Dimulai dari tengah malam, kemarin.
Saat aku sibuk berkutat dengan power point yang yaa lumayan rumit untuk dipahami.
Sesekali membalas chatting dari seorang kawan, menukar cerita.
Sama-sama rindu, tapi dibatasi waktu.
Lalu aku menuju kamar mandi, hendak cuci muka dan buang air kecil, karena sejak sampai di kos, usai rapat, aku belum juga mencuci mukaku.
Kau tau apa yang terjadi berikutnya ?
.
.
Tiba-tiba gelap.
Tengah malam dan aku sedang dalam kamar mandi sementara lampu mati.
Syukurnya, aku tidak berteriak.
Atau jika kulakukan itu, aku pasti akan di usir dari kosan.
Aku berusaha keluar dari kamar mandi dengan meraba-raba, karena tidak ada seberkas cahaya pun yang tertangkap retinaku. Bahkan cahaya bulan tak juga menerobos masuk ke tempat ini.
Aku berjalan keluar dari kamar mandi menuju lorong sambil tetap meraba, juga sedikit berharap dalam usahaku meraba, tidak ada sosok mengerikan yang tiba-tiba muncul dihadapanku.
Harapan yang konyol, tapi cukup realistis untuk ukuran anak yang tidak bisa melihat apapun di tengah malam itu.
Aku masuk kamar, yang semoga benar itu kamarku. Aku mencoba mengenali kamarku dengan mencari sandal di depan kamar, sandal temanku, aku hapal betul wujudnya.
Setelah yakin aku sudah di depan pintu yang benar, aku masuk dan mencari-cari lemari, aku ingat beberapa hari yang lalu orang tuaku datang dan membawakan aku senter. Dan senter itu kuletakkan di lemari.
Pada detik itu, aku hanya bersyukur, orang tuaku demikian menyayangiku dengan merelakan satu-satunya senter yang ada di rumah untuk diberikan padaku, jaga-jaga kalau mati lampu, kata Mama.
Dengan berbekal senter, aku kembali ke kamar mandi dan menuntaskan ritual cuci muka.
Kemudian kembali, dan berbaring di tempat tidur.
Aku melirik ponselku, ternyata wifi nya juga mati.
Seketika aku teringat suatu waktu ibuku menelpon di sore hari, kala listrik mati.
Dalam telepon, aku mengeluhkan bosan karena listrik mati sejak satu jam yang lalu dan aku tidak bisa melanjutkan belajar.
Ibuku dengan santainya menjawab " Itu artinya, kamu disuruh istirahat dulu.. "
Aku mengerenyitkan dahi. Mencoba memahami.
Mungkin ada benarnya juga.
Walaupun, jujur saja, sulit sekali menerima maksud dari 'disuruh istirahat'.
Tubuhku terbaring diatas kasur, kepala sudah menempel di bantal, tapi isi kepalaku bekerja keras, menyusun rencana, memikirkan banyak tugas yang belum kuselesaikan, tanggung jawab panitia, keharusan mengikuti diklat, praktikum.
Beberapa diantaranya bahkan berlangsung bersamaan dalam bulan ini, aku mengurut dahi merasakan peningnya membagi peran.
Waktu mengejarku, dan semesta tau pun aku butuh usaha ekstra untuk bertepatan dengan waktu.
Aku sendiri merasa tak kurang beristirahat.
Kenapa toh aku harus disuruh istirahat dengan cara begini, aku pun pasti tidur jika sudah lelah..
.
.
Sampai aku sadar, aku adalah mahluk Tuhan yang paling suka ngeyel.
Satu lagi, aku juga tidak pandai mengatur waktu.
Ya, andai saja malam ini tidak mati lampu, pasti aku akan memaksa diri untuk belajar semalam suntuk.
Membaca halaman-halaman power point dengan mata yang sudah memburam, tapi memaksa menggunakan kacamata untuk memperjelas penglihatan .
Selain ngeyel, ternyata aku juga berlaku tidak adil pada tubuh ini
Sesungguhnya, mati lampu malam ini adalah sebenar-benarnya konspirasi.
Kau tau..
Rasanya bukan waktu yang mengejar kita
Tapi kita yang merangkak, menyeret langkah, berjalan, berlari menggapai punggung sang waktu.
Kita tetap bisa istirahat, kalau mau.
Tapi karena terlalu takut tertinggal jauh, jadi kita mengabaikan istirahat itu.
Begitupun denganku.
Aku mungkin berlebihan.
Tapi sungguhpun, aku menikmati setiap lelah yang kuperoleh dari banyak hal yang sudah kukerjakan.
Seperti yang kuceritakan dulu, aku lebih baik sakit kepala karena terlalu banyak tugas dari pada sakit kepala karena tidak tau harus berbuat apa.. saking nganggurnya.
Dan andai suatu hari aku mengeluh kelelahan dengan semua aktivitasku, aku sudah tau, ini hidup yang kupilih sejak awal.
Menjadi mahasiswa, sibuk, dan lelah bukan masalah yang berarti.
Aku bukan satu-satunya orang yang paling menderita di muka bumi ini.
Lelahku cuma sebagian kecil jika dibandingkan dengan orang lain yang lebih sibuk, lebih banyak mengambil resiko dengan banyak kegiatan, dan lebih berprestasi dari aku.
Jadi, karena aku hanya mengambil lelah pada porsiku, aku tidak boleh mengeluh.
Hei, kita takkan benar-benar lelah sampai kehabisan napas.
Semesta selalu punya rencana ajaib untuk memaksa kita beristirahat, kan ?
Bahkan jika kita berpikir, ini bukan saat yang tepat untuk bersantai.
Hehe :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar