Pesan yang jauh.

Aku tidak tau kenapa aku harus menulis ini, pesan yang tidak akan pernah sampai pada tujuannya. Aku hanya ingin menulisnya untuk papa, seperti yang selalu kulakukan sejak dulu. Aku pasti menuliskan apapun yang tak bisa kuceritakan langsung kepada papa.

Hai pa,
Sembilan hari lagi aku akan dilamar seseorang. Seseorang yang datang kepadaku dengan cara bercanda. Dia muncul dua bulan yang lalu, dua kali bertemu dan dia datang ke rumah untuk ngobrol sama mama, masih dengan cara bercanda. Entah apa yang ada di kepalanya tiba-tiba dia menyatakan serius denganku, hitung-hitungan anggaran dan kami saling tau kalau tidak bisa tergesa-gesa. Aku nyatakan pada mama, tapi mama meminta kepastian, menetapkan timeline. Sedikit terlalu cepat tapi dia menyanggupi. Aku harap dia tidak bercanda untuk yang satu ini.

Sembilan hari lagi dia akan mengikatku dengan sebuah cincin. Pria baru ini, seharusnya papa bisa menilainya dengan sekilas pandang, aku mau tau pendapat papa. Sayangnya papa ngga bisa memberitahuku. Jadi, bagaimana kalau aku saja yang ceritakan pandanganku tentangnya? 

Namanya Tegar, tapi kata William Shakespeare 'apalah arti sebuah nama?' jadi benar, dia tak harus selalu tegar seperti namanya. Pria besar ini berhati lembut, mudah terenyuh dan menangis melihat sekitarnya. Cengengnya ini mengingatkanku pada papa. Dia juga menangis dalam doa, dalam sholatnya. Dia mungkin tak sehebat papa, tapi dia menyayangiku dengan sungguh. Dia bersedia melakukan apapun untuk mengupayakan kebahagiaanku. Jadi, sudah bolehkah kubilang kalau dia mulai seperti papa?

Papa selalu tau, aku butuh seseorang yang lebih pintar untuk mengimbangiku, aku sudah menemukannya. Walau tidak terlihat menonjol, aku tau dia punya kualitas itu. Dia bekerja di perusahaan palet, sebagai manajer mutu junior. Baru setahun bekerja dan perusahaan memintanya berangkat sertifikasi. Dia menjalani rangkaian acara dengan penuh konsentrasi dan mendapat nilai maksimal. Aku bangga padanya, pa.. 
Dia tidak hanya sekedar teman bercanda yang seru, dia juga teman diskusi yang menyenangkan, kekasih yang manja dan musuh yang buruk sekali, tidak berbakat.

Oh satu lagi, aku yakin dia akan jadi imam yang baik dalam ibadah terlama kami. Semoga benar. Rencananya tahun depan. Memang tidak seperti rencana papa, untuk bisa menjabat tangannya dan menyerahkan aku sebagai tanggung jawab barunya. Tapi kuharap papa tetap bisa tersenyum senang karna aku sudah bertemu dengan orang yang tepat. Aku pasti tumbuh lebih baik bersamanya.

Pa, kali ini aku tidak berdebat dengan mama soal pilihanku. Karna yang ini bukan pilihanku. Sebelumnya rasa percayaku dipatahkan oleh seseorang. Pria yang namanya kuperkenalkan padamu, dulu. Aku patah hati dan menyerah untuk menggunakan perasaanku, kuserahkan hatiku pada Tuhan semesta alam. 
Kemudian dihadirkan pria ini kepadaku, walau awalnya aku tak punya perasaan untuknya. Dia yakin padaku, dan tak menyerah meyakinkanku.
Sekarang aku mencintainya dengan segenap hatiku, dan aku mensyukuri hadirnya dalam hidupku. Seseorang yang Tuhanku pilihkan untukku.

Sembilan hari lagi, dia akan membawa keluarganya untuk memintaku secara resmi menjadi calon istrinya. Aku tau kedepannya tidak akan mudah tapi aku punya partner yang solid denganku. Aku takkan gentar, pa.. sedikitpun tidak. Sekarang, nanti, selamanya. Walau sambil bercanda, kami akan saling mendamping dan menyayangi terus sampai maut yang memisahkan.

Cerita Tentang Teh Hangat dan Susu Jahe

Segelas teh hangat dan susu jahe. Anggap saja dua jenis minuman itu adalah kita, yang terhidang di meja semesta malam itu. Sedari dingin m...