Nyampah galau.

Udah ah posting galaunya..
Ini posting terakhir yang ngebahas galau.
Udah. Kalau ada posting galau lagi, yang jelas bukan tentang yang ini.
Harus topik yang lain.
Okee ??
----------------batas galau------------------

Setiap cerita punya akhir, yu !
Cepat atau lambat, bahagia atau sedih, suka atau tidak. Semua tetap akan menemui 'akhir'nya..

Bahkan ketika kopimu masih cukup hangat untuk dinikmati pada pagi yang santai, kamu pun akan tetap berhenti meminumnya.. 

Hehe,
Kadang nggak semua warna dalam hidup itu indah,
Tapi punya masalah dan mampu menghadapinya bikin aku sadar, warna-warna kelabu itu makin melengkapi aku.
Nggak peduli, meskipun aku terlihat alay dengan banyak warna itu.

Udah lah ya,
Apalah arti kuota internet berlimpah tanpa nyinyiran galau di sosial media.
Apalah arti sosial media tanpa anak-anak alay yang doyan nyinyir..
Ini simbiosis mutualisme, bung !

Walaupun agak menyebalkan, kadang orang lain cuma butuh melepaskan bebannya.
Dan kamu pun gak diharuskan untuk peduli, abaikan saja.
Atau pura-pura prihatin saja cukup.

Teh, Cangkir dan Kopi (lagi)

Seandainya bisa, tanpa ada elemen yang terpisah.
Seandainya Teh ini tetap terhidang bersama Kopi dan Cangkirnya.
Seandainya Teh ini diijinkan ada disamping Cangkir, yang tetap dengan Kopinya.

Seandainya, seandainya dan seandainya..
Terlalu banyak bungkusan pengandaian berpita penyesalan.
Berhiaskan rasa bersalah dan direkatkan dengan sebuah kenyataan pahit.
Terlalu banyak.

Teh ini menyesal.
Mungkin tidak ada lagi yang bisa diperbaiki.
Mungkin Kopi akan mendapatkan Cangkir yang berbeda.
Dan Cangkir akan temukan Kopi yang lainnya.
Tapi Teh ini, akan tetap bersama rasa bersalahnya.
Kecuali jika ia tidak mengenal karma.
Kecuali jika ia tidak akan ditinggalkan Gelasnya untuk Sirup atau Teh yang lain.

Teh ini menjadi lebih kental dan membenci dirinya sendiri.
Teh ini tidak tau, apakah manusia mau memaafkannya untuk hilangnya hidangan Kopi dalam Cangkir yang biasanya..

Ah.. seandainya aku Teh botol.
Mungkin tidak perlu mengisi sebuah Cangkir yang seharusnya berisi Kopi.

Teh, Cangkir dan Kopi

Teh ini bersalah,
Karena merebut Cangkir dari Kopinya..
Teh ini bersalah,
Karena Cangkir memalingkan diri dari kentalnya Kopi.

Padahal Kopi selalu memiliki sang Cangkir.
Padahal selalu Kopi yang melengkapi ruang kosong dalam Cangkir.

Teh ini harusnya mencari 'Cangkir' yang lain.
Mungkin bisa dengan Gelas bening.
Yang bisa membuatnya nampak oleh yang lainnya.

Teh ini bersalah dan harus minta maaf..
Kepada Kopi hangat yang tidak lagi memiliki Cangkir.
Juga kepada Cangkir yang membuatnya makin bersalah.

Ya, bersalah karena mengubah rasa dari sebuah pagi yang biasa dinikmati dengan secangkir Kopi.

Ada harmoni yang berbeda.
Ada kebiasaan yang berubah.
Lagi-lagi tentang pagi yang tenang tanpa Kopi dalam Cangkirnya..
Kopi yang jadi insulin, infus energi bagi setiap nyawa.
Menolak kantuk, menambah semangat.

Ya, Teh ini bersalah dan ingin menebus kesalahannya.
Bahkan, setelah Kopi tidak ingin peduli.
Bahkan jika Cangkir mengizinkannya menjadi benar, Teh ini tetap bersalah.

Teh ini bersalah dan berharap Kopi memaafkannya.
Dan seandainya waktu memberinya satu kesempatan untuk memperbaiki apa yang telah salah.

Jawabku.

Mungkin ini jawaban dari sebuah tanya.
Tentang hidup, dari seorang kawan lama.
Tanya yang dikirim kepadaku melalui pesan singkat pada suatu malam saat aku sedang berjibaku dengan setumpuk buku yang berbeban tugas.
Tapi, untuk alasan yang selalu sama aku tidak menjawab pesannya.
Ya, apalagi kalau bukan karena krisis pulsa. 

" Menurutmu hidup itu apa ?
gk harus bls skrg, pokokx djwb aj :D
hehe "


Hidup ya ?
Hidup itu banyak.
Banyak rasa, banyak arti, banyak cerita.

Hidup bisa jadi respirasi, metabolisme dan adaptasi.
Hidup juga bisa berarti perpindahan.
Ya, perpindahan yang sama seperti yang dijelaskan Raditya Dika pada novel "Manusia Setengah Salmon"

Tapi buatku hidup itu ya berarti 'belum mati'
Hidup itu adalah ketika kita masih bisa bangun pada suatu pagi dan mendengar berisik yang memperebutkan kamar mandi.
Hidup adalah ketika kita sampai disekolah dan masih merasa takut pada guru killer yang mengadakan ulangan mendadak.
Hidup adalah ketika kita merasa masih menunggu untuk hari besok, besok dan besoknya lagi atau saat kita tidak siap menghadapi hari besok, besoknya lagi, dan lagi.

Hidup adalah tentang hidup.
Hidup adalah tentang rasa yang membuat hidup punya banyak arti berbeda.

Insomnia, sleep apnea, galau kimia, gagal diet, tugas numpuk, atau alasan apapun yang membuatku tidak berhenti mengeluhkan beratnya hidup.
Pada akhirnya, akan kutertawakan sendiri karna aku berlebihan menyikapi sekelumit masalahku yang kecil.
Hehe, sudahlah.. mengeluh seperti kemarin hanya akan membuatku semakin nampak bodoh dan lemah.

Hey, bro.. aku tidak banyak tau tentang hidup.
Yang kutau ketika aku mengeluh, hidupku makin terasa berat.
Bagaimana denganmu ?

Teruntuk sahabat baikku, Miftah..
Semoga ini bisa sedikit menjawab pertanyaanmu..

Berkemas.

Aku mau membereskan hati..
Bukan, nggak ada serpihan yang tercecer di dalam sini.
Aku hanya harus merapikan beberapa lembar halaman yang salah.

Nggak ada yang harus dibuang kok.
Semuanya masih baik-baik saja.
Sama baiknya seperti kemarin.
Haha, saat lagu 'Lumpuhkan ingatanku' dari Geisha nggak punya nyawa arti.
Hanya nadanya yang mengalun nikmat di telinga.

Nggak ada yang harus berubah,
Bahkan setelah aku merasa lagu itu punya arti, sekarang.

Mungkin aku penulis yang gagal untuk buku hatiku sendiri.
Beberapa kisahnya sedikit berlebihan dan tidak layak terbit.

Aku mungkin juga belum sedewasa filosofi yang diterangkan hidup.
Oh, atau aku hidup atas filosofiku sendiri..
Atau bisa jadi aku sendiri yang sok dewasa.
Yaya, bisa jadi !

Oke, aku akan berkemas.
Ruang itu menjadi terlalu luas untukku sendiri.
Untuk seorang yang begitu suka menulis tanpa pernah memahami betapa buruknya kisah yang ia tulis.

Aku akan tetap berkemas.
Sejenak pergi 'berpetualang'
Membereskan semua yang salah dan mencari tau untuk menjadi benar.
Dan setelah aku menjadi lebih tau, kupastikan tidak ada lagi halaman yang salah disetiap lembarnya.

Lampu hijau

Tentang sebuah lampu hijau.
Aku lupa ini persimpangan ke berapa dalam perjalananku.
Yang kuingat, sudah lebih dari dua persimpangan yang kutinggalkan tanpa menunggu lampunya jadi hijau.

Aku tau bagaimana harus jalan terus.
Aku tau bagaimana harus memperhatikan pertanda untuk berhenti.
Aku tau bagaimana harus mencari jalan untuk menghindari persimpangan
Atau pergi dari persimpangan tanpa harus menunggu dan terjebak pada lampu merah
Aku pengguna jalan yang baik di perjalanan ini.

Perjalananku masih sangat panjang.
Mungkin juga banyak persimpangan di depan sana.
Dan aku tidak diperbolehkan berhenti.
Di persimpangan manapun
Dan untuk alasan apapun

Ini tentang sebuah lampu hijau
Yang hampir tidak pernah menyala hijau
Tapi untuk sebuah alasan absurd aku mau berhenti di sebuah persimpangan.
Dan menunggu agar merahnya berganti hijau.

Kadang segalanya harus serba absurd
Seabsurd definisi 'perhatian' yang kamu terangkan kepadaku
Seabsurd lampu kuning yang kuartikan sebagai 'ya'
Dan ya, seabsurd perasaan canggung diantara dua orang beda status sosial yang terjebak dalam satu rasa yang sama, saat saling coba mendekat.

Percakapan malam

Pukul 23.20

Gue : Bro, bangunin gue jam 3 pagi ya..
Alarm : Ngapain bro ?
Gue : Pokoknya bangunin aja deh.
Alarm : Ya bisa, tapi lo harus kasi gue alasan kenapa gue harus bikin ribut jam 3 PAGI !
Gue : Ya karna lo alarm dan udah tugas lo buat bangunin orang.
Alarm : Tapi ya nggak jam 3 pagi juga sih !
Gue : Gue pengen aja bro ! Sholat malam.
Alarm : Masalah apa lagi bro ?
Gue : Nggak, nggak ada masalah.
Alarm : Bro...
Gue : Ya gitu, lo kan tau nih, gue udah usaha nyari guru privat buat membimbing gue. Tapi sampai hari ini gue belum dapet. Gue sadar bro, gue harusnya minta bimbingan sama Gusti Allah sebelum minta bimbingan sama orang lain.
Alarm : Sabar ya bro ! Hidup emang ga selalu sesuai dengan harapan kita.
Gue :  Iya, jangan lupa bangunin gue ya..
Alarm : Laaahh, palingan elu ngorok bro !
Gue : Ya paling enggak kan udah ada niat. Mau bangun atau enggak itu sih urusan nanti.
Alarm : Ah elah, males banget gue bangungin elu. Tidurnya kayak kebo. Puless banget.
Gue : Yaelah bro ! Tinggal bangunin aja susah amat.

Percakapan absurd barusan dirangkai oleh mata setengah ngantuk dan ide yang mampir tiba-tiba.

Alarm : Udah kali bro, udah mau merem kok ya sempet-sempetnya bikin postingan.
Bantal : Segala alarm diajak ngobrol. Lo ini mulai nggak sehat, atau gimana ?
Alarm : Lah elu siapa ?
Bantal : Eh..

Jadi beda.

Malam telah menukar bahagia itu dengan rasa bersalah.
Dan sebentuk tamparan yang menyadarkan diri sendiri.
Tentang siapa saya,
Dari mana saya berasal,
Dan bagaimana seharusnya saya bertindak.

Ada yang salah dengan perasaan yang kemarin.
Begitu juga sikap mama saat saya bercerita tentang perasaan saya.

Apa saya yang berlebihan ?
Apa ini bukan saat yang tepat atau apa ?

Saya takut menjadi asing dengan perasaan baru saya.
Saya takut orang-orang menganggap saya berubah karena perasaan itu.
Saya takut tenggelam dan sibuk dengan perasaan baru saya.
Saya takut kehilangan kepercayaan mama saya.

Yah, saya sudah jadi sosok yang berbeda setelah perasaan itu.
Saya jadi aneh, lebih aneh karena sering tersenyum sendiri.
Lebih aneh karena sok asik dengan pria yang belum sepenuhnya saya kenal.
Lebih aneh karena saya sendiri merasa saya bukan Ayu yang biasanya.

Malam ini, saya akan berangkat tidur sambil berharap terbangun pada pagi yang cerah dan saya kembali seperti biasa.
Sebelum perasaan itu ada.

Ntah apa ini..

Selamat pagi, semesta !
Ucapan 'selamat pagi' barusan di persembahkan oleh perasaan buru-buru saat memandang jarum jam yang membentuk sudut 90° di awal terbukanya mata.

Pukul 9, aku kesiangan.
Dan terlalu banyak yang harus diselesaikan sebelum petang menjelang.
Ada tugas-tugas yang terlantar usai pesta kemarin sore.
Euforianya menyisakan lelah yang masih terasa hingga pagi ini.
Juga perasaan yang masih sama berantakannya dengan hari kemarin.

Ah ya, mari kita memulai pagi yang sibuk ini dengan senyum simpul yang menguraikan rasa bahagia yang tidak terdefinisi.
Rasa bahagia yang terselip dalam rumitnya isi hati.

Haha, pagi ini cerah ya ?
Dengan wajah bumi yang berbinar menyambut seorang anak manusia yang tersenyum sendiri dengan ponsel di tangannya..

Let's move and do something !
Ada yang harus dibereskan sebelum senja menemui gelap malam.
Hehe udah, segini aja.
Udah tau banyak tugas, ini malah ngeblog.
Dodol banget deh gue !

Lagi patah hati

Aku nggak tau, kalau proses jatuh cinta dan patah hatiku bisa terjadi dalam satu malam.
Aku nggak nangis waktu patah hati, tapi  kecewa itu tetap ada.
Cuma sebentar lalu semuanya kembali membaik.
Sepertinya aku memang belum benar-benar jatuh cinta.
Cailah, apa sih cinta ?
Yaudah lah ya..
Aku nggak tau apa benar dia punya pacar atau enggak.
Yang jelas, perasaan itu udah jadi beda.
Rasanya udah nggak meletup-letup lagi.
Aku senang setidaknya ini masih lebih baik daripada tidak pernah jatuh cinta sama sekali.
Terima kasih ya, untuk sensasi menyebalkan ini.
Kamu tetap nampak mempesona kok di mataku..
Hehe seandainya aja .. *huss
Udah ah segitu aja.
Sekian.
Titik dua bintang nih..



Ini (mungkin) cinta.

Hei kamu,
Terima kasih telah mengajarkan aku lebih dari sekedar pelajaran berbahasa.
Terselip rasa yang kamu perkenalkan kepadaku di akhir pertemuan kita.
Aku malu mengakui ini cinta,
Tapi aku benar-benar tergelitik oleh perasaan lucu diantara kamu dan aku.

Aku benci jatuh cinta kepada kamu.
Sesak napasku tiapkali mengingat namamu.
Deg-degan yang mampir tiap aku menunggu pesan singkat darimu
Juga gemetarku tiap mengetik setiap kata pada pesan yang ingin kukirim kepadamu.
Aku benci jatuh cinta kepada kamu.
Juga perasaan-perasaan yang menggangguku.
Makin benci aku, saat koneksi internetku mati dan chatting harus diakhiri.

Hei kamu !
Apa hebatnya kamu sampai aku tidak berhenti memikirkan kamu.
Kamu bukan orang yang sangat tampan,
Kamu bukan orang yang sangat pandai,
Kamu bukan orang yang sangat kaya,
Kamu juga bukan orang yang sangat terkenal.
Tapi kenapa malah kamu ?

Aku benci jatuh cinta sama kamu.
Aku benci mencari-cari kekuranganmu dan pada akhirnya memakluminya untuk alasan manusiawi.

Aku benci jatuh cinta sama kamu.
Rasanya aku berlebihan mengutarakan letupan rasa dihatiku.
Atau yang demikian itu sihir mahadahsyat yang nenek moyang sebut sebagai 'cinta'

Untuk seorang baru yang saja tau betapa jatuh cinta itu menyebalkan.
Aku benci merasa jantungku lepas setiap kamu lewat dihadapanku.
Aku juga benci jika mengingat, mungkin ini kali terakhir aku melihatmu melintas dimukaku.

Untuk setiap waktu yang terisi oleh lamunan tentangmu,
Sekali lagi aku benci jatuh cinta kepada kamu.

Bro, lo harus jadi dokter !

Mama : Na, yang ada di kepalamu sekarang mau jadi apa nanti kalau sudah besar ?
Adik : Dokter
Mama : ...
Aku : Yakin ? Jadi dokter kuliahnya 8 tahun loh.
Adik : Iya ?
Aku : Iya. Nanti juga kalau kuliah kamu ga bisa main-main. Tiap jam 3 pagi udah harus bangun buat ngapalin obat.
Adik : Keputusanku sudah bulat kok.
Aku : Loh aku ngasih tau aja. Siapa tau kamu mau berubah pikiran. Kamu kan nggak tau gimana sulitnya kuliah kedokteran.
Adik : ...

Tau nggak, kenapa aku ngasih tau kamu kemungkinan-kemungkinan terburuk kuliah di kedokteran ?
Bukan. Bukan karna aku nggak mau kamu lebih sukses dari aku.
Bukan maksudku meremehkan kamu,
Atau mengusik cita-cita muliamu.

Aku mau kamu sadar terhadap apa yang akan kamu pilih.
Kedokteran bukan hal remeh, kamu harus benar-benar sadar saat memilih dan mengetahui segala konsekuensinya.

Nantinya, kepada kamu aku menitipkan harapanku untuk membuat bangga orang tua kita.

Aku pernah ada di posisimu.
Waktu itu aku masih muda dan tidak paham tentang apa yang kuhadapi.
Yang kutau, aku hanya ingin jadi dokter.
Sedikit banyak aku tau kesulitan-kesulitan yang akan kuhadapi.
Aku sudah cukup lama mempelajarinya.
Tapi satu hal yang aku lupakan,
Aku bukan anak orang kaya.
Dan kelak dana bisa jadi penghalang.
Pada akhirnya aku menyerah.
Itu tindakan realistis yang paling menyakitkan otak kanan dan hatiku.
Setiap orang nantinya akan berhenti berkhayal dan menghadapi kenyataan hidup yang ada, kan ?
Iya kan ?

Dan kalau kamu sudah berkeputusan bulat.
Aku mau kamu jangan berpikir tentang biaya.
Kamu punya dua kakak yang sudah bekerja ketika kamu kuliah nanti.
Mereka yang akan membantu biayanya.

Aku yakin, kamu mungkin lebih beruntung dari aku.
Jangan jadi cemen !
Papa butuh satu dokter pribadi dirumah.
Dan dokter itu harus kamu !

Wake me up when September end.

Not too bad.
Hidup emang gitu.
Kadang beraaaat banget, kadang juga selow-selow aja.
Tapi semuanya nggak ada yang abadi.
Termasuk derita di awal September.
Hari berat dan hati kacau itu berangsur-angsur membaik.

Ulangan MIPA,
Di tolak guru les privat,
Galau PTN,
Tagihan ini itu,
Tanggungan ini itu,
Dan keinginan nabung buat beli barang impian.

Semuanya.
Semua yang bikin aku nggak bisa tidur.
Semua yang bikin aku melamun lama untuk berpikir
Semua yang bikin airmataku jatuh.
Semua yang bikin aku galau setengah mampus.
Semua yang bikin aku berharap nggak bangun besok paginya supaya nggak perlu menghadapi ketakutanku lagi, dan lagi.

Aku kelewat berlebihan menyikapi hidup.
Aku terlalu takut dan merasa sendirian.
Aku juga lupa kalau badai pasti berlalu.
Here and now..
Aku baik-baik aja.
Kalau aku balik galau lagi,
It's normally me.
Manusiawi kok !

Broken hearted girl.

Aku harus kuliah luar kota
Alasannya bukan lagi hanya untuk belajar mandiri.
Sekarang aku ingin pergi.
Lari dari kenyataan yang nggak kusukai.

Disini aku bukan prioritas.
Aku ingin mencari 'rumah' yang lain,
Bukan sekedar bangunan untuk berteduh,
Tapi tempat dimana aku bisa lari dan tidak harus terus mengalah.
Dimana aku tidak lagi jadi yang nomor dua atau nomor tiga.

Aku tidak mengeluh,
Bahkan aku tidak menuntut untuk diprioritaskan.
Tapi aku juga manusia.
Mungkin mereka lupa kalau aku juga punya perasaan.

Diam bukan berarti semua baik-baik saja.
Aku hanya menahan diri untuk tidak banyak protes.
Tapi siapa pula yang tahan terus menerus dijadikan pilihan terakhir.
Jadi yang paling dilupakan dan diabaikan.

Ini buruk sekali.
Aku sadar kelakuan dan pola pikirku sama sekali salah.
Tapi ini terlalu benar untuk seorang anak perempuan yang selalu diabaikan perasaannya.
Bahkan sejak dia masih terlalu muda untuk mengerti rasanya sakit hati.

Cerita hidup 3

Hai hidup !
Lihat aku,
Sekarang aku sudah lebih dewasa.
Aku punya sikap dalam bertindak.
Aku sudah tau apa yang akan kupilih.
Dengan banyak pertimbangan,
Dan sedikit pengorbanan untuk 'mengalah'
Keputusan itu lahir.

Sekarang tinggal bagaimana aku akan mengupayakan pilihan baruku.
Harus juga sama kerasnya saat aku berusaha mencapai pilihan lamaku.
Demi diriku sendiri, dan orang yang selalu berharap aku menjadi seperti inginnya.

Keperawatan Medikal Bedah.
Untuk terakhir kalinya,
Aku berharap tidak ada hati yang kecewa lagi.
Dan semoga ini tidak meleset.
Aku tidak akan pernah siap untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mimpi-mimpi yang pernah kurangkai.
Dan aku akan sulit menemukan apa yang benar-benar kuinginkan, jika aku gagal mendapat keinginanku yang lalu.

Kepada Fakultas Kedokteran
Terima kasih untuk pengalaman jatuh cinta dan patah hati ini.
Terima kasih sudah membawaku ke atas langit khayalku.
Terima kasih telah menjadi objek harapanku.
Terima kasih untuk membuatku bersemangat dan optimis.

Aku sudah bertemu dengan realita.
Dan aku tau, cepat atau lambat ini akan terjadi.
Mungkin bukan jalanku.
Tapi selama ini aku hanya mengulur waktu untuk menyadarinya.
Karna aku terlalu asyik dengan khayalku menjadi seorang Dokter.

I'm crying on this dialog.

Aku : Sebenarnya aku pengen lah ke FK kalo ada dana.
Mama : Masalah dana terus yang jadi alasan.
Aku : Loh bukan gitu, aku kan belum selesai ngomong.
Mama : Kamu itu mbulet. Segala dana jadi alasan. Kemampuan berpikirmu mumpuni nggak ?
Aku : Aku mau berusaha ma, kalo kesempatan itu ada. Tapi kan..
Mama : Halah.. gak usah dibahas. Pikiranmu dangkal. Mikirin yang itu itu aja.
Aku : Dengerin dulu ma, aku kan belum jelasin..
Mama : Gak perlu, gak butuh penjelasanmu. Ngayal aja sanah !
Aku : Ma..
Mama : Mama salah berharap sama kamu. Mama kira kamu udah ngerti dan bisa memahami. Ternyata kamu emang tukang menghayal

Kenapa sih ma ?
Padahal aku cuma mau bilang,
Aku mulai mikir opsi lain.
Pertanian atau..
Stikes, sesuai permintaan mama.
Aku udah nggak berharap kedokteran lagi.
Tapi apa anak bodoh ini gak boleh menyebut kedokteran sebagai cita-cita ?
Kenapa ma ?
Apa nggak cukup dengan korban hati yang harus nerima kenyataan yang nggak sesuai ?

Aku nggak berharap mama ngerti perasaanku.
Tapi aku berharap mama ngerti, aku sedang berusaha menjadi apa yang mama mau.
Stikes kan ma ?
Rekam medis kan ?
Aku nggak suka ma, tapi aku mau berusaha suka.
Aku ini bodoh,
Tapi nggak jahat ma.
Karna orang jahat nggak mungkin akan sebodoh ini mengorbankan perasaannya untuk keinginan mama.

Kalo mama nggak suka aku mikirin FK, aku bisa berhenti ma.
Bahkan tanpa harus disuruh.
Aku cukup realistis soal yang satu itu.
Tapi apa yg salah dari pertanian ?
Apa sama konyolnya dengan kedokteran ?

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...