Sebagai silent reader yang terlatih, tiba-tiba aku jadi gemas ikut komentar
Ya tentang kebiasaan ngomongin orang.
Emang seru sih.
Percaya aja sama kekuatan benci,
Pasti bawaannya menutup telinga untuk dengar berita baiknya
Tapi masa lalu jeleknya, biar udah lama, pasti dikorek-korek sampe mampus.
Sayangnya, abis gitu disebar, diramein di social media.
Kebakar lah kolom komentarnya,
Lucu-lucu sih, ada yang baru tau trus ikutan benci,
Ada yang emang dari embrio udah ga simpati sama "yang-lagi-diomongin"
Ada yang ngasi info hasil skrinsut berita lain buat literatur pendukung
Ada yang nawarin peninggi pelangsing pemutih
Sisanya kirim stiker aja atau promosi jual koin buat beli stiker.
Famous deh yang punya akun, dishare kanan kiri, dikomen ribuan orang.
Aku anak Surabaya, sekolahnya di Malang.
Nggak punya urusan sama Jakarta.
Aku nggak pernah mau ikut komentar soal cagub-cawagub mereka
Aku nggak menilai siapa yang lebih baik dari siapa
Yang jadi masalah adalah dampak dari kebencian itu.
Salah kaprah dan jadi nggak wajar
Semua orang pernah merasa benci (walau sekecil upil) di hati mereka
Tapi menurutku, menularkan kebencian ke orang lain itu bukan hal yang benar.
Ada kasus tentang bully, dialami seorang anak sekolah dasar karena mata sipitnya.
Hal yang benar-benar membuatku risih adalah, pelaku bully itu anak kecil yang sudah bisa mengkafirkan temannya sendiri. Darimana dia punya pola pikir sepicik itu? Apa ya cuma gara-gara emak bapaknya benci setengah mampus sama satu orang, trus anaknya diajarin buat benci orang orang yang serupa?
Aku anak yang terlahir beragama Islam, alhamdulillah
Di setiap stadia hidupku, aku punya beberapa teman yang berbeda denganku, baik itu, agamanya, warna kulitnya, bukaan kelopak matanya, cita-citanya,
Tapi kami bisa hidup dengan berdampingan sebagai teman
Kami saling menghormati karena tetua kami, agama kami, juga pendidikan moral pancasila di sekolah kami juga tidak mengajarkan untuk menghina agama lain (selain yang kami anut)
Aku selalu merasa, manusia, sebaik apapun ia, tidak berhak mengkafirkan seseorang, sementara ia hanya manusia, bukan nabi, rasul, atau titisan dewa.
Apalagi cuma netizen baru gaul, yang kalau beli pulsa dapet kembalian lebih diem aja.
Kupikir, muslim yang baik adalah yang pemaaf, yang bertingkah adil dan berperilaku tenang dalam dakwahnya. Dan manusia yang baik adalah manusia yang menebarkan kebaikan di lingkungannya.
Kau tau, setiap orang pernah melakukan salah dan berhak untuk memperbaiki kesalahannya.
Apabila satu orang salah, bukan berarti semua orang yang serupa, sesuku, seagama, atau se-gender dengannya juga bersalah.
Yaa intinya jangan berpikiran picik. Jangan gampang menghakimi orang, bukan tugasmu. Jangan sekalinya patah hati, trus bilang "semua laki-laki itu brengs*ek" sadarlah bapakmu juga laki laki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar