Orang dewasa.

Gila ya,
Kebayang gak sih gimana ribetnya jadi orang gede ?
Iya, maksudnya orang yang udah dewasa.
Mereka itu punya dunia yang rumit.
Punya banyak masalah.
Dan suka lebay.
Dulu aja waktu kecil, kalo ditanya soal cita-cita kita bisa dengan entengnya jawab 'mau jadi dokter' atau 'mau kerja kantoran'
Coba kalo udah SMA pertanyaannya jadi beda, jadi makin ribet.
Misalnya aja nih..
SD :
T : besok kalo gede mau jadi apa ?
J : dokter.

SMA :
T : besok2 lo mau jadi apa bro ?
J : dokter
T : dokter umum atau dokter gigi ?
J : dokter hewan bro.
T : spesialis apa ?
J : penyakit dalam
T : mau kuliah dimana ?
J : di ITB
T : mau kuliah berapa lama ?
J : kamfret -_-

Atau ini..

SD :
T : besok kalo gede mau jadi apa ?
J : aku mau kerja di kantor yang gede. Jadi orang kantoran

SMA :
T : bro besok2 lo mau jadi apa ?
J : jadi orang kantoran bro.
T : yaelah, office boy juga orang kantoran bro.
J : gua mau kerjanya duduk depan komputer doang tapi dapet duit.
T : jaga warnet aja bro !
J : gua mau jadi sekretaris
T : berasa seksi lo ? Wah lo mau menghianati eksistensi jakun lo ?
J : emang sekretaris cewek doang ?
T : ya kalo gua yg jadi bos sih eneg punya sekretaris kayak lo
J : yaudah gua jadi bos aja.
T : bos apa bro ? Marketing ? Dirut? Vice president ?
J : ribet amat idup lo nyet.

Tuh kan..
Ketika kita jadi dewasa orang-orang ini menuntut jawaban lebih spesifik dari sekedar 'dokter' atau 'orang kantoran'.
Mereka memperumit sesuatu yang seharusnya sangat sederhana.
Apalah artinya jabatan ?
Toh sama-sama orang kantoran.
Dan apapun jabatan kita juga nggak berdampak kepada orang yg bertanya
Kecuali yang nanya orang tua lo dan orang yang punya maksud terselubung sama lo.
Tapi terlepas dari pertanyaan soal cita2, jadi orang dewasa emang ribet.
Gimana gak ribet ?
Orang dewasa itu kebanyakan alesan.
Mereka ikut banyak kegiatan dan mereka banyak bohong buat menghindari salah satu yang ga bisa dihadiri.
Orang dewasa juga kebanyakan mikirin sesuatu yang nggak perlu.
Misalnya cinta, cinta kan nggak perlu di pikirin
Cinta itu di rasain.
Dan yang lebih ribet lagi, orang dewasa itu suka lebay soal jerawat dan berat badan, mereka paling heboh kalo berat badannya naik.
Padahal dulu, orang tua mereka paling bangga kalau berat badan anaknya naik.
Orang dewasa dengan segala keribetannya bakalan pergi nge-gym, diet kalori, atau malah sedot lemak.
Dan satu lagi yang gua takutin kalo dewasa, adalah ketika orang tua gua berhenti ngomel karna yakin gua uda cukup tua untuk memahami semuanya.
Padahal gua pasti kangen banget berada dipangkuan mereka, merengek dan diomeli setiap hari.

Tanya

Aku tidak lagi bertanya dimana letak keadilan itu, karna sakit hati ini telah begitu kental mendarah daging.
Dan kekecewaan itu juga yang menggerogoti hatiku.
Terus dan terus sampai habis.
Tapi aku tidak juga membenci kenyataan, aku tidak membenci sebab dari ini semua.
Aku hanya membenci diriku yang masih saja menangis.
Sementara tidak satu pun peduli dengan rasaku.
Sudahlah, aku benci terus menerus mengeluh dan jadi mellow.
Sudah cukup aku terbuang.
Dan rasa sakit itu jadi nggak berarti lagi.
Lupakan.

Hujan dan aku.

Aku suka hujan.
Saat langit berubah jadi abu-abu.
Dan angin yang berhembus jadi dingin dan lembab.
Butiran air yang jatuh dari langit.
Daun-daun kering yang mulai basah.
Bau tanah basah yang selalu jadi aroma khas hujan.
Semuanya aku suka.
Dan seketika itu aku ingin menari ditengah hujan, persis seperti lagu yang kudengar.
Aku ingin merasakan air langit itu jatuh langsung mengenai kulitku terus dan terus sampai aku kedinginan.
Aku ingin setelah itu duduk diam dan meneguk teh hangat di teras rumahku, tetap menyaksikan hujan.
Hujan dan aku punya hubungan spesial.
Bukan tentang sebuah ingatan masa lalu.
Ini cuma rasa suka yang berbeda dan sulit dijelaskan.

Dokter.

Mimpiku :)
Aku pernah membaca satu buku yang membuatku hanyut dan hidup didalamnya.
Suatu hari nanti, akan ada masanya aku berdiri disana dengan gordon dan toga yang kukenakan..
Membacakan sumpah hipocrates dan akhirnya aku adalah seorang dokter.
Aku pasti menangis.
Terbayang betapa banyak biaya dan air mata yang kuperas untuk sampai pada hari wisudaku.
Ada harga yang harus dibayar untuk semua pelajaran hidup yang berharga ini.
Aku pasti akan menangis.
Rasanya terbayar habis lelahku memperjuangkan gelar ini.
Sungguh, bukan untuk sebuah nama panggilan.
Tapi untuk pengabdian dan tanda terimakasihku kepada papa dan mama.
Wisuda itu, bukan pertanda pelajaran telah berakhir.
Karna sebagai dokter aku diharuskan untuk terus belajar.
Bukan hanya tentang teori medis tapi juga mengenai kemanusiaan.

Bukan malaikat.

Tuhan,
Mereka bukan malaikat.
Mereka manusia biasa seperti yang lainnya. Mereka orang tuaku.
Mereka adalah orang yang kupanggil papa dan mama.
Tuhan,
Aku menyayangi mereka.
Mereka yang mengajariku hidup.
Mereka yang mengenalkan dunia ini padaku.
Mereka yang hidupnya dihabiskan untuk memberi yang terbaik bagiku.
Mereka yang selalu berkorban untuk memberiku bekal buat masa depan. Mereka yang selalu berdoa untukku Mereka yang tidak pernah memintaku membayar setiap keringat dan airmata yang kuperas dari mereka.
Tuhan,
Ijinkan aku membuat mereka tersenyum bangga melihatku..
Melihat putri kecil mereka telah tumbuh dewasa dan membanggakan.
Jaga mereka ya Allah..
Mereka bukan malaikat.
Mereka tidak punya sayap
Tapi mereka adalah duniaku.
Mereka satu-satunya yang paling berharga yang kumiliki..
Jika aku harus memilih satu hal..
Aku akan lebih memilih mendengar suara orang tuaku dari pada mendengar degub jantungku sendiri.

Nite note

Gemerlap lampu kota.
Menawarkan satu esensi yang berbeda buatku.
Semacam pelipur penat dari segala keharusan.
Entah apa, aku masih sibuk dengan khayalku tentang jalanan kota di malam hari.
Satu dimensi yang menembus kehidupan anak kuliahan.
Sesegera mungkin aku akan berteman dengan redupnya lampu jalan jikalau harus selalu pulang selarut ini.
Dengan motor yang melaju kencang membelah hiruk pikuk kehidupan malam, entah berkendara sendiri atau mungkin duduk di belakang dan menikmati dinginnya angin malam yang menerpa wajahku.
Apapun itu, rasanya akan sama seperti sekarang.
Saat aku menghayalkannya...

Cinta

Hei,
Aku suka medis.
Aku suka rumah sakit dan semua yang ada didalamnya.
Nggak tau kenapa ?
Mungkin ini cinta.
Cinta itu nggak harus punya alasan untuk suka kan ?
Kecintaanku pada rumah sakit membuatku ingin menjadi seorang dokter.
Alasannya sepele sih.
Aku cuma pengen menghabiskan sebagian waktuku dirumah sakit.
Nggak mungkin juga kalau aku harus berusaha sakit untuk tinggal di rumah sakit.
Dan alasan-alasan sepele lainnya, misalnya pengen bantu orang.
Gitu lah..
makanya aku pengen jadi dokter.
Aku juga pengen melakukan pengabdian buat negaraku ini.
Dengan medis dan atas nama sosial dan kemanusiaan.

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...