"up and down" kubilang.
Dia memberikan pertanyaan dan menawarkan diri untuk mendengar ceritaku, tapi kali itu aku sedang tidak ingin bercerita. Aku hanya ingin membiarkannya berlalu, aku tidak ingin memikirkannya, tidak ingin merasakannya.
Mengurai kekusutan kepala dan mengkonversinya dalam kalimat bisa menguras emosi. Itu akan butuh banyak energi. Aku butuh energiku untuk beraktivitas, dan untuk terlihat baik-baik saja sepanjang hari.
Kupikir dengan mengabaikannya, aku akan terlupa dan terbiasa merasa biasa biasa saja. Ternyata tidak. Sesekali aku merasa kosong, aku memerlukan tontonan yg menghibur untuk mengisi diriku dengan hal-hal menyenangkan. Pada saat yang lain aku juga merasa bingung, semakin penuh, dan bertumpuk, kusut sekusut kusutnya. Jadi kuputuskan untuk mengurainya disini.
Beberapa minggu yang lalu, teman yang sama, menanyakan tentang siapa yang sedang dekat denganku? Aku excited akan menceritakan lelaki yg ini, cukup dekat, teman bicara yang menyenangkan, dia mengapresiasiku begitu banyak. Belum sempat bercerita, si lelaki sudah berbalik arah.
People come and go
Lelaki, dia mendapatkan dia yg butuhkan dari perempuan lain. Sesuatu yang tidak bisa kutawarkan padanya.
Bukan, tapi bukan itu yang membuatku sedih.
Aku hanya kehilangan teman bicara saat aku ingin menceritakan sesuatu, hari itu, dia hanya menjawabku dengan "hm"
Ah, lagipula siapa yang mau repot-repot mendengarku berkeluh kesah? Biar saja ceritanya hilang, aku mungkin akan lupa dalam beberapa hari dan perasaanku membaik.
Aku membuat banyak kesalahan saat aku mencoba mencari kesenangan, kukira perasaan senang bisa membantuku menimbun keresahanku. Semakin aku sibuk bersenang senang, semakin aku lupa tentang keresahanku. Tapi malah akhirnya kusesali.
Suatu kali ibuku bertanya "siapa yang sedang menjalin hubungan serius denganmu?" jawabannya belum ada. Lain kalinya lagi, ibu mengungkap keresahannya tentang kenapa aku tidak juga menemukan jodohku. Hal yang tadinya kurasa santai, akhirnya mengusikku juga.
Baru-baru ini kabar duka yang kudengar membuatku semakin kalut, ketakutan dan ingatan tentang kehilangan seseorang, membuat hatiku berlubang kembali.
Aku menyibukkan diriku, mengisi waktu luang dengan membaca, aku mencoba tidur lebih awal, sehingga tak ada cukup waktu untuk overthinking. Semuanya berjalan seperti rencana.
Kecuali semalam, aku tidak bisa tidur, aku tidak bisa bercerita kepada siapapun dan aku tidak bisa menghibur diriku. Bahkan nangis tidak membuat mataku mengantuk.
Aku memerangi setiap pemikiran yang membuatku semakin terjaga, aku tau kali ini aku harus menyerah.
Bukan menyerah seperti putus asa, aku hanya harus berdamai dengan perasaanku, membiarkannya terasa sedih saat memang harus sedih. Tidak perlu merasa malu dan takut terlihat melankolis. Tidak perlu ada penolakan, atau upaya mengabaikan satu sesi sedih. Bahagia, sedih. Perasaan tak bisa rampung sendiri, kecuali kita melewati fase-fasenya, sehingga kita menentukan arah penyelesaiannya.
Hey, it really works.
Aku memulai tulisan ini dengan hati berat dan aku menyelesaikannya dengan perasaan yang lebih baik sekarang.