Retakan.

Aku pernah yakin untuk sebuah alasan, tapi kenyataannya justru nggak sejalan.
Mengenal satu orang teman dekat dalam satu tahapan hidup, mengajaknya berlari bersama, menggandeng bahkan menyeretnya ketika ia mulai melambat. Berjanji akan terus berproses bersama. Teman yang digadang gadang akan terus menemani, sampai nanti.

Semanis harapan para bocah.
Sayangnya, semakin tua kita, egoisme ikut bertumbuh sebesar badan empunya. Berteman seperti hanya kebutuhan untuk mengusir sepi, lalu menganggap teman jadi rival sejati.
Seringnya, dia membenci setiap jengkal langkahku yang berada lebih awal.
Kami punya kecepatan yang berbeda, punya kemampuan yang tidak sama.
Aku akan selalu mengajaknya berlari bersamaku, tak jarang juga aku melambatkan langkah untuk menyamakan irama dengannya, demi mencapai tujuan bersama.

Kecuali karna aku yang terlalu naif.
Teman baikku hanya mau memperlambat langkahku agar kami beriringan. Tapi tidak jika ia berhasil lebih terdepan, dia akan tetap disana dan pura-pura tidak mendengar seruanku.

Hidup itu kayak retakan retakan halus jika kita jeli melihatnya.

Amsyong.

Holloo gaes..

Mumpung moodku lagi bagus nih. Aku pengen nulis.
Sebenernya aku baru aja mengalami kejadian yang ampas banget. Auk lah. Cuma ntah kenapa rasanya malah lebih lega.

Jadi gini, dari sore menuju tengah malam aku resah menunggu kabar.
Antara pasrah dan resah pada sinyal yang ga bisa masuk ke kamar kos, aku masih tetep nunggu.
Selang waktu nunggu disambi chattingan buat ngusir gundah gulana #halah
Chatting sambil tengkurep
Chating sambil telentang
Chatting sambil duduk
Chatiing sambil tiduran diatas kasur tapi kepala menggantung ke bawah
Chatting sambil nungging
Chatting sambil baca buku
Chatting sambil nulis rangkuman
...

Apalah aku ini.
Ini bukan perasaan kangen rumah, ini resah yang lain.
Aku nunggu jarkoman pemberitahuan jadwal tes seleksi asisten *tiit*(ceritanya disensor gituh).
Dikarenakan lokasi kosan yang (mungkin) dikutuk, sinyal ga pernah nyampe ke hapeku. Terpaksalah ku harus keluar kos untuk nerima sms.
Aku tunggu dari sore sampe magrib, aku keluar beli pulsa sekalian nyari sinyal buat nerima sms.
Aku masih nunggu sampe jam delapan, dan keluar cari sinyal lagi.

22.03 masih belum ada sms.
Yang jelas hatiku udah makin ga tenang dan malam itu jadilah aku mewirid ( iyah, wirid..)  "gausa resah gitulah yuu. Kayak orang yang ga pernah gagal sebelumnya aja.."

00.12 masih belum ada sms.
Ku ketiduran saking empetnya nunggu kabar.

02.18 aku bangun ngecek hape, tetep belum ada sms.
Adanya cuma chat dari kang yane yang ngucapin selamat tiduw berikut emot ciyumnya karena aku tinggalin tidur tanpa bilang bilang.

05.00 alarm nyala
Bangun lagi, ngecek hape ndak ada sms.

08.30 mulai curiga.
Pindah duduk di lobby, nyari sinyal dan nunggu.
.
.
.
Dan akhirnya memutuskan untuk sms bertanya kepada cp yang tertera pada pengumuman sebelumnya.


A : assalamualaikum, saya ayu retno bp14 mas, mau nanya tes seleksi untuk *tiiit* (ini masih sensor kok ceritanya) dilaksanakan kapan yha?
Cp: tadi jam 7 dek, kamu nggak dapet jarkom?
A : hapahhhh??(dalam hati aja) 
A : ndak ada jarkom masuk mas. Saya tungguin sampe jam 12 padahal.
Cp: coba cek cv mu dek, nomermu bener ngga?
.
Buru buru nyalain laptop buka file CV.
..
Nyed, ini nomer hape sapah?
Ini nomer abang gue, kenape bisa kelewat belum diedit ah

.

A : waiya mas, maaf yang di cv lupa belum diedit. Yang bener itu sudah saya tulis di daftar absen waktu mengumpulkan berkas kemarin. Sama di surat lamaran dan komitmen juga
Cp: kalau mau sekarang silahkan kesini dek, sebelum jam setengah 9 nyampe sini ya, di gd c lt2
..

Fyi, pada saat pesan itu diterima jam menunjukkan pukul 09.00
Aku baru bangun belum mandi, dan belajar semalem awut awutan banget karna berasumsi bahwa tes di undur hari lain.

A : sekarang kan jam 9 mas.
.
.
.
18 menit dan belum dibales.
Sekilas ingat mengenai tes seleksi asisten sebelumnya yang pernah aku ikuti.
Aku tidak pernah menerima sms pemberitahuan atau panggilan untuk wawancara
Dan ternyata ini penyebabnya, aku pakai CV yang sama, CV yang menginformasikan nomer telpon yang salah.
Somehow, aku ga sedih. Aku justru lega. Akhirnya aku tau letak kesalahanku selama ini..
Mungkin emang belum berjodoh dengan praktikum yang ini, mungkin nanti ada yang lebih baik.
Dan kesalahan sepele seperti ini tidak akan terulang lagi. Hhe.

09.47 sms masuk.
"maksudnya jam 9.30 dek" - (CP, 2016)


Aku bisa merencanakan sesuatu, tapi tidak bisa menargetkannya jadi milikku.
Kupikir kali ini akan berhasil.
Kupikir untuk ini aku bertahan di kamar kos dan menahan diri untuk pulang ke pelukan ibu selama libur tiga hari. Tapi bukan itu, aku hanya mencari-cari alasan saja untuk tetap bertahan.

Anggap aja ini komedi.
Kejadian yang cukup amsyong, bikin resah semalaman. Berujung kegagalan yang mbuh kenapa malah bikin hati lega.
At least, aku mengetahui sesuatu, untuk tidak diulangi lagi. masalah gagalnya, it's not a big thing. 

Sekian.

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...