" Aku benci banget sama perempuan itu!"
" Kenapa gitu ? "
" Munafik, yu! Taulah.. males aku jelasinnya. Muak. "
Celetuk temanku, saat kami iseng ngobrol membuang bosan pada jeda waktu menunggu. Aku lumayan terhenyak menyadari raut kebenciannya. Dia tak banyak bercerita kenapa benci itu bisa sampai mengerogoti hatinya. Aku hanya tau, perempuan yang demikian dibencinya itu, dulu pernah sangat disayangnya.Tapi aku diam saja, tak banyak berkomentar. Khawatir kena damprat jika salah bicara.
Hatinya tidak pernah dipersiapkan untuk kecewa dan kehilangan, pikirku begitu saja.
Aku tau, perpisahan bukan sesuatu yang benar diinginkan dua orang yang pernah saling jatuh cinta. Tapi setengah mati membenci setelah sepakat memutuskan untuk menyudahi urusan berdua, rasanya tidak bijak. Itu menurutku.
Hei, teman!
Perpisahan selalu menyakiti dua pihak, setauku..
Jangan merasa kamu satu-satunya orang yang jadi korban.
Aku tidak berdiri di bagian perempuan itu ataupun di bagianmu. Aku di tengah.
Jadi, aku tidak akan menyalahkanmu atau membenarkan pikirmu.
Kuingatkan saja, bahwa what has done.. ya done.
Kamu menginginkannya kembali, dan dia tidak. Lalu apa ?
Life must go on..
Jangan membenci orang yang tidak bisa menerimamu kembali, teman..
Kalau kamu tetap membencinya, koreksi lagi, apakah kamu pernah menjadi orang yang sangat sempurna buatnya ? Tidak pernah sedikitpun membuatnya kecewa ?
Jika dia tidak menerimamu kembali, mungkin dia pernah begitu kuat mempertahankan, kemudian lelah dan mulai menyerah..
Make sure for it.
Suatu hari kamu akan jatuh cinta pada orang lain, dan sudah semestinya kamu mulai melepas dendam itu dari bahumu.
Lepaskan, karena memang seringan itu perasaanmu saat menyadari kekosongan yang pernah dibuatnya telah terisi orang lain.
Atau jika tetap sebesar itu dendammu, berarti dia sudah bermakam di kepalamu.
Selamat dihantui masa lalu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar