Menakar Sukses.

Sore yang berkebetulan saat aku sedang bosan dan merasa sepi, lalu masuk notifikasi BBM dari seorang kawan lama yang tiba-tiba menyapa. Format kuno percakapan dua anak manusia yang lama tak bertemu, pertanyaan tentang kabar yang hampir pasti dijawab dengan 'alhamdulillah baik' apapun keadaannya. Lalu dilanjutnya dengan bertukar cerita yang sama-sama kami lewatkan sejak 4 tahun tanpa temu.

Aku menyeruput air mineral dari botol merah jambu favoritku sambil mengetik beberapa hal yang dirasa layak diceritakan. Lalu balik bertanya perkembangan kisah cintanya. Sejauh yang kutau, temanku bukan orang yang mudah berpindah hati bahkan pernah kulihat ia masih sangat akrab dengan mantan kekasihnya yang dulu teman sekelas kami juga. Dan benar saja, hatinya masih tertinggal di masa lalu.

" Jadi, ada yang selain X ? "
" Ada sih, deket doang, dia yg suka. Aku sih udah nutup hati soal begituan. Aku mah masih males mikir ke situ. Pengen fokus kerja biar sukses dulu lah.. "
" Bagus tuh prinsipmu.. Tapi fokus ya fokuus.. Kalau mau sekedar berteman ya gapapa lah.. Koleksi temen, mana tau ada yg nyantol di hati hehe.. Lagian kamu kan udah kerja, sukses yang gimana toh yg pengen kamu capai ? "
" Hehe, tarolah porsi sederhananya yaa kerja mapan, duit banyak, sejahtera. Atau yang rada muluk dikit yaa, kerja enak, punya kesempatan kuliah, lulus kuliah, jabatan naik.. "
" Widiih.. Aku mah bantuin doa aja ya.. Semoga lekas tercapai suksesmu. "

Pergeseran topik. Ternyata orang punya perspektif beda-beda soal sukses.

Ambil contoh saja, aku menanyai beberapa orang tentang tolok ukur sukses bagi mereka. Dan berikut jawaban yg kudapat.. (nama disamarkan demi kenyamanan bersama)

Yo, 14 th, salah pilih masuk SMK.
" Sukses, itu kalau udah kerja dengan gaji tinggi,   trus bisa bayarin mama naik haji. Yo ma ? "

Ri, 18th, maba yang tidak terpengaruh demam pengen pulang.
" Sukses itu kalau aku sudah bisa beli kebutuhanku sendiri dan bisa bahagiain orang tua "

Bk, 18th, jomblo duatahun.
" Sukses itu kalau kita bisa dapetin yang bisa bikin kta bahagia. Misalnya yaa jika sudah menemukan orang yang tepat buat pendamping hidup kali hehehe "

Sr, 37th, ibu idealis realistis yang mudah dilema.
" Sukses ? Hmm yaa kalau berhasil mendidik anak-anakku jadi orang yang sukses dunia akhirat. Itu baru ukuran sukses. "

Sb, 23th, mahasiswa religius kalem bin selow.
" Kalau dalam hidupnya bahagia dan tentram jiwanya. "

Dm, 21th, pejuang skripsi yang sedang mengalami defisiensi motivasi.
" Sukses itu kalau sudah menghamili istri. wakak :D becanda deh, yaa sukses itu kalau bisa beli rumah setanah-tanahnya. "

Aku kembali menyeruput minumku, kali ini sampai habis. Menghela napas ringan, lalu kembali mengetik postingan ini. Menyadari bahwa aku sendiri menganggap sukses itu berarti mendengar dan melihat orang tuaku bercerita bangga tentang diriku kepada teman-temannya. Muluk. Tapi sebenarnya, bangga saja cukup, tak perlu diutarakan, jangan diceritakan. Biar aku tidak cepat puas saat memperjuangkan sesuatu.

Hidup memang seselow itu.
Tidak ada yang bilang sukses adalah ketika kita sudah menjadi 'wah' dan diakui sukses oleh banyak orang.
Kenyataannya sukses itu tentang kepuasan ego kita, bukan sukses yang dihadiahi apresiasi orang lain.
Ada kalanya kita akan merasa cukup sukses, meskipun banyak orang tidak beranggapan demikian.

Betapa tidak bahagianya kita, jika takaran sukses adalah pengakuan orang lain.
Karena seumur hidup kita akan berlari dan jatuh mengejar 'sukses' hanya untuk diakui orang lain.
Malu, kalau sampai menangis bersimpuh dihadapan Tuhan hanya untuk meminta agar orang lain mengakui kesuksesan kita.
Menangislah bersujud dihadapan Tuhan untuk memohon agar kita diberi ketangguhan berjuang dan rasa syukur karena kebahagiaan sederhana yang dihasilkan dari himpunan-himpunan sukses kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...