Menuju Akhir Tahun

Jika menghitung mundur, maka tepat delapan hari menuju akhir tahun.
Aku menghela napas dalam, termangu menopang dagu
Sejauh ini sesuatu dalam diriku berbisik tentang..

“how’s life kiddo ?”

Aku menenggak air mineral dengan kertas bertuliskan huruf hijaiyah di dalamnya.
Aku mulai ragu akan menulis sesuatu.
Hatiku terlampau bergetar jika menyadari apa yang terjadi padaku beberapa waktu belakangan ini.
Aku merasa seperti meteor perubahan itu menghujaniku bertubi-tubi.
Sampai begitu sadar, aku terbangun bukan lagi di rumahku.
Kemudian kembali sakit kepala, dan aku meringis memeluk gulingku erat. Berbagi rasa sakit.

Seperti kaset rusak yang sedang berputar,
Belakangan ini aku banyak mendengar orang mengucapkan kalimat yang sama.
Pesan untuk menjaga kesehatanku, pesan untuk mengingat istirahat dan makan.
Sungguh, aku senang mereka sepeduli itu terhadap kesehatanku.
Tapi aku lebih senang jika mereka tau, aku baik-baik saja dan tidak ada yang perlu di khawatirkan.

Aku mendadak sedih, jika kuingat bagaimana mereka membilang bahwa aku terlalu ambisius dalam pekerjaanku.
Aku hanya sedang mencoba professional, aku berjuang sebaik mungkin menjadi orang yang tidak membuang waktu dengan sia-sia. Alih-alih dihargai, aku malah dimarahi.
Aku tak pernah bertindak benar, bahkan ketika aku mencoba melakukan sesuatu yang benar.
Tak apalah, aku sadar letak kesalahanku.
Aku bertindak bodoh dengan bersikeras terlihat berhasil menyelesaikan semua pekerjaan dengan baik sampai aku lupa menghela napas. Aku berlari mengejar eksistensi, mengatasnamakan tanggung jawab dan blablabla.
Cuma sakit yang membuatku berhenti, berlutut, lalu meringis memeluk guling erat sekali.
Seolah dengan memeluknya, sebagian sakit itu akan terbagi.

Aku tidak pernah memilih untuk sakit, tidak juga merutuki takdir.
Aku cuma canggung. Aku sulit memberikan jawaban untuk setiap mereka yang basa-basi bertanya.
Aku juga canggung. Menerima tatapan iba dari mereka yang sudah paham akan keadaanku.
Aku tidak ingin diperlakukan secara istimewa hanya karena mereka berpikir aku tidak akan lama..
Sungguh, aku ingin meyakinkan mereka bahwa aku baik-baik saja.
Aku tidak akan mati, yaa setidaknya bukan dalam waktu dekat ini.

Hei, kalian membuatku sedih..
Jadi, tolonglah, santai saja.. aku akan baik-baik
Aku akan pulang rabu ini dan menghabiskan akhir tahun dengan kalian. J

Selamat Ulang Tahun Papa !!

Aku tidak tau bagaimana waktu bisa tiba-tiba membawaku pada dimensi ini.
Dimensi dimana setiap apa yang kuperjuangkan kemudian kalah dengan konspirasi semesta.
Kemudian sisanya, aku harus berjuang keras untuk membayar kecewa orang-orang yang pernah mendukungku.

Biar kupejelas..
Semakin tua umur seseorang, maka ambisi dalam hidup, satu per satu akan hilang. Ntah karena telah tercapai, atau karena prioritas yang telah bergeser.
Begitupun denganku.

Dan sialnya, aku khawatir pemikiranku ini melukai seseorang.
Bapakku.

Segala hal jadi terasa tidak adil ketika bapakku berusaha memberikan semua yang terbaik untukku, sementara aku gagal dalam usahaku mewujudkan keinginan sederhananya.
Aku sulit memaafkan diriku karena mengecewakan banyak orang.
Aku bahkan tidak tau harus berbuat apa, selain memelas agar Tuhan bisa mengubah keadaan lebih baik.
.
.
Tidak hanya memelas, aku lantas berusaha lebih baik.
Di tempatku yang baru, kehidupan banyak berubah.
Aku berhenti meratap, aku tidak lagi banyak berambisi.
Yang ada dihadapanku kini, adalah apa yang harus kujalani sebaik-baiknya.
Sederhananya prioritasku sudah berubah.
Aku berpikir, dan bergerak sebanyak yang kubisa.
Aku total merubah pola pikirku, dan aku berjanji, jika belum bisa jadi yang terbaik, setidaknya aku sudah jadi yang paling keras berusaha.
Aku mungkin keras kepala dan sedikit berlebihan, tapi hal ini kulakukan demi membuktikan kepada bapakku, aku tidak sepenuhnya gagal.
Masih ada hal yang bisa dibanggakan dariku, walaupun sedikit.
Sedikit, tapi lumayan untuk permulaan.
Sadarpun, bapakku masih menaruh harapan agar aku bisa menjadi sesuai inginnya.
Ya, kecewa itu belum juga terobati..

Dan hari ini, ketika angka satu ditambahkan setelah bapak melewati usia yang ke setengah abad.
Aku turut berdoa, semoga Tuhan menjaga bapakku tetap sehat.
Semoga dilancarkan rezeki dan di beri kesabaran ekstra dalam membesarkan anak perempuan yang menghabiskan banyak uang untuk sengaja kuliah jauh dari rumah.

At least, I just want to say..
Selamat ulang tahun, papa.
Semoga semua doa baik papa diijabah.
Dan semoga keberkahan dilimpahkan untuk papa ♥
I swear, ga akan ngecewain lagi..

Dari Seorang Kawan, Tentang Dendam.

" Aku benci banget sama perempuan itu!"
" Kenapa gitu ? "
" Munafik, yu! Taulah.. males aku jelasinnya. Muak. "

Celetuk temanku, saat kami iseng ngobrol membuang bosan pada jeda waktu menunggu. Aku lumayan terhenyak menyadari raut kebenciannya. Dia tak banyak bercerita kenapa benci itu bisa sampai mengerogoti hatinya. Aku hanya tau, perempuan yang demikian dibencinya itu, dulu pernah sangat disayangnya.Tapi aku diam saja, tak banyak berkomentar. Khawatir kena damprat jika salah bicara.

Hatinya tidak pernah dipersiapkan untuk kecewa dan kehilangan, pikirku begitu saja.

Aku tau, perpisahan bukan sesuatu yang benar diinginkan dua orang yang pernah saling jatuh cinta. Tapi setengah mati membenci setelah sepakat memutuskan untuk menyudahi urusan berdua, rasanya tidak bijak. Itu menurutku.

Hei, teman!
Perpisahan selalu menyakiti dua pihak, setauku..
Jangan merasa kamu satu-satunya orang yang jadi korban.
Aku tidak berdiri di bagian perempuan itu ataupun di bagianmu. Aku di tengah.
Jadi, aku tidak akan menyalahkanmu atau membenarkan pikirmu.

Kuingatkan saja, bahwa what has done.. ya done.
Kamu menginginkannya kembali, dan dia tidak. Lalu apa ?
Life must go on..
Jangan membenci orang yang tidak bisa menerimamu kembali, teman..
Kalau kamu tetap membencinya, koreksi lagi, apakah kamu pernah menjadi orang yang sangat sempurna buatnya ? Tidak pernah sedikitpun membuatnya kecewa ?
Jika dia tidak menerimamu kembali, mungkin dia pernah begitu kuat mempertahankan, kemudian lelah dan mulai menyerah..
Make sure for it.

Suatu hari kamu akan jatuh cinta pada orang lain, dan sudah semestinya kamu mulai melepas dendam itu dari bahumu.
Lepaskan, karena memang seringan itu perasaanmu saat menyadari kekosongan yang pernah dibuatnya telah terisi orang lain.
Atau jika tetap sebesar itu dendammu, berarti dia sudah bermakam di kepalamu.
Selamat dihantui masa lalu!

Percakapan Pendek.

" Boleh kuminta kopi hitam buatan tanganmu ? "
" Tentu "
" Terima kasih "
" Tidak perlu berterima kasih, sebenarnya aku biasa membuat kopi dengan gula. Tapi kali ini, aku sengaja ingin meracunimu dengan pahit. "
" Aku tetap berterima kasih, karena segera setelah ini aku akan bermakam di kepalamu "

Piciknya, kupikir dia akan kesal dan aku tinggal mengingatkannya betapa pahit itu pula yang pernah kutelan saat bersilang pendapat dengannya, hingga akhirnya kami memutuskan untuk berjalan berlawanan arah. Masing-masing.

Tapi dia menenggak isi cangkirnya tenang, aku yang kesal.
Seharusnya kamu katakan itu dulu..
sebelum aku kapok dan belajar melupakan kamu.

Sebuah Cerita Tentang Doa yang Dikabulkan

Hidup tuh gitu..
Aku pernah punya cita-cita masuk kamar operasi.
Trus aku usaha, belajar, berdoa juga.
.
.
.
Ya, terkabul sih..
Tapi jadi pasien.
Bukan dokter.

Ngg.. sedikit sedih.
Sisanya terharu karena akhirnya keturutan masuk kamar operasi.
Apalah aku ini.. ( ._.)

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...