I'm crying on this dialog.

Aku : Sebenarnya aku pengen lah ke FK kalo ada dana.
Mama : Masalah dana terus yang jadi alasan.
Aku : Loh bukan gitu, aku kan belum selesai ngomong.
Mama : Kamu itu mbulet. Segala dana jadi alasan. Kemampuan berpikirmu mumpuni nggak ?
Aku : Aku mau berusaha ma, kalo kesempatan itu ada. Tapi kan..
Mama : Halah.. gak usah dibahas. Pikiranmu dangkal. Mikirin yang itu itu aja.
Aku : Dengerin dulu ma, aku kan belum jelasin..
Mama : Gak perlu, gak butuh penjelasanmu. Ngayal aja sanah !
Aku : Ma..
Mama : Mama salah berharap sama kamu. Mama kira kamu udah ngerti dan bisa memahami. Ternyata kamu emang tukang menghayal

Kenapa sih ma ?
Padahal aku cuma mau bilang,
Aku mulai mikir opsi lain.
Pertanian atau..
Stikes, sesuai permintaan mama.
Aku udah nggak berharap kedokteran lagi.
Tapi apa anak bodoh ini gak boleh menyebut kedokteran sebagai cita-cita ?
Kenapa ma ?
Apa nggak cukup dengan korban hati yang harus nerima kenyataan yang nggak sesuai ?

Aku nggak berharap mama ngerti perasaanku.
Tapi aku berharap mama ngerti, aku sedang berusaha menjadi apa yang mama mau.
Stikes kan ma ?
Rekam medis kan ?
Aku nggak suka ma, tapi aku mau berusaha suka.
Aku ini bodoh,
Tapi nggak jahat ma.
Karna orang jahat nggak mungkin akan sebodoh ini mengorbankan perasaannya untuk keinginan mama.

Kalo mama nggak suka aku mikirin FK, aku bisa berhenti ma.
Bahkan tanpa harus disuruh.
Aku cukup realistis soal yang satu itu.
Tapi apa yg salah dari pertanian ?
Apa sama konyolnya dengan kedokteran ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...