Karna hidup..

Karna hidup cepat sekali berubah, demikian cepat pula aku meruntuhkan reputasiku di depan ratusan maba, puluhan senior dan beberapa dosen.

Sial!
Jadi gini..
Ceritanya para maba mendapat tugas untuk menampilkan satu karya seni pada satu rangkaian ospek prodi.
Dibuatlah itu kesepakatan dari kelompok untuk menampilkan drama.
Lalu aku dapat peran sebagai hiu.
Hiu kepala martil.
Rasanya keren sekali.
Tapi aku salah.
Ternyata itu baru awal dari keruntuhan reputasiku sebagai maba unyu-unyu.

Sebagai hiu yang baik, aku akting total.
Mengenakan properti kepala hiu dan sirip.
Apesnya kepala hiu yang kupakai ini longgar dan seringkali melorot menutupi mata.
Sayangnya tidak ada waktu untuk memperbaiki, the show must go on.
Naik ke panggung, aku muter-muter dengan gaya tangan kecipak-kecipak di air..
Lalu pemburu datang, hiu lain dan penyu hijau udah ngumpul dan ikat, akunya masih muter kayak orang sableng.
Udah diikat sama-sama, giliran dilepasin sama aktivis, semua menghambur bubar.
Di akhir drama, semua aktor udah ngumpul di tengah panggung untuk pamitan, cuma aku yang masih lari kabur-kaburan muter panggung karena nggak lihat keadaan sekitar, mataku tertutup properti.
Aku malu.

Ya, kukira sejak hari itu semua orang akan lantas melupakan kejadian sableng yang kupraktekkan..
Tapi ternyata aku diingat..
Mereka mengingatnya lalu meledekku..
Ternyata aku konyol sekali.

Habis sudah..
Harga diriku remuk redam.
Aku merasa tidak kece lagi.
Aku malu.
Aku bukan maba yang menggemaskan.
Jika keluargaku tau apa yang kulakukan, mungkin mereka akan mencoretku dari kartu keluarga, demi mempertahankan nama baik keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...