Wake Me Up When September End (jilid 2)

Terkagetku membaca status di sebuah linimasa yang menyindir sebuah judul lagu yang sering dipakai mengeluh.

"Wake Me Up When September End"

Kemudian tersadar, ini sudah memasuki bulan September.
Iya, ternyata sudah hampir setahun jika kuingat mundur aku juga pernah membuat satu postingan blog dengan judul lagu itu.
Lagu yang lucu.
Lagunya orang yang lari dari kenyataan.
Lucunya, aku pernah jadi salah satunya.

September yang lalu.
Mungkin satu tahun belakangan ini aku memang sedang kacau-kacaunya.
Belum bisa dibilang jatuh di titik terendahku, tapi hari-hariku tak bisa lebih buruk lagi dari satu tahun kemarin.
Bukan hanya September itu, tapi memang semuanya dimulai dari September.
Lembar-lembar ulangan MIPA yang berhias nilai yang bisa disubstitusikan dengan predikat "Menyedihkan", kemudian sulitnya mencari guru privat untuk bimbingan belajar, dan berbagai macam mimpi buruk lainnya.
Dan September pertengahan, tahun lalu juga.. hatiku jatuh.
Mungkin kalau bukan pada September, hatiku takkan sejatuh ini.

Ya, itu cuma judul.
Cuma kalimat bahan mengeluh.
Kenyataannya aku menjalani September dan berhasil melewatinya..
Walaupun aku tidak berniat memberikan surprise atau kejutan atau semacam ngerjain pada waktu si bangku kiri ulang tahun.
Salah siapa dia ulang tahun waktu jadwal ujian matematika ? Jadi bukan salahku, kalau pagi-pagi waktu aku masuk kelas, kado langsung kuberikan sambil tersenyum tipis memelas bilang "plis, hari ini aku nggak mood ngerjain kamu. Selamat ulang tahun win, semoga ulangan matematika kita nanti nilainya bagus "
Yang kemudian di jawab "loh sekarang hari apa ? Ulang tahunku besok.. "
Mungkin karena terlalu keras belajar, dia jadi tidak sempat mengingat urutan hari.
Dan karena wajah kaget dan innocent itu, aku jadi di omeli teman sekelas karena mereka semua berencana mengerjainya, dan perbuatanku barusan sudah menggagalkan rencana suci mereka.

Itu tahun lalu.
Waktu aku tidak mengerti bagaimana harus menghadapi diriku sendiri.
Tapi tahun ini, walaupun tidak terlalu jauh berbeda dengan satu tahun kemarin, setidaknya dalam hitungan satu tahun aku banyak berubah.
Banyak hal kupelajari dari setiap nyeri kepala yang disebabkan masalah itu sendiri.

Tahun ini, hidupku masih kacau.
Masih nangis kangen dua hari yang lalu.
Tapi aku nggak ngeluh lagi, nggak lari lagi.
Hatiku yang pernah jatuh, udah sembuh..
Pelan-pelan segalanya berubah teratur.
Aku lebih mantap menatap hariku, setiap kali aku ketakutan, aku sudah tau harus berjuang untuk apa dan siapa.

Hidup itu nggak pernah gampang.
Apalagi kalau semesta lagi iseng, pasti ada aja satu hari yang bener-bener bikin kamu pengen misuh atau minimal ya nangis.
Tapi semua itu nggak ada apa-apanya, karena ada kok orang yang punya masalah lebih besar dari yang bisa kita hadapi, tapi dia kalem aja.
Semua itu nggak ada apa-apanya, dibanding pelajaran hidup yang kita dapat dan derajat elevasi perubahan kita setelah berhasil melewatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...