Aku cuma tau caranya mempercepat langkah dari berjalan hingga berlari. Dari pandangan lurus hingga mendongak ke atas. Lalu kesandung dan jatuh. Begitulah caraku berhenti. Dari semesta kepada bocah congkak yang merasa dirinya mampu melakukan segala hal dengan tangannya sendiri. Aku diajarkan untuk tulus membantu. Tapi tidak diberitahu bagaimana caranya bijaksana.
Satu kali aku pernah mencoba membantu seseorang, yang ternyata jauh lebih dari mampu daripada aku, untuk menyelesaikan satu tugas. Lalu aku mencoba sekerasnya, sampai menelantarkan kebutuhan diriku sendiri. Lalu pulang dengan lelah yang sangat hingga menangis. Membuat khawatir orangtua yang sedang mendengarku diseberang telepon. Aku gagal karena mencoba menyelesaikan satu masalah dan disaat yang bersamaan pula aku membuat satu masalah baru.
Atau pada kesempatan lain ketika seseorang memintaku untuk membantu, tapi hanya terselesaikan setengahnya karna aku sedang tidak baik. Aku tau dia berada di keadaan yang rumt. Posisi yang sama yang pernah membuatku nangis frustasi karena sudah berhari-hari kurang tidur dan dicekik deadline. Aku tidak mau hal hal seperti itu terulang kepada orang lain. Sialnya, keadaan memburuk dan aku makin merutuk diriku sendiri yang tidak bisa diandalkan. Aku nggak tau lagi. Padahal harusnya aku bisa menenangkan diriku karna si empunya tugas lebih dewasa dari aku, dan seorang laki-laki.. Seharusnya aku tidak perlu terlalu khawatir dia akan sefrustasi aku menghadapi himpitan, yang sebenarnya harus kutolong adalah diriku sendiri.
Aku membuat luka sendiri. Melukisnya diatas tubuh.
Tolonglah, semesta... Buat aku belajar bijaksana. Biarkan aku tetap membantu pada batas mampuku. Jangan bolehkan daguku meninggi, membantu orang lain seolah aku paling bisa melakukan segala hal hingga lupa diri.
Kita dewasa dengan tanggung jawab. Menjawab tanggungan masing-masing. Ketika merasa selesai dengan tanggung jawab sendiri, kita diperbolehkan membantu orang lain, tanpa mengambil alih tanggung jawabnya :)