Dik,
Buku bergambar itu milik kakak, untuk dibaca siapapun yang ingin. Isinya lengkap dengan pengetahuan sepele yang bisa membuat kepalamu lebih 'berisi'
Buku itu bisa kamu pinjam, kelak jika kamu sudah lancar mengeja.
Kakak tau kamu menyukainya, beberapa kali ketika kebetulan kamu sedang ingat, kamu akan mencari buku itu dan merengek untuk dibacakan isinya.
Kakak senang karena kamu tertarik.
Walaupun, kakak tidak bisa selalu membacakannya untukmu.
Dik,
Maaf kalau kakak seringkali enggan membacakan beberapa halaman yang kamu minta, hanya karena kakak yakin kamu tidak akan mengerti.
Kakak tidak membacakan tentang fotosintesis, cara kerja diafragma kamera, ataupun metabolisme ikan.
Kakak tidak menjelaskan bagaimana alat pendeteksi kebohongan bisa mendeteksi kebohongan, maupun mekanisme pergantian musim.
Kakak selalu berpikir, tidak ada gunanya menjelaskan itu semua kepada bocah lima tahun. Kamu pun tidak akan mengerti.
Dik,
Sekali lagi kakak minta maaf atas pemikiran kakak yang dengan congkaknya meremehkan pemahamanmu.
Kamu menyadarkan kakak bahwa tidak seharusnya kakak belagak sok pintar.
Kakak belajar bahwa pintar itu berarti mampu memahami dan menjelaskan kembali ilmu yang kakak serap dengan bahasa yang lebih universal. Lebih manusiawi.
Kamu memang terlalu sederhana untuk menerima kerumitan penjelasan kakak.
Marahlah dik, tegurlah kakak..
Jika kamu tidak mampu memahami apa yang kakak katakan.
Kamu berhak untuk tau yang ingin kamu ketahui.
Biar jadi tugasku sebagai kakakmu untuk menyederhanakan ilmu pengetahuan itu agar lebih mudah kamu terima..
Lekaslah tumbuh besar, dik..
Jadilah perempuan yang pintar dan rendah hati.
Gemarlah membaca, dan ajarkanlah pengetahuanmu kepada adik-adikmu dengan cara yang baik.
Pinjam bahasa mereka untuk bisa menyampaikan ilmu.
Peluk cium,
Mbak Ayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar