My cup of coffe, tonight

Seduhan kopi ini hanya tersisa duapertiga cangkir.
Aku masih tetap mengaduk, memainkan sendok.
Menikmati setiap ketukan yang berasal dari sendok yang beradu dengan dinding cangkir.

Kopinya makin kental.
Hampir sama kentalnya dengan lelahku.
Lelah yang diracik pagi untuk dituang pada malam hari.
Sesapi hitam kentalnya, sesapi aromanya.
Pahitnya tetap nikmat.
Senikmat lelah yang terbayar dengan tidur pulas diatas buku saat sedang belajar.
Walaupun jauh lebih nikmat saat kepala menempel pada bantal yang lembut.

Kopi ini sekedar aksesori.
Hanya pengandaian yang melengkapi lamunanku
Untuk sejenak melepas lelah dan mulai bercerita..
Tentang lelah.
Tentang analoginya.
Tentang kopi.
Aku terlalu lelah hingga tak sempat mempeduli rasa pahit yang terlalu dominan, tak sempat membubuhkan gula.
Iya, aku hanya tau aku ingin meminumnya segera.

Tapi aku bersyukur, kopi ini tidak bisa jadi lebih kental lagi.
Tak akan jadi lebih buruk dari ini..
Tidak lagi..
Sebab semesta pun berbaik hati membantuku menjadi sangat sibuk hingga tak punya waktu untuk menganalisa rasa.
Pahit atau manis, sama saja.
Namanya juga hidup dalam analogi secangkir kopi.
Demikian sempitnya pengandaian.
Demikian sedikit pula yang terasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...