" Wah, sekarang kamu sudah nggak bisa bawa-bawa telpon rumah untuk kuliah ya ? " sergah si ibu.
Kami baru saja bertemu, kemudian aku mencium punggung tangan beliau
sembari bertanya kabar, beliau menjawab dengan sumringah lalu bertanya
tentang kabar telepon rumahku. Sungguh pertanyaan mengejutkan dari seorang guru fisika terhadap mantan muridnya. Aku lantas mengerenyitkan dahi, mendengar ibu guru di hadapanku mengulang cerita dua tahun yang lalu diiringi gelak tawa yang masih sama ketika peristiwa itu berlangsung.
" Saya nggak mungkin lupa, kamu itu satu-satunya murid saya yang bawa telepon rumah ke sekolah, dan itu bikin saya ketawa bukan main.. "
" ... " nyengir kuda, tersipu malu.
" Tapi sekarang kamu ga mungkin bawa telepon rumahmu kan ? telpon flexi udah nggak bisa kan ?"
" Telponnya sudah rusak bu hehe.." kembali nyengir, kali ini terharu.
Di tempat lain,
" Kamu Ayu Retno ya ? "
" Iyu bu, masih ingat saya ? "
" Apa kabar ayu ? Foto kamu baru saja ibu pajang di slide untuk memotivasi adik-adik kelas 12 "
" Alhamdulillah bu, sehat.. Ibu, apa kabar ? "
" Sehat, alhamdulilaah.. baru saja ibu mengisi materi, ada foto kamu disana " sambil menunjuk layar proyektor.
Lain lagi, bu Ana, guru bimbingan konseling kami. Aku sudah pasrah jika tak seorang guru pun akan mengingat sosokku. Maklum saja, aku bukan siswa berprestasi. Juga bukan aktivis OSIS. Kontribusiku dalam membanggakan nama baik sekolah nyaris tak ada. Di kelas pun aku tidak menonjol. Tapi, kenyataannya, aku diingat setidaknya oleh satu atau dua guru saja cukup. Ini sebuah kehormatan.
Surabaya, 26 Januari 2015
-SMAN 19
Aku hampir tidak pernah mengunjungi bangunan itu sejak terakhir kali dinyatakan lulus SMA. Dan ketika aku kembali, duduk di aula dan menatap anak-anak berseragam putih abu-abu ini hanya melongo menerima materi motivasi menjelang Ujian Nasional, aku cuma tersenyum kecil.
.
.
Karena aku pernah ada disana.
Ditengah-tengah siswa berseragam putih abu-abu itu.
Aku termasuk satu yang termakan motivasi, kemudian siang malam belajar dan setengah mati memohon untuk mendapatkan almamater.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar