Menuju keabadian.

Sendok berisi penuh nasi dan potongan tahu itu menggantung di udara.
Aku tidak melanjutkan makanku, terasa syak menggumuli hati seketika mendengar sebuah nama yang tak asing disebut setelah kalimat innalilahi..
Seorang guru olahraga, Drs. Mujito dikabarkan telah berpulang pagi tadi.

Napas, siapa yang tau sampai kapan kita bisa menikmatinya ?
Semua orang menghentikan aktivitasnya untuk bersama-sama mendoakan sosoknya.
Juga saya, yang sempat nglamun membayangkan seandainya beliau ada di sini pagi tadi.
Mungkin lagi-lagi saya akan berdiri diantara barisan anak-anak yang terlambat.
Lagi-lagi saya akan mendengar pertanyaan dan pernyataan yang saya hapal betul format per kata-nya.
Dan lagi-lagi saya akan tertunduk pasrah menerima hukuman sepuluh kali push up.
Ah, rasanya baru kemarin saya merasa semakin ahli memanipulasi kondisi agar saya dapat ijin masuk kelas tanpa menyetor nama di buku pelanggaran.
Maafkan saya pak, tiba-tiba saya merasa sangat bersalah.

Selamat jalan pak Mujito, semoga Tuhan memberi tempat terbaik di sisiNya..
Dunia pendidikan telah kehilangan salah satu pengajar terbaiknya.
Sekarang, tidak ada lagi sosok disiplin penegak tata tertib di sekolah, tidak akan ada lagi sosok yang berjaga di depan gerbang bersiap menutupnya ketika bel berbunyi kemudian menyambut dengus kesal siswa yang tak tepat waktu, tidak akan ada lagi sosok yang melipat tangan di dada sambil berceramah setengah marah setengahnya kecewa, tidak ada lagi hukuman jalan jongkok bagi siswa dan push up bagi siswi yang terlambat.

May you rest in peace, the most discipline teacher..
Semoga jalan menuju abadi telah dilapangkan bagi anda.

Salam hormat,
Ayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...