Aku Hampir Tidur tapi Diganggu Nyamuk, Kemudian Menulis Ini.

Aku belum juga selesai dengan ini.
Aku mengenal rasa takutku beserta penyebabnya
Aku mengetahui setiap masalah yang kuciptakan beserta solusinya
Dan aku tau, api kelak akan padam.
Api manapun yang bisa kau lihat dari tempatku.

Api yang buatku nyala dan menghanguskan yang baik.
Sudah padam perlahan dalam satu minggu.
Kemudian aku mulai menata sisa diriku
Mengumpulkan semua gambar dan suara.
Memperbaiki jalinan rasa dengan logika

Kacau,
Sebab perasaan sedih yang memburuku memaksa untuk dituruti
Sedang logikaku menahan langkahku jadi lebih jauh lagi.
Bahkan ketika abunya tertiup angin memburamkan mata, aku masih bisa melihat noda yang aku buat, tak terbakar.
Kau kini tau, tak semuanya hangus pada hari itu.
Tapi kubiarkan yang hendak pergi biar pergi, yang tengah sekarat biarlah mati.

Aku tak penasaran apa yang akan kau pikirkan?
Kau paling tau betapa kerasnya kepalaku mengalahkan batu.
Aku berlindung pada egoku dari rasa bersalah, dari perasaan menyesal dan dari rindu yang mencandu. Aku tak mau dihakimi soal perasaanku. Sebab ketika api sudah padam, serpihannya terbang maksa masuk di penglihatan. Mata siapa yang tak nangis kalau kelilipan?

-

Aku sedang benci
hingga ingin menghajar seseorang
kau tau, kebencian takpernah mengajarkanku menjadi barbar
mungkin takkan kukotori tanganku untuk hal itu
lihat saja bagaimana nanti.

Aku sedang benci
aku akan muak sekali mengeluhkan betapa seorang manusia saja bisa membuatku kelelahan merasakan banyak emosi dalam setengah hari.
lelah itu kata yang membuatku terdengar lemah dan penuh keluhan, sebab itu kubilang benci.
aku benci perasaanku dipermainkan. aku punya pilihan untuk tidak menggunakan perasaanku lagi kalau ia ingin coba bermain main lagi. 

Aku sedang benci
kurasa dia takkan mengerti mengapa aku benci. aku nggak peduli. dia akan bilang bahwa dia sudah berusaha minta maaf, dan aku akan bilang yasudah. bahkan bila orang lain membaca ini dan menuduhku sombong karena tidak memaafkan. aku tidak peduli. orang lain tidak mengerti ada yang lebih sombong karena merasa benar setelah membentak seseorang tanpa alasan yang berarti.

"tapi dia sudah minta maaf"-pikirmu

minta maaf dan merasa bahwa dia tidak melakukan hal yang salah, kemudian ngeyel bahwa begitulah dirinya. ah, memang tiga tahun ini masih menyisakan misteri. sampai aku tidak mengerti kalau dia bisa santai saat bernada tinggi dan sedikit sarkastik.

"yaudah, yang penting udah minta maaf kan?"-pikirmu, dan tetanggamu

lah yaudah, sudah kumaafkan kok. tapi nggak ada yang bisa mencegahku merasakan dampak dari apa yang telah terjadi. pertama aku merasa tidak peduli, kemudian aku malas bicara, lalu dibuatnya aku makin benci. mau apa lagi?

"heleh, senengane membesar-besarkan masalah. mbok diinget sing apik2 wingi luwih akeh tinimbang masalah iki" -pikirmu, dan tetanggamu sak keluarga

kepalaku ndak sekosong dompet akhir bulan
atiku ya ndak seatos klompen eh ya
lah yang bikin aku makin benci ki opo ? setengah harian nginget-nginget hal baik, nginget-nginget rasanya kangen, belum ngumpul mood bagus dikirimi satu kata yang bikin aku pengen ngumpat saking bencinya.

wes ya.
uwes.

pengandaian

seandainya aku punya cukup nyali untuk bicara denganmu, mungkin akan ada ribuan, oh atau mungkin jutaan cerita yang akan engkau dengar semalam suntuk. kau mungkin akan dengar dari seseorang bahwa aku suka sekali bicara, aku tak bisa berhenti mendongeng.
mungkin aku juga akan bilang, aku mencintaimu.

seandainya engkau tau, betapa aku takut menjelaskan apapun kepadamu, aku takut menceritakan masalahku. aku hanya cerita bagian terbaiknya. aku takut membuatmu kecewa. kau punya harapan besar tentangku, dan aku jadi sulit menerima diriku apa adanya, karena aku punya tugas mewujudkan harapanmu.

seandainya bisa,
aku hanya ingin berdamai dengan setiap hal yang ku perjuangkan.
aku bosan menjadi orang yang tak pernah puas, muak merasa rendah hanya karena orang lain lebih beruntung. aku mau berusaha dan merasa lega dengan hasil usahaku, apapun itu.

Seandainya saja, pa..

Satu dua tiga

Satu dua tiga.
Aku menghitung untuk meredam amarah.
Aku tau, aku tidak seperti apa yang dikatakannya kepadaku
Tetap saja, aku tersinggung.

Satu dua tiga
Dia bukan siapa siapa.
Dia hanya orang yang kalah.
Karna aku tidak menaruh hati padanya.
Tak mungkin aku suka kepada bocah.
Bocah mabuk yang bicara seperti orang gila.

Satu dua lalu tiga.
Kali ini aku bicara kepadanya..
Kepadamu..
Jelek, tua atau cacatpun ia, bukan tugasmu memikirkan kenapa aku memilihnya.
Kaya, miskin, ataupun. anak raja bukan alasannya.
Tak usah menuduh yang bukan bukan..

Semoga Tuhan senantiasa melindungimu.

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...