Akan Berapa Lama, Lagi?

Kali kedua, pertemuan kita.

Kita, dua orang yang berjarak.
Dibebaskan status, diikat perasaan.
Tidak bisa dibilang Long Distance Relationship, karena jika dipaksa bicara, kita memang tidak punya status relationship itu.
Kita hanya sekedar ngobrol untuk sama-sama menyapu sepi. Sembari sesekali rindu.
Kita tidak mengutuk jarak.
Karena dia ada, sebelum kita.

Ini kali kedua, pertemuan kita.

Pertemuan yang jauh sekali kamu rencanakan semenjak kembalimu dari kotaku. Satu bulan yang lalu.
Kamu, adalah manusia yang paling tidak sabaran menantikan hari ini.
Kamu juga manusia yang paling keras kepala untuk ambil keputusan datang ke kotaku, hanya untuk membujuk aku yang sedang marah.
Sebelum hari ini, aku tidak pernah terbayang seperti apa rasanya menoleh ke belakang.

Ini pertemuan kita, yang kedua kalinya.

Saat tanpa ragu kamu mengabulkan keinginanku mengunjungi tempat yang selalu gagal kudatangi selama hampir dua semester ini.
Kamu tau, bahagia itu sederhana sekali.
Bisa sekedar duduk di bangku belakang motormu yang sedang melaju kencang melintasi jalanan gunung.
Bisa juga hanya duduk bersebelahan menatap kelip lampu perkotaan dari atas bukit, pegunungan.
Bisa lebih sederhana lagi, ketika kamu tiba-tiba mengecup puncak kepalaku di akhir perjumpaan.

Aku bisa saja marah karena kamu lancang, tapi tulus dari dalam diriku, aku menyukai sikapmu yang semanis ini.

Ini yang kedua kan?
Kedua kalinya kamu buktikan bahwa jarak bukan berarti apa apa.
Lucunya, kali ini, aku seperti tidak mau membiarkanmu pergi lagi.
Aku mau selalu melihatmu sedekat ini, merasa dicintai senyata ini, dan berseteru juga memaafkan semudah ini.

Aku mau.
Tapi aku tidak bisa memintanya.
Kita tetaplah kita.
Tetap kamu saja, dan aku saja.
Dua orang yang dibebaskan status, lalu terikat perasaan.

Kamu harus tau!
Setiap kali mata kita bertemu, ada pertanyaan yang berdengung riuh memenuhi kepalaku.
Disisipkannya pula harap lucu, yang dielakkan nalar. Tapi hati punya perannya, kan?

Jadi, akan berapa lama lagi kita bisa terus seperti ini ?

Dengan jarak yang kita sama-sama tau, dan paksaku untuk membebaskan diri dari nametag status ? Uh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...