bisa belajar maklum.
Atau sekedar pura-pura memahami agar aku tersenyum.

Jika saja aku punya jawabannya, mungkin kamu pun tidak akan menunggu lima menit hanya untuk sebuah geleng kepala.

Atau jika memang perlu dijawab, mungkin malam ini aku akan menyelipkan pertanyaan itu di dalam doa pengantar tidurku.
Tapi sudahlah, rasanya belum perlu.

Aku simpan saja pertanyaan itu.
Kuijinkan waktu menguraikan tanda tanya itu hingga dapat ditemukan seutas benang merah.
Atau isyarat kecil yang terselip dalam rumitnya filosofi tentang rasa.
Aku pasti akan menunggu.
Semoga akan segera terjawab.

Dejavu (?)

Temen : Aku udah baca blogmu loh, dan yaa.. apa yang kamu tulis sekarang malah jadi kenyataan. Apeu. Dia jadi nyata. Kok bisa ya ?

Ntah ya,
Ini mungkin DEJAVU.
Atau mungkin bukan.

Aku gak mau menyamakan dia dengan apeu.
Walaupun memang dia, sikapnya, cara bicaranya, cara marahnya, chat darinya semuanya hampir sama.
Dan perasaanku dengannya, persis seperti apa yang kutulis di novel itu.
Sedikit terbersit, semesta ini ajaib.
Ah ya, semesta memang keren..

Novel itu omong kosong.
Yayaa, omong kosong yang pernah kutulis dengan menuangkan hatiku ke dalamnya.
Akupun nggak pernah berpikir omong kosong itu bisa jadi nyata.
But, this is happening..

Masa bodo dengan novelnya.
Masa bodo dengan dejavu.
Masa bodo semua.
Aku nggak mau menyamakan dia dengan apeu.
Ya karna seharusnya dia bukan apeu,
Maksudku he isn't my apeu..
Jadi kita berhenti bicara apeu ya ?
Dia nggak ada.
Nggak nyata.
Dia semu.

Apeuu..

Oke deh,
Mbuh, jin mana yang bisikin aku supaya baca lagi novelku.
Dan setelah baca, aku senyum sebentar.
Aku kayak nemuin sesuatu.
Iya, ternyata aku nemu sosok 'apeu' di kamu.
Mulai dari muka ketusmu, senyum menyeringaimu, dan gaya cuekmu..
Semua hampir sama.

Etapi jangan deh.
Kamu bukan apeu, kamu ga mirip sama tokoh fiktif di novel kacangan ituu..
Udah ah..
Males mikir aneh-aneh. Hehe..

Udah yaa..
Ini postingan iseng aja kok.
Soalnya kangen pengen ngeblog..
Biarin aja kalo isinya ga penting.
Udah tutup aja blognya..
Ini udah sampe bagian penutup kok.

Sekian.

Flashback ya ?

Come on bro !
Jangan menoleh ke belakang.
Kita harus berhenti saling menyakiti.

Apa tiga tahun itu nggak juga bikin kamu belajar ?
Tentang rasa yang nggak bisa kamu paksakan.
Ayolah, aku nggak pengen jadi jahat.
Tapi kenyataannya aku nggak punya rasa itu untuk kamu.
Jangan memojokkanku dengan pertanyaan-pertanyaan yang membawaku pada ingatan tiga tahun yang lalu.
Pertanyaan itu terkesan menghakimi, seolah akulah tersangka utamanya.

Bro, aku sudah berdamai dengan masa lalu.
Cobalah untuk menerima dan memaafkan ketidaksesuaian yang mengusik.

Aku tau waktu akan mendewasakan kita.
Tapi tidak cukup dewasa untuk memutuskan berhenti di satu orang.
No, you shouldn't try to be a playboy.
Hanya saja..
Kamu nggak tau kan ?
Sampai kapan kamu mau bertahan di perasaan yang itu-itu saja.

Sudah tiga tahun,
Dan terima kasih untuk masih saja bertahan.
Nggak ada yang bisa kujanjikan tentang hari esok.
Apalagi karna aku masih amatiran.

Kadang hati itu kayak kamar kost, setelah lama tinggal, setiap sudut diruang itu akan menjadi penuh dan tidak lagi nyaman untuk ditempati.
Dan pada akhirnya kamu juga akan 'pindah' ke kamar kost lain, yang lebih nyaman.
Begitu seterusnya sampai kamu berhenti pada sebuah rumah yang membuatmu merasa nyaman bertahan di dalamnya dan cukup yakin untuk mulai membangun sebuah keluarga.

Jadi jangan terlalu keras soal perasaan..
Kamu boleh pergi dan terus mencari.
Masih banyak waktu, sebelum akhirnya kamu berhenti pada satu hati.

Tears don't fall

Nggak yu !
Jangan jadi cengeng !

Mungkin waktu kamu bangun sore ini perasaanmu boleh jadi kacau,
Mungkin jum'at malam yang biasanya santai boleh jadi galau.
Tapi, berjanjilah hanya malam ini.
Tidak untuk besok, atau besoknya lagi.

Masalahmu yang di sekolah udah cukup berat dan bikin nangis
Jangan tambah beban pikiranmu dengan masalah lain.
Ayo dong yuu, kamu bukan anak cengeng :')

Mama pasti marah kalo liat kamu kayak gini..
Kamu boleh pake topeng yu,
Kamu boleh pura-pura seolah semua baik-baik saja.
Apapun yu, karna mungkin kamu sudah lupa caranya bahagia..
Jadi silahkan menutupinya dengan bahagia yang semu.

Berubah ya ?

Kamu berubah yu, kondisi yang mengubah kamu. Aku lebih suka kamu yang biasanya, yang jomblo bahagia, yang selalu ketawa lepas. -bangku kiri-

Jangan pernah tanya kenapa.
Karena aku pun tidak punya jawabannya.

Tapi ini mungkin tentang waktu,
Tentang apa yang diperbuat waktu terhadapku..
Memburuku dengan deadline,
Mempertemukan aku pada angka tujuh belas dalam kartu ucapan ulang tahunku,
Membuatku merasa sedang menunggu untuk beberapa saat.
Sampai detail proses pendewasaanku yang terikat waktu.

Waktu yang membuat seorang anak perempuan bingung memilih baju ketika hendak ke sekolah pada suatu sore.
Harus juga, empat kali mengganti bajunya dan akhirnya menyerah.

' ini bukan aku yang biasanya, mana sweater dan celana olahraga yang kupakai dengan cuek, setiap ingin pergi '

Waktu juga yang membuatnya memilih kaos lengan panjang dipadu jeans hitam dan jilbab biru dongker sore itu.
Sekarang waktu juga yang membuatnya jadi sendu..
Ada banyak hal yang belum ia mengerti tapi tetap harus dihadapinya.
Perasaan bersalah yang begitu mencekik.

Tapi tetap ini bukan kesalahan waktu.
Waktu hanya mengenalkannya pada ini dan itu.
Dia yang menjalani, bergerak dan berpindah.
Dan dia juga yang bertanggungjawab atas setiap jengkal perpindahannya.

Sudah bukan saatnya mencari siapa yang paling bersalah.
Simpan dan hadapi.
Perubahan tetap perubahan.
Kita hanya butuh waktu.
Waktu yang dulu pernah mengubah kita.
Waktu yang sama untuk kita mengubah keadaan. Menjadi lebih baik.
Selagi masih ada yang bisa diperbaiki.
Jangan sembunyi.
Hadapi saja, seperti orang dewasa lainnya.

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...