Setidaknya Laki-Laki Telah Mencoba..

“ Aku ada kripik singkong favoritmu nih, kamu mau ga ?”
“ Mauuu, tapi anterin ke kosan ya ?” canda saya kepadanya.
“ Oke, tunggu ya. aku berangkat sekarang”

Begitulah kurang lebih chat saya dengannya, kamis malam saat jam dinding kurang lebih menunjuk angka delapan. Kami sedang membicarakan sesuatu yang tak jelas ke mana arahnya, lalu tiba-tiba dia menawarkan keripik singkong, yang dia tau, saya bisa lupa diri jika dekat makanan itu. Dengan maksud bergurau, saya mengiyakan penawarannya dengan syarat dia mau mengantarnya ke tempat saya.

Pikir saya, jarak tetaplah jarak. Dia tidak akan datang di hadapan saya sekarang hanya untuk mengantar keripik singkong. Sayangnya, meleset dari perkiraan saya, dia bersedia. Giliran saya yang panik. Saya berpikir keras saat itu, antara ingin menolaknya untuk datang ke kota saya karena takut ada perasaan canggung karena pernah merasa dikecewakan. Tapi sederhananya, jika saya sudah tidak punya perasaan apapun, sekadar reuni harusnya bukan perkara. Lalu, dengan sedikit ragu namun tetap santai, saya ijinkan dia datang, besoknya.

Menjelang sore, hari jumat. Dia mengirim pesan BBM kepada saya, bahwa dirinya sedang terjebak hujan dan harus menghentikan perjalanan sekitar setengah jam hingga hujannya reda. Lalu beberapa menit kemudian dia menanyakan alamat saya. Saya memberitahunya untuk berhenti di depan universitas islam di daerah kos saja, karena alamat saya begitu rumitnya untuk ditemukan, lalu saya akan memberi instruksi arah jalannya. Tapi dia memaksa bertanya alamat kos saya, seolah-olah dia sudah sampai di depan gang. Saya memberitahunya, dan dia tidak berhasil menemukannya. Yaa, setidaknya dia sudah mencoba..

Kemudian sampai lah ia di depan kos saya lalu saya persilahkan duduk dan saya minta membantu saya mengetik laporan. Kami bercanda seadanya, saya tagih pula keripik yang ia janjikan. Dan yang dia bawakan adalah keripik singkong manis, padahal keripik singkong favorit saya adalah yang rasa bawang. Yaa, setidaknya dia telah mencoba..

Lebih pasrah ketika dia mengajak saya menghabiskan waktu untuk berkeliling kota saya, sementara saya tidak mengenal jalanan di kota ini dan dia pun hanya pendatang. Dia berjanji untuk mengantar saya ke tempat yang indah. Lalu dia coba menawarkan BNS sebagai destinasi kami walaupun akhirnya saya tolak. Terlalu jauh, dan ini sudah malam, saya harus kembali ke kos sebelum pukul sepuluh. Dia menawarkan saya untuk makan nasi padang karena dia tau saya kangen sekali makan rendang, dan sekali lagi saya tolak dengan menyatakan saya hanya ingin ngeteh. Nyerah ketika itu, akhirnya saya pilih alun-alun batu sebagai tujuan. Dia berkali-kali memaksa saya makan sesuatu yang berat, tapi saya hanya menggeleng. Walaupun tetap pada akhirnya saya memesan mi ayam yang lama sekali saya habiskan karena memang tidak sedang berselera makan. Lalu dia mengajak saya masuk alun-alun sembari membuat gurauan untuk mencairkan suasana, yang kemudian malah berakhir dengan hujan jotosan dari saya. Tapi dia tetap tidak berhenti membuat saya tertawa. Mulai dari hanya bercerita hal-hal yang sederhana hingga konsultasi mengenai ikan yang pernah dipelihara. Dia hanya ingin membuang waktu sebelum akhirnya mengembalikan saya pulang. Begitu seterusnya, dan pukul sembilan lebih limabelas menit saya sampai di kos kembali. Dia mengembalikan saya satu jam sebelum batas yang saya berikan. Ya, setidaknya dia telah mencoba..

Setidaknya lelaki itu telah mencoba.

Pernah juga satu siang, saat kami ngobrol di gazebo kos, teman sekamar saya baru saja kembali dari satu tempat dengan membawa setangkai mawar di tangannya. Lalu iseng saya bertanya sekaligus menyatakan iri karena saya tidak pernah sekalipun menerima bunga yang semacam itu, dengan tujuan bergurau saya hanya ingin memberi kode kepada laki-laki di samping saya. Namun dia tidak juga merasa, saya lantas tertawa dan memprotesnya langsung bahwa saya sedang menyindirnya. Dia hanya mengerutkan dahi lalu memetik bunga yang dia temukan di sekitarnya untuk diberikan kepada saya. Saya tidak sungguh sungguh menginginkan bunga itu, karena jika saya mau, saya bisa menemukan bunga itu setiap hari di halaman kos. Tapi, setidaknya dia telah mencoba..

Atau pernah satu malam dia mengabarkan pada saya, bulan sedang cantik-cantiknya, dan keluh saya sulit melihat bulan karena terhalang bangunan kosan. Sembari sedikit memberikan contoh bahwa seorang teman pernah mengirimkan foto langit, walaupun hanya berupa gambar hitam dengan satu titik warna putih, saya tetap menyukai fotonya. Dia tetap tidak mengerti maksud saya, sampai harus pula saya jelaskan secara eksplisit bahwa saya mengharapkan dia memfoto langitnya. Apapun hasilnya, saya hanya ingin melihat langit yang dia lihat. Mungkin sedikit menyinggungnya, tapi dia tetap mengirimkan foto langit yang saya minta. Ya, dia sama sekali tidak peka, tapi setidaknya laki-laki itu telah mencoba..

Walaupun sederhana yang dilakukannya, walaupun seringkali salah dan membuat saya kesal. Setidaknya dia telah mencoba melakukan sesuatu yang diluar keharusannya. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukannya ketika ia masih bertahan dengan ego yang membanggakan sifat cuek miliknya.

Setelah keadaan banyak berubah. Setelah saya menyerah untuk mengharapkan kepekaannya, dia malah baru saja belajar untuk memperlakukan saya dengan baik. Dia berusaha sebisanya menjadikan saya tuan puterinya. Dia mengalah untuk saya, dia panik ketika saya marah dan dia memperhatikan sekecil aktivitas saya. Keadaan seolah benar-benar berbalik, karena dia yang kini adalah saya yang dulu. Saya yang pernah selalu mengalah karena tidak ingin kehilangannya. Dan saya yang kini adalah dia yang dulu. Dia yang dengan cueknya atau entah putus urat peka, saya benar-benar sudah habis peduli. Yaa walaupun terlambat karena sempat melewatkan saya, setidaknya dia sudah mencoba..

Dan rasanya kurang bijak jika saya membenci sifatnya yang dulu, sementara saya kini memperlakukan dia sama dengan yang dia lakukan kepada saya dulu. Meski berat untuk kembali percaya setelah kecewa. Saya tetap saja bukan yang paling benar untuk merasa pantas membalas dendam. Ah, saya lupa, saya tidak pernah mendendam.


Lagipula, paling tidak lelaki itu sudah mencoba :) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...