Merusak Hati.

Maaf.
Tapi bukankah kita saling tau kopi itu selalu sama pahitnya.
Kau minum juga akhirnya, kau rutuki juga setelahnya.
Bukan main, kau..

Mungkin ada yang salah denganku, jika sampai benar-benar kau menyalahkan sikap santaiku. Atau kesalahan itu bisa jadi milikmu.

Sadarilah bahwa pahit yang kau teguk itu tak layak dirutuki, tak pantas disesali.
Rasanya kita sudah ratusan kali menyesap pahit. Dan sama semua.
Lalu apa yang jadi masalah ?
Diamlah, jangan meracau.. Jangan kau teguk kalau tak suka.
Jangan meracau.. Kau terlihat semakin putus asa.
Jangan meracau.. Tolong, jangan..

Sekarang kau tidak hanya memaki pahit, tapi juga aku.
Hanya karena aku diam dan tidak bereaksi apapun, bukan berarti aku tak berpikir.
Kau menyalahkan aku yang tak menyesali keadaan, kemana saja ?
Dari dulu, aku tak pernah menyesali hidupku, semuanya. Semuanya, tanpa kecuali.
Kau saja tak pernah memperhatikan.
Ketika aku berpikir, aku menemukan lebih banyak hal yang membuatku bersyukur tanpa bersorak, tak ada lagi alasan untuk menyesal.
Kau tau kenapa bisa begitu ? Aku diam saat berpikir, aku tenang.

Kuingatkan saja, kopi itu akan tetap pahit.
Tak usah kau seduh lagi, tak usah kau reguk lagi.
Sudah cukup, pahit itu ternyata tak membuatmu belajar untuk terbiasa.
Sudah cukup.

Aku tidak ingin merusak hati, dengan kecewa.
Maaf.

Reuni Kecil

" Wah, sekarang kamu sudah nggak bisa bawa-bawa telpon rumah untuk kuliah ya ? " sergah si ibu.

Kami baru saja bertemu, kemudian aku mencium punggung tangan beliau sembari bertanya kabar, beliau menjawab dengan sumringah lalu bertanya tentang kabar telepon rumahku. Sungguh pertanyaan mengejutkan dari seorang guru fisika terhadap mantan muridnya. Aku lantas mengerenyitkan dahi, mendengar ibu guru di hadapanku mengulang cerita dua tahun yang lalu diiringi gelak tawa yang masih sama ketika peristiwa itu berlangsung.

" Saya nggak mungkin lupa, kamu itu satu-satunya murid saya yang bawa telepon rumah ke sekolah, dan itu bikin saya ketawa bukan main.. "
" ... " nyengir kuda, tersipu malu.
" Tapi sekarang kamu ga mungkin bawa telepon rumahmu kan ? telpon flexi udah nggak bisa kan ?"
" Telponnya sudah rusak bu hehe.." kembali nyengir, kali ini terharu.



Di tempat lain,

" Kamu Ayu Retno ya ? "
" Iyu bu, masih ingat saya ? "
" Apa kabar ayu ? Foto kamu baru saja ibu pajang di slide untuk memotivasi adik-adik kelas 12 "
" Alhamdulillah bu, sehat.. Ibu, apa kabar ? "
" Sehat, alhamdulilaah.. baru saja ibu mengisi materi, ada foto kamu disana " sambil menunjuk layar proyektor.

Lain lagi, bu Ana, guru bimbingan konseling kami. Aku sudah pasrah jika tak seorang guru pun akan mengingat sosokku. Maklum saja, aku bukan siswa berprestasi. Juga bukan aktivis OSIS. Kontribusiku dalam membanggakan nama baik sekolah nyaris tak ada. Di kelas pun aku tidak menonjol. Tapi, kenyataannya, aku diingat setidaknya oleh satu atau dua guru saja cukup. Ini sebuah kehormatan.

Surabaya, 26 Januari 2015


-SMAN 19


Aku hampir tidak pernah mengunjungi bangunan itu sejak terakhir kali dinyatakan lulus SMA. Dan ketika aku kembali, duduk di aula dan menatap anak-anak berseragam putih abu-abu ini hanya melongo menerima materi motivasi menjelang Ujian Nasional, aku cuma tersenyum kecil.
.
.
Karena aku pernah ada disana.
Ditengah-tengah siswa berseragam putih abu-abu itu.
Aku termasuk satu yang termakan motivasi, kemudian siang malam belajar dan setengah mati memohon untuk mendapatkan almamater.



Gitu.

" Was it easy ? " you ask.
" Uh ? "
" Letting go ? "

" Not that easy, but at least my heart tell me to stop wasting my time "
" You're changing, uh ? "
" Wanna know the truth ?

.. it take a huge effort for my self to escape from the memory. But, that's not as hard as holding on something that wasn't real "

.
.
.

" So, you're asking for a certainty, uh ? "
" No, I'm not. "

Back then..
I cry, forgive, learn, then move on.
You've been see that I was growing up.
Now, I'm on my way to make the ending of drama.

We've going to be stranger, ryt ?
Life is changing, and so do we..
You know it, you just know.

So, go ahead, boy..
Keep moving on :)

Dongeng Patah Hati.

Pernah lihat langit oranye secantik ini di sore yang lain ?

Pernah merasa bahagia melihat orang lain tersenyum, tanpa sedikitpun menyentuh hidupnya ?

Pernah tau rasanya jatuh cinta sendirian itu bagaimana ?

Mari bersulang cangkir kopi.
Mereguk pahitnya miniatur semesta dalam gelas kerdil yang dinamai cangkir.

Mari kita melipat kaki, duduk bersila.
Bersandar pada tiang bambu pendopo teras sambil menikmati hawa.
Langit sore ini tetap akan jadi oranye selagi aku bercerita.

Kau pasti bepikir aku sedang jatuh cinta sendirian.
Sebetulnya, belum.
Sebenarnya, aku tidak tahu.
Rasanya tak mungkin sesederhana ini..

Jadi, bagaimana bisa ?
Kau ada dalam jarakmu, berdiri di balik pintu melihatnya tertawa, kemudian senyummu terkembang.
Kau cuma bahagia saja, merasakan jantungmu melorot.
Aneh ya ? Tapi memang seperti itu rasanya..
Aku merasa tak perlu berdekatan untuk mengaguminya, jauh di tempatku berdiri, perasaan itu akan tetap sama. Biasa saja.
Aku takkan berjingkat kegirangan jika dia berada dekat, napasku tidak tercekat, semuanya normal.
Kecuali ketika kami saling bicara, rasanya sedikit berbeda.
Seperti di rumah, dia membuatku merasa semua panik teredam sempurna tanpa sisa.
Dia semenarik itu. Dan aku tetap memaksa ini bukan cinta.
Aku hanya tidak mampu memahami seringnya wajah itu berputar di kepalaku.

Hei !
Langit oranye ini takkan terulang sampai purnama berikutnya, Tuan..
Baik sekali, kau mau mendengarku meracau tentang polemik pribadi.
Kita sudah di tepian senja, aku sudah harus beranjak pergi.
Jika benar aku jatuh cinta, maka langit sore pada purnama berikutnya, kau akan dengar dongeng patah hati dariku.

Sampai jumpa, semoga kita merindukan langit oranye yang sama..

Jarak.

" Sembilan delapan tujuh enam lima empat tiga dua satu.."

Saka melirik arloji di pergelangannya sembari menghitung mundur menjelang pergantian tahun, lalu matanya memejam, membuat pengharapan. Aku meliriknya sebentar kemudian sesuai kesepakatan, aku pun turut berdoa.

" Aku berdoa semoga Tuhan melipat jarak kita, Re.. " bisiknya dekat telingaku.

Aku melongo. Lebih tepatnya terkejut.

Malam menjadi semakin dingin. Dua tiga bintang yang tadi masih kulihat, sekarang tenggelam dalam letup kembang api yang seakan akan ingin meledakkan langit. Begitu riuh.

Aku merapatkan jaket parasutku. Tanganku semakin pucat karena kedinginan, tapi belum ingin beranjak karena aku merasa setiap detik pertemuanku dengan Saka, adalah hal yang layak untuk dirayakan. Aku hanya ingin lebih lama melihatnya sedekat ini, sebelum akhirnya dia kembali pergi. Kurasa ini tidak akan jadi berlebihan.

Aku menoleh kearahnya, melihatnya sibuk menatap langit. Lamunanku tiba-tiba melayang terbersit tentang jarak yang disebut-sebut Saka dalam doanya. Aku menunduk, sempat pula tertegun. Sebenarnya apa yang diminta Saka, adalah sesuatu yang sama juga kuharapkan.

Semoga Tuhan melipat jarak kita.

Aku tidak mampu berbahagia mendengar pengharapannya. Saka dan aku terpisah jarak, dan tanpa komitmen. Tak ada yang dijanjikan untuk kebersamaan. Aku tidak bisa berharap banyak. Kupikir akan lebih baik jika dia berdoa untuk dirinya sendiri, semoga dalam jarak itu, ada perempuan yang lebih dekat dengan lengannya untuk direngkuh. Aku berjanji untuk ikhlas. Karena lebih dari rentangan kilometer itu, ada yang lebih membuat Saka dan aku tidak mungkin bersatu.

Tidak akan mungkin.
Sebab kami memanggil nama Tuhan, dengan sebutan yang berbeda.
.
.
.
Sebab jarak terjauh kita, bukan dalam hitungan kilometer, tapi dalam perbedaan Tuhan yang kita yakini.

... oke (._. )

A : Jadi, apa yang kamu suka dari pacarmu ini ?
L : Nggak tau, rasanya ngalir aja. Kayak udah jadi kebiasaan..
A : Well, cinta karena terbiasa ya ?
L : Ngg.. gini loh.. he is everything in between. Dia pacarku, tapi juga teman gila-gilaan, kadang juga musuh, dan paling sering, he act like a brother. Akunya bawel dan ga dewasa, dianya tenang hadapin aku.
A : *hening*

A : Pasti seneng ya, kalau bisa nemu orang yang tepat. Kamu beruntung banget.
L : Iya, I'm blessed..

Aku tertegun.
Kemudian hening panjang sekali..
Dia memainkan ponselnya, dan aku masih melamun.
.
.
.
.
.
.
.

Dia membuka galeri di ponselnya, dan memamerkan foto dia, lelakinya dan buket bunga yang cantik.
Terpengaruh, tanpa sadar aku ikut membuka galeri ponselku, yang sebenarnya isinya cuma fotoku, fotoku, dan beberapa foto tanganku dihinggapi belalang sembah.

For God Sake, ternyata narsis dan jomblo itu bedanya tipis.

...ya, oke.

Membuka Tahun Baru Ulululuu :O

Then..

Selamat datang di duaribulimabelas.
Apa kabar resolusi ?

...oke
Kita tak pernah menjanjikan untuk menyelesaikan semua resolusi kan ?
Aku bahkan tidak ingat pernah menyusun resolusi.
Karena semesta selalu punya kejutan, jadi apa yang bisa diharapkan dari sebuah rencana?

Tahun 2014.
Aku.
Patah hati.
Kepada takdir.

Rencana seolah jadi omong kosong, semuanya tidak sesuai harapan.
Lebih dari separuh tahun, aku merasa seperti tanpa keberuntungan. Aku ngomel. Merutuki nasib.
Setelah itu aku capek sendiri. Ternyata, protes saja tidak menyelesaikan masalah.
Aku cuma..
.
.
.
Yaa..
Kurang bersyukur.

Everything happens for a reason 

Daftar Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, walaupun akhirnya nggak lolos, dan malah orang tua gembira menerima kabar itu karna ternyata kurang setuju dengan keputusanku

Diterima sebagai anak bimbingan beastudi KSE, dan menjalani rutinitas belajar bersama kakak-kakak ITS nan kece. secara rutin. tolong garis bawahi bagian rutin bertemu mas-mas kece.

Berjuang untuk UN, keracunan optimisme dosis tinggi, keranjingan belajar sampai nyiksa tubuh, dan berakhir dengan phobia buku pasca UN.

Untuk pertama kalinya merasakan keberhasilan diet, dengan berat badan total turun 9kiloo walaupun akhirnya hasil diet runtuh karena puasa sebulan

Diterima universitas negeri di Malang, bukan sebagai calon dokter, tapi sebagai mahasiswa budidaya.

Mati gaya, stress, dan dilanda migren berkali-kali karena libur yang teramat sangat panjang dan membosankan.

Berangkat daftar ulang ke malang, sendirian. naik kereta. Niatnya menguji mental anak mama, tapi berakhir dengan digondokin mama. Dan pulang dari sana, sakit selama dua hari. Yaa, niat baik tak selalu berakhir baik..

Shock liat nominal UKT kuliah, dan bersumpah pada diri sendiri untuk tidak akan bermain-main selama kuliah.

Untuk pertama kali jadi kembar mayang, setelah penantian bertahun-tahun.

Untuk pertama kali (juga) jadi anak karang taruna. Mulai punya kegiatan diluar rumah, begaol ama bocah di kampung dan mulai sering terlihat mencak-mencak bagai cheerleader saat menyemangati bocah-bocah dibawah umur yang sedang berlomba makan kerupuk.

Lalu momen kepindahanku ke tanah rantau yang sungguh teramat sangat dramatis. Termehek-mehek selama tiga hari karena homesick. Ditelpon nangis, ga ditelpon juga nangis. Ah.. aku ini..

Membangun pertemanan dengan banyak orang, ikut kepanitiaan, praktikum dan laporan, dari awalnya sok sibuk hingga sibuk beneran. Lalu sakit kepala saking stress dan capek karena kurang istirahat.

Sukses bikin si papa terharu baca postingan ucapan ulang tahun dariku :D

Dan tepat di penghujung tahun, 31 Desember 2014, aku menutup tahun dengan air mata dan berdarah-darah. Oke ini lebay sih. Tapi serius deh, aku beneran nangis karena ngerasain ngilu dan bleeding pasca operasi.


Well, kalau ditanya dari sekian banyak peristiwa besar dihidupku, manakah yang sesuai dengan rencana.. jelas jawabannya: tidak ada.
Semuanya serba diluar rencana.
Banyak hal yang tidak kuminta akhirnya datang padaku, sementara yang kusebut-sebut dalam doaku malah justru tak ada yang tercapai.
Dari situ aku belajar, bahwa nggak semua yang kamu minta, akan datang kepadamu.
Dan bersyukurlah, karena Tuhan berbaik hati memberikan yang tidak pernah kamu minta.

Yaaa, walaupun aku bukan calon dokter dan tidak sedang merantau di Jogja, at least aku bisa merasakan pada setiap kepulanganku, aku merasa dijamu. Kepulanganku selalu ditunggu. Dan ini berarti banyak untukku, untuk anak yang sekian lama merasa kehadirannya tidak pernah dinilai penting.
Daan lagi, akupun akhirnya bisa memperbaiki diriku, berjuang melawan malas, melawan keengganan bergumul dengan keramaian. aku telah bertumbuh.

Dan terakhir, walaupun tidak sehat, tapi aku bangga sekali menyadari tubuhku sudah memuai dan lebih ramping semenjak sibuk dengan aktivitasku di tanah rantau.

Hidup tak pernah kurang, jika kita bersyukur.
Bahkan jika ada jin botol yang memaksa untuk memberiku kesempatan mengubah masa lampau.
Aku tidak akan bergeming.

Oh, okelah, kecuali untuk satu hal.
Aku ingin kembali pada hari minggu pagi, waktu di sundaymarket.
Harusnya kubeli docmart yng sungguh sangat lucu itu, karena kebanyakan mikir dan tidak membeli, bayangan docmart itu menghantuiku..


Back then,
Oke, hai 2015 !
Kali ini tanpa resolusi,  tapi tau apa yang harus ku capai.
Dan, hai semesta !
Aku siap untuk lebih banyak kejutan :)

Ngg.. omong-omong, kalau ada yang nanya apa yang lebih buruk dari patah hati..
Tolong beritau, ituloh kombinasi sariwan dan sakit gigi.
Oke ? sip!

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...