Mama : Na, yang ada di kepalamu sekarang mau jadi apa nanti kalau sudah besar ?
Adik : Dokter
Mama : ...
Aku : Yakin ? Jadi dokter kuliahnya 8 tahun loh.
Adik : Iya ?
Aku : Iya. Nanti juga kalau kuliah kamu ga bisa main-main. Tiap jam 3 pagi udah harus bangun buat ngapalin obat.
Adik : Keputusanku sudah bulat kok.
Aku : Loh aku ngasih tau aja. Siapa tau kamu mau berubah pikiran. Kamu kan nggak tau gimana sulitnya kuliah kedokteran.
Adik : ...
Tau nggak, kenapa aku ngasih tau kamu kemungkinan-kemungkinan terburuk kuliah di kedokteran ?
Bukan. Bukan karna aku nggak mau kamu lebih sukses dari aku.
Bukan maksudku meremehkan kamu,
Atau mengusik cita-cita muliamu.
Aku mau kamu sadar terhadap apa yang akan kamu pilih.
Kedokteran bukan hal remeh, kamu harus benar-benar sadar saat memilih dan mengetahui segala konsekuensinya.
Nantinya, kepada kamu aku menitipkan harapanku untuk membuat bangga orang tua kita.
Aku pernah ada di posisimu.
Waktu itu aku masih muda dan tidak paham tentang apa yang kuhadapi.
Yang kutau, aku hanya ingin jadi dokter.
Sedikit banyak aku tau kesulitan-kesulitan yang akan kuhadapi.
Aku sudah cukup lama mempelajarinya.
Tapi satu hal yang aku lupakan,
Aku bukan anak orang kaya.
Dan kelak dana bisa jadi penghalang.
Pada akhirnya aku menyerah.
Itu tindakan realistis yang paling menyakitkan otak kanan dan hatiku.
Setiap orang nantinya akan berhenti berkhayal dan menghadapi kenyataan hidup yang ada, kan ?
Iya kan ?
Dan kalau kamu sudah berkeputusan bulat.
Aku mau kamu jangan berpikir tentang biaya.
Kamu punya dua kakak yang sudah bekerja ketika kamu kuliah nanti.
Mereka yang akan membantu biayanya.
Aku yakin, kamu mungkin lebih beruntung dari aku.
Jangan jadi cemen !
Papa butuh satu dokter pribadi dirumah.
Dan dokter itu harus kamu !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar