Seperti biasanya

Hai, sayang..

Sepertinya harimu sedikit melelahkan, aku bahkan belum bertanya tentang kesibukanmu sehari tadi.
Aku tau kamu berusaha memerangi kantuk untuk menemaniku bicara, tapi nampaknya lawanmu terlalu berat. Kamu bahkan belum bersiap, dia sudah membuatmu tersungkur lelap. Semoga mimpi indah walau tak sempat berdoa seperti biasanya. 

Ini hari yang berbeda, aku agak resah tanpa tau apa sebabnya. Sama seperti yang kamu rasakan, hanya saja tak kusampaikan bagianku. Malam ini aku berdoa sendiri, memohon untuk keenam kalinya sebagai penutup hari ini. Seperti yang biasa kita lakukan bersama. Tapi karna hari ini tidak seperti biasanya, isi doaku pun tak sama dengan malam malam sebelumnya.

Kamu pun tau sejak awal bagiku tak mudah mempercayai manusia, aku hanya percaya pada Tuhanku. Bahkan untuk perihal kamu. Dengan bumbu trauma di masa lalu dan kutipan kata mutiara di Instagram, seringkali aku khawatir tentangmu. Maka kali ini kusebut dalam doa, semoga Tuhan menjaga hatimu tidak pernah ingkar.

Masih sulit dipercaya bagaimana kisah kita bermula. Aplikasi kencan tempatku membuang waktu untuk basa basi dengan orang baru, sekedar menglipur hati dari sepinya ditinggal pergi. Aku tak mengharap cinta dari tempatku bermain main. Tapi kamu malah datang dari sana. 

Hari itu kopi darat, kencan pertama kita, tapi bukan kencan buta pertamaku. Aku sudah banyak bermain kencan-buta dari aplikasi itu, juga beberapa aplikasi yang serupa. Kamu tau itu. Aku ceritakan tanpa khawatir akan dipandang -playgirl. Kurasa tak perlu susah payah personal branding. Toh, semua orang menyapa dan menghilang disini. Setiap pertemuan sering berakhir tanpa follow-up. Semua orang hanya akan bersenda gurau dan merasa nyaman lalu berhenti bicara seperti tidak saling mengenal sebelumnya. Semua orang, kecuali kita.

Malam itu, kita memilih jalan yang panjang untuk pulang. Setelah malam itu, aku bersedia duduk di belakangmu, membersamaimu di sepanjang perjalanan, menemui tujuan kita.

Masih sulit dipercaya bagaimana tiba-tiba cintamu bisa terasa begitu pas untukku. Begitu sesuai, klik, bahkan di lekukan paling rumit. Hadirmu memenuhi setiap rongga yg berlubang di hatiku, tanpa menyisakan celah. Aku sangat bersyukur menyadari betapa beruntungnya aku. Aku mencintaimu dengan bertumbuh, bertambah seiring waktu. 

Bicara soal waktu, kita menghabiskan hampir sepanjang hari untuk ngobrol. Benar-benar sepanjang waktu, bahkan sesaat sebelum lelap, dan segera setelah membuka mata di awal hari. Apakah ini candu ataukah segera kamu akan bosan kepadaku? Nanti akan ada waktunya kamu benar benar sibuk dan kita hanya akan bicara sepulang kerja dan setelah isya, kemudian kamu akan terlelap karena lelah. Sebuah ritme yang wajar. Kita pernah melakukannya. Tapi terasa seperti keresahan untukku. 

Aku tau ini tidak baik, tapi kita tidak akan berselisih untuk hal ini. Kita hanya perlu lihat bagaimana setan menggoda keyakinan kita, kadang ia membuat kita khawatir dan takut untuk hal sepele. Sebab itu aku memohon agar Tuhan meneguhkan hati kita. 

Semoga Tuhan menjaga kita dari segala keraguan dan rasa khawatir. Semoga kita tak pernah jenuh dengan rindu rindu yang tak pernah rampung. Semoga kita bisa bersabar hingga hari dimana kita dihidangkan di meja semesta sebagai sepasang kekasih yang halal. Hingga hari itu, semoga kita tidak membuat kesalahan yang membuat keadaan berbalik hingga aku kehilangan kamu. 

Perjalanan ini masih panjang, berjanjilah kamu takkan pernah pergi sendirian. 
Bersediakah kamu berikrar untuk tidak ingkar? 

Pesan yang jauh.

Aku tidak tau kenapa aku harus menulis ini, pesan yang tidak akan pernah sampai pada tujuannya. Aku hanya ingin menulisnya untuk papa, seperti yang selalu kulakukan sejak dulu. Aku pasti menuliskan apapun yang tak bisa kuceritakan langsung kepada papa.

Hai pa,
Sembilan hari lagi aku akan dilamar seseorang. Seseorang yang datang kepadaku dengan cara bercanda. Dia muncul dua bulan yang lalu, dua kali bertemu dan dia datang ke rumah untuk ngobrol sama mama, masih dengan cara bercanda. Entah apa yang ada di kepalanya tiba-tiba dia menyatakan serius denganku, hitung-hitungan anggaran dan kami saling tau kalau tidak bisa tergesa-gesa. Aku nyatakan pada mama, tapi mama meminta kepastian, menetapkan timeline. Sedikit terlalu cepat tapi dia menyanggupi. Aku harap dia tidak bercanda untuk yang satu ini.

Sembilan hari lagi dia akan mengikatku dengan sebuah cincin. Pria baru ini, seharusnya papa bisa menilainya dengan sekilas pandang, aku mau tau pendapat papa. Sayangnya papa ngga bisa memberitahuku. Jadi, bagaimana kalau aku saja yang ceritakan pandanganku tentangnya? 

Namanya Tegar, tapi kata William Shakespeare 'apalah arti sebuah nama?' jadi benar, dia tak harus selalu tegar seperti namanya. Pria besar ini berhati lembut, mudah terenyuh dan menangis melihat sekitarnya. Cengengnya ini mengingatkanku pada papa. Dia juga menangis dalam doa, dalam sholatnya. Dia mungkin tak sehebat papa, tapi dia menyayangiku dengan sungguh. Dia bersedia melakukan apapun untuk mengupayakan kebahagiaanku. Jadi, sudah bolehkah kubilang kalau dia mulai seperti papa?

Papa selalu tau, aku butuh seseorang yang lebih pintar untuk mengimbangiku, aku sudah menemukannya. Walau tidak terlihat menonjol, aku tau dia punya kualitas itu. Dia bekerja di perusahaan palet, sebagai manajer mutu junior. Baru setahun bekerja dan perusahaan memintanya berangkat sertifikasi. Dia menjalani rangkaian acara dengan penuh konsentrasi dan mendapat nilai maksimal. Aku bangga padanya, pa.. 
Dia tidak hanya sekedar teman bercanda yang seru, dia juga teman diskusi yang menyenangkan, kekasih yang manja dan musuh yang buruk sekali, tidak berbakat.

Oh satu lagi, aku yakin dia akan jadi imam yang baik dalam ibadah terlama kami. Semoga benar. Rencananya tahun depan. Memang tidak seperti rencana papa, untuk bisa menjabat tangannya dan menyerahkan aku sebagai tanggung jawab barunya. Tapi kuharap papa tetap bisa tersenyum senang karna aku sudah bertemu dengan orang yang tepat. Aku pasti tumbuh lebih baik bersamanya.

Pa, kali ini aku tidak berdebat dengan mama soal pilihanku. Karna yang ini bukan pilihanku. Sebelumnya rasa percayaku dipatahkan oleh seseorang. Pria yang namanya kuperkenalkan padamu, dulu. Aku patah hati dan menyerah untuk menggunakan perasaanku, kuserahkan hatiku pada Tuhan semesta alam. 
Kemudian dihadirkan pria ini kepadaku, walau awalnya aku tak punya perasaan untuknya. Dia yakin padaku, dan tak menyerah meyakinkanku.
Sekarang aku mencintainya dengan segenap hatiku, dan aku mensyukuri hadirnya dalam hidupku. Seseorang yang Tuhanku pilihkan untukku.

Sembilan hari lagi, dia akan membawa keluarganya untuk memintaku secara resmi menjadi calon istrinya. Aku tau kedepannya tidak akan mudah tapi aku punya partner yang solid denganku. Aku takkan gentar, pa.. sedikitpun tidak. Sekarang, nanti, selamanya. Walau sambil bercanda, kami akan saling mendamping dan menyayangi terus sampai maut yang memisahkan.

Biasa saja.

"Kamu tau apa yang lebih segar dari udara di tengah hutan?"
"Apa?"
"Aroma uang

Aku memang senang bergurau, apalagi aku baru saja menerima tambahan uang operasional mingguan suamiku, Kelana. Ulang tahunku tiga hari yang lalu dan aku tidak peduli mengenai kado. Tak ada perayaan. Bahkan juga kartu ucapan. Begitulah pernikahan usia sepuluh tahun.

Manusia berubah, padahal saat gadis, aku begitu suka pesan yang ditulis dalam sebuah kartu ucapan ulang tahun, sedikit romantisme dan aku akan tersenyum senang sepanjang hari. Sekarang aku lebih senang menerima uang atau pesan berisi bukti transfer.

"Cukup kan buat makan steak?"
"Nggaa, nanti beli sate aja tiga bungkus. Sisa banyak kan duitnya"
"Jadi ngga dinner fancy buat merayakan ulang tahunmu dong?"
"Makan dimanapun yg penting sama kamu, udah jadi dinner fancy tau, yang "
"Halaaah"

Kelana bukan tidak suka digombali, ia justru salah tingkah dan meninggalkan aku yang tersenyum jahil di dapur. Aku sedang baru akan mulai mengupas wortel untuk membuat ote-ote, dan tahu isi pesanan warung kopi dekat rumah. Gorengan buatanku selalu laris disana. Ibu dan adikku pasti tidak akan percaya aku bisa membuat sesuatu untuk dimakan, apalagi harus enak. Memang sejak dulu hanya Ayahku yang percaya pada hal ghaib, termasuk kemampuan memasakku.

Manusia berubah. Kebutuhannya berubah. Aku sudah punya dua bocah, aku jelas memilih tigapuluh tusuk sate untuk dimakan bersama daripada dua potong steak dengan harga yang tidak sebanding. Aku memang ahlinya soal perhitungan begini. Itulah kenapa aku mulai belajar memasak sejak menikah. Selain karna lebih hemat, aku juga bisa mendukung kesehatan keluarga melalui pengawasan dan pengadaan bahan pangan. Sebuah peranan vital dalam rumah tangga.

Hidupku sepuluh tahun belakangan ini berjalan seperti inginku. Aku suka peranku dan keluarga ini. Semua yang ku punya saat ini terasa lengkap, tak ada yang kurang. Seorang suami tampan dan dua anak cukup. Persis seperti iklan BKKBN. Kelana berhasil mewujudkan impianku menjadi istri dan ibu paling bahagia di muka bumi.

Aku ingat, sebelum menikah ibuku pernah memberi gambaran tentang kehidupan pernikahan. Tentang fase-fase yang akan dilalui dan perubahannya. Seperti tahun pertama yang semanis madu, lalu tahun kelima yang mulai biasa meributkan hal kecil, dan seterusnya perasaan semakin sederhana seiring waktu. Tak sehangat awalnya, tak lagi menggebu seperti pada mulanya. Semua akan jadi biasa saja.

Seringkali kita ditipu dongeng disney princess yang menjadikan pernikahan adalah sebuah akhir bahagia dari cerita.
Padahal tidak ada yang jamin kehidupan pernikahan selalu menyenangkan.
Dulu, aku selalu yakin bahwa pernikahan adalah babak penuh persoalan dalam hidup, aku justru meragukan apa yang membuatku harus mengambil resiko?


"Heeeh.. itu megang pisau kok sambil melamun" Kelana tiba-tiba membuyarkan lamunanku. Galak

Ini dia jawaban dari keraguanku, Kelana-ku. Aku tak lagi peduli tentang bagaimana perubahan akan berlangsung. Aku menikahi pria yang persis seperti dalam doa ibuku, yang mencintaiku dengan sungguh.
Sepuluh tahun bersama, dia selalu menjagaku dengan baik, memperhatikan hal-hal kecil yang luput dariku, mengusap kepalaku lembut dan bagiku tak pernah biasa saja.

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...