" Jadi, siapa diantara kalian yang setiap hari, ah paling tidak dalam tiga hari terakhir ini sudah menelpon orang tua di rumah ? Untuk bertanya kabar atau sekedar say 'hai'.. Ada ? "
Seketika kelas hening. Tak ada yang mengangkat tangan, apalagi angkat bicara.
" Nggak ada? Ah, atau kalian cuma telpon orang tua cuma untuk nanyain kiriman? Kalian ini pelit. Pelit sekali! Orang tua kalian ngasih kalian kiriman perbulan itu tidak cukup kah untuk membeli pulsa telpon? Padahal, orang tua kalian itu akan senang sekali ketika menerima telpon dari kalian"
Telpon lah orang tuamu terlebih dahulu. Mereka tentu ingin sekali mendengar suara anaknya, tapi kadang mereka terpaksa menekan keinginan mereka karena takut akan mengganggu kesibukanmu.
Sempatkanlah..
Kali ini semuanya bisu.
Dosen ini telah menohok hati kami dengan sebenar-benarnya kenyataan yang kami lupakan.
Begitupun dengan saya.
Bahkan pernah, semester lalu, orang tua saya memprotes bahwa saya pelit. Saya tidak pernah menelpon orang tua saya karena alasan kesibukan. Seolah-olah tak pernah merindukan mereka. Hanya sesekali mengirim sms agar ditelpon, ketika ada sesuatu yang ingin saya bicarakan.
Dominan mama saya yang menelpon untuk bertanya kabar saya. Sampai suatu hari, ketika saya sedang sibuk wari wiri menuntaskan tugas akhir laporan praktikum saya. Di pinggir jalan saat tangan saya menenteng kantong plastik berisi banyak sekali kertas dan punggung saya mulai lelah dibebani komputer jinjing dalam tas. Ponsel saya berdering, saya pastikan itu telepon dari mama.
Meleset, karena suara dibalik telepon genggam saya itu bukan milik mama. Tapi papa, dan sebutlah ini keajaiban dunia karena untuk pertama kalinya papa menelpon setelah 4bulan saya dilepasnya di tanah rantau.
" Sabtu besok bisa pulang, yu ?"
" Ndak bisa pah, ada praktikum di Probolinggo. Kayaknya aku baru bisa pulang awal bulan depan pa.. Memangnya kenapa?"
" Nggak apa-apa, cuma mau ngajakin liburan aja kalau bisa pulang.."
" Ah iya, aku ada praktikum pa.."
" Sekarang lagi dimana? Di kampus ta?"
" Lagi di tempat fotokopian, jilid laporan, abis gini mau ngerjain laporan, malemnya ada acc "
" Oh, gimana perkembangan penyakitmu? Ada perubahan ?"
" Masih sama sih pa.. Ga nambah gede tapi ya ga makin kecil"
" Jangan lupa beli makan, jangan makan mi terus"
" Nggih pa.."
" Yaudah, segitu aja.. Ini mamamu pengen ngomong.."
...
Saya terlalu sibuk dengan diri saya sendiri. Kadang merasa bersalah karena saya lupa menanyakan kabar mereka. Sementara orang tua saya tidak pernah lupa untuk mengupayakan kebahagiaan saya. Sejauh apapun saya.
Jika boleh membela diri, saya tidak bermaksud pelit. Hanya saja, banyak hal yang semestinya saya simpan sendiri, agar orang tua saya tidak merasa khawatir. Saya hanya ingin menunjukkan saya baik-baik saja dan hanya akan ada telpon dari saya, jika itu memuat kabar baik.
Jadi gimana ?
Apa saya juga menelpon atau sms orang tua hanya ketika butuh kiriman ?
Jawabannya, iya.
Saya hampir menelpon mama saat tiba-tiba mama terlebih dahulu menelpin saya untuk mengabarkan dirinya berniat mengunjungi saya lusa..
" Mah, aku masih diminta ikutan SBMPTN ta?"
" Menurut mama gausa"
" Kalau papa?"
" Papa malah nanya ke kamu, apa kamu suka jurusanmu yang sekarang ini? Mama sih percaya kamu udah nyaman banget"
" Mah, minta doanya aku besok mau ujian asisten, bilang papa juga ya maa hehe"
...
Lagi-lagi saya hanya menanyakan kiriman.. Doa.
Tepat ketika saya sedang akan berjuang membuat mereka bangga.
Dan saya akan terus memintanya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar