Satu Pagi di Bulan Juli.

Semesta membungkuskanku sebuah alur cerita singkat, pagi itu.
Seperti sebuah rencana dengan ending yang tak terduga.

Hebatnya, malam ini aku baru menyadari satu hal.
Bungkusan itu tidak datang tanpa alasan.
Isinya racikan resahku sedari malam hingga lelap dalam mimpi.
Hasil pikirku yang muter karena khawatir berlebihan.
Minta kopi, aku mau mabuk.
Aku mau jadi bukan diriku saat menceritakan ini.

Close your eyes
You must to tell him that there is no reason to stay with.. -anonymous

Aku pernah sekilas membaca, tentang nasihat seseorang agar tidak menoleh ke belakang.
Lalu, karenanya, aku belajar untuk tidak membiarkan diriku mendengar seruanmu yang memanggil namaku.
Tapi, aku cukup dewasa untuk tidak menyimpan dendam.
Bahwa, what has done ya done..
Semuanya sudah berubah, kamu bukanlah orang yang semestinya kubenci karena lukaku di masa lalu.
Tidak perlu lagi.
Bodohnya, berbekal percaya diri atas keseimbangan hati, aku membuka teras untukmu duduk ngobrol.
Dan kamu terlalu keras kepala untuk menurut tanpa menuntut lebih dari sekedar ngobrol saja.
Kalau kamu sungguh-sungguh mau tau, kala itu aku bertekad mengantarmu sampai pada upacaramu saja. Lalu perlahan aku akan pergi tanpa meninggalkan jejak.
Sialnya, aku salah cara.
Kamu ajak aku masuk ke dalam duniamu, memperkenalkan aku pada isinya.
Sekarang, aku yang masuk terlalu dalam dan tidak tau jalan keluarnya.
Aku terperangkap pada labirin yang awalnya kudesain sendiri.
Aku jatuh pada caramu mencintaiku.
Sialan!

Kau tau, aku resah setengah mati.
Nggak tau kenapa, hanya saja sering kali aku meyakini, ini bukan jalan cerita dalam rangkaian skenarioku.
Harusnya bukan seperti ini..

Lalu seperti apa?
Apalagi yang kucari?
Belum pernah ada lelaki yang mbrebes mili setelah berseteru hebat denganku.
Belum pernah ada lelaki yang menatap mataku sungguh-sungguh saat aku menceritakan beberapa hal yang random.
Belum pernah ada lelaki yang panik mendengar keluhku lapar tengah malam dan nekat ingin mendatangi kotaku hanya untuk membawakan makan.
Belum pernah ada lelaki yang hampir setiap waktu mengaku kangen padaku.
Belum pernah ada lelaki yang dengan sabar menungguku selesai ngomel lalu mengirimkan emotikon peluk, sambil bilang aku sayang kamu.
Belum pernah ada lelaki seperti itu, sebelum kamu.

Semesta benar-benar maha bercanda.
Sempat ragu karena diliputi trauma yang membanting hati sampai kecewa.
Tapi perubahan sikapmu jelas, aku tidak bisa lagi menghakimi masa lalumu.
But, well..
Ga ada yang bisa jamin, selera humor semesta bakal awet sampai akhir permainan ini.
Coba saja kita buktikan!

Kita punya satu kesempatan untuk mengikuti jalan ceritanya.
Cuma satu kesempatan terakhirmu, ini bisa lebih mudah, toh kita sudah pernah melewatkan kesempatan kedua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...